Sensasi Makan Mie Soba di Jepang

Saya adalah seorang MM. Bukan titel seorang master dari studi lanjutan, tapi hanya huruf yang berarti Mie Mania. Ya, saya penggemar berat mie.

Salah satu kuliner yang wajib dicoba selama tinggal di Jepang tentunya aneka olahan mie. Dan, salah satu yang terkenal yaitu mie soba.

Soba terbuat dari tumbuhan serealia gandum kuda (buckwheat), yaitu gandum yang tumbuh di daerah empat musim nan kaya serat. Sehingga saat dikonsumsi tidak mengembang di perut dan sangat cocok bagi mereka yang tengah menjalankan program diet serta penderita diabetes.

Penjual soba sangat mudah dijumpai karena kuliner ini termasuk merakyat. Selain di pinggir jalan, kedai soba banyak dijumpai di stasiun-stasiun. Cara makannya ada yang duduk dan ada yang berdiri. Kalau yang berdiri ini, biasanya dijumpai di stasiun yang kedainya sempit.

Mie soba terdiri dari dua macam yakni soba panas dan soba dingin. Cara penyajiannya juga berbeda.

Soba Panas

Penyajian soba panas seperti umumnya mie kuah di Indonesia. Mie disajikan dalam mangkok berisi kuah panas, ditaburi daun bawang. Untuk pelengkap, tergantung apa yang dipesan pembeli. Bisa ayam krispi, udang/tempura, dan sayuran. Harganya juga berbeda untuk masing-masing pelengkap tersebut.

Sedangkan soba dingin, penyajian antara mie dan kuah dipisah. Kuahnya dingin dan sedikit. Kuahnya coklat, seperti saus tiram yang diberi air. Untuk pelengkap, sama seperti penjelasan pada soba panas di atas.

Soba Dingin

Sensasi makan mie di sini jangan ditanya. Seru banget.  Katanya, kalau makan mie dan mienya diputus dengan mulut, dianggap tidak sopan. Jadi sekali ambil pakai sumpit, langsung masuk ke mulut tanpa diputus. 

Dan, yang bikin saya suka banget yaitu bunyi slruuuuup yang kuenceng banget. Awalnya saya risih, seperti kurang sopan. Lama-lama asyik juga. Orang Jepang kalau makan mie bunyinya kenceng menandakan mienya enak dan ini merupakan penghargaan bagi penjualnya. Hehe beda tempat, beda budaya ya. Lama-lama bunyi ini yang saya tunggu lho ketika makan mie soba. 

Makan mie di sini tanpa sendok, hanya pakai sumpit. Jadi, kalau makan mie soba panas, biasanya diselingi dengan menyeruput kuah sambil memegang mangkok. Wah wah segernyaaaa. Sedangkan untuk soba dingin, mienya dicocol dengan saus yang terpisah.

Soal rasa, sulit dijelaskan ya karena di Indonesia mienya beda dengan yang ada di sini. Bahannya saja beda jadi rasanya juga beda. Bumbunya juga beda. Kalau di sini sepertinya hanya kuah dan kecap semacam saus tiram. Sedang di Indonesia bumbunya kaya akan rempah. Kalau antara soba panas dan dingin, saya lebih suka yang panas karena lidah terbiasa makan mie kuah yang panas. Kalau soba dingin, mienya lebih kenyal karena tidak tercampur dengan kuah.

Untuk masalah harga, cukup terjangkau dan cocok dengan porsinya, sekitar 350-800 Yen. Harga di atas masih tergantung pada tempat makan dan pelengkapnya lho ya. Makan mie soba di sini cukup kenyang karena porsinya lumayan banyak. Saking laparnya, saya dan suami pernah nambah mie semangkok dan dimakan berdua. Makan mie soba kenangan yang tak kan saya lupakan jika nanti kembali ke Indonesia.

6 comments

  1. Kayanya enak ya mak..*usap2 perut* :D

    ReplyDelete
  2. hwaaa... aku juga MM kalau gt mak... wah jadi ngiler nih pengen nyobain mie soba...:D

    ReplyDelete
  3. Hmmm jadi ngiler nih maak...dapat info banyak nih tentang mie Jepang :)

    ReplyDelete