Seringnya Gempa di Jepang

Selama tinggal di sini, aku sering mengalami gempa. Ketakutan pasti ada terutama saat gempa yang terjadi lumayan lama. Memang, letak Jepang yang berada di ring of fire atau lingkaran api Pasifik membuat negri ini sering banget terjadi gempa. Kabarnya, masyarakat Jepang menganggap gempa suatu hal yang biasa.

Awal-awal tinggal di sini, aku whatsapp-an sama sahabat lama waktu sekolah. Dia nanya, apakah benar bangunan di Jepang tahan gempa. Dalam hatiku, masak iya harus ngalamin dulu baru cerita ke kamu. Daaaannn tak lama setelah itu, aku mengalami gempa.

Pertama mengalami gempa, aku nggak merasa itu gempa lho. Swear. Aku cuma merasa bahwa siang itu lantai goyang karena pusing kelaparan. Baru tau kalau itu gempa, pas suami pulang kerja.

'Bun, tadi siang gempa ya?' tanya suamiku.

'Heh, masak sih. Kok nggak ngerasa ya. Tapi tadi siang lantai agak goyang sih,' jawabku polos.

'Itu gempa ibuuuunnn,' jawab suami dengan gemes.

Setelah kejadian itu, dalam pikiranku kutanamkan kalau ada sesuatu yang bergerak atau goyang berarti gempa. Dan, aku berusaha menghadapinya biasa saja. Lha kalau ditanggepin secara heboh, malu kali sama tetangga sebelah. Secara mereka biasa-biasa saja dan seolah-olah nggak ada apa-apa.

Pernah nih, suatu siang saat sedang ngeblog dan dalam hening sendiri di apartemen, tiba-tiba kursi bergeser dan aku hampir jatuh. Kejadiannya cepat sekali dan nggak lama kok.

Wah, halusinasi nih. Pikirku saat itu. Karena menganggap diriku normal, aku berpikir pasti terkena vertigo. Sumpah, sampai malam kepikiraaan terus. Mau bilang suami agak takut, nggak bilang kok ada yang ngganjel di hati. Akhirnya kuberanikan cerita ke suami.

'Yah, kayaknya ibun sakit,' aku memulai pembicaraan.

'Heh, sakit apa? jawab suami dengan agak serius.

'Vertigo,'  jawabku dengan muka sedih.

 'Kok bisa?' tanya suami balik.

Mulailah kejadian siang tersebut kuceritakan secara runut. Nggak taunya suami tertawa keras.

'Hahaha, itu gempa buuuuuuun' jawab suamiku terkekeh.

'Soalnya tadi di kantor juga goyang,' lanjutnya.

Oalaaaaahh leganya aku saat itu. Ternyata aku nggak kena vertigo atau halusinasi. Ini semua karena gempa.

Ada lagi kejadian yang membuatku panik. Waktu nonton berita sore, diberitakan tanggal 2 April di Chili ada gempa dahsyat. Saat itu, pemerintah Jepang langsung mengadakan konferensi pers. Dag dig dug karena nggak mudeng bahasanya, aku googling di Kompas dan Detik. Ternyata di media tersebut belum ada beritanya. Lalu aku menuju ke Reuters.com. Alhamdulillah, gempa tersebut tidak berpotensi tsunami di Jepang. Sejak itu, lumayan sering terjadi gempa-gempa kecil di sini.

Hari Minggu, tanggal 4 Mei kemarin, aku bangun pagi karena mau mencuci piring-piring yang masih kotor, sisa makan malam. Pas nyuci piring, tau-tau pintu kamar mandi goyang. Deg, kupikir ada makhluk halus. Lalu dapur goyang. Untungnya, saat itu sedang nggak masak.

Aku bilang ke suami, ' Jangan-jangan gempa nih.'

Ternyata benar, sedang ada gempa. Waktu itu pukul setengah enam kurang 10 menit. Kejadiannya lumayan lama, sekitar 3-4 menit. Suami menyuruh aku mendekat dan duduk di kasur, takutnya pusing. Saat itu aku berpikir, kok ya tetangga kanan-kiri adem ayem saja ya. Jangan-jangan mereka juga kayak aku, mau teriak tapi sungkan. Kalau di Indonesia, kejadian ini membuat orang-orang keluar rumah kaliii. Hehe nggak taulah. Kami berdua komat-kamit merapal doa-doa sebisanya. Saat itu, aku hanya pasrah. 

Alhamdulillahnya, gempa tersebut tidak menimbulkan kerusakan apapun. Bangunan pun masih utuh. Piring-piring juga masih di tempatnya. Hanya menyisakan detak jantung yang naik turun tak karuan.

Kejadian-kejadian gempa yang kualami di sini, bisa kuambil hikmahnya. Yang namanya maut, bisa terjadi kapan saja dan di mana saja, saat kita dekat atau jauh dari keluarga. Sudah cukupkah bekal kita menghadapinya? Duh Gusti, terimakasih atas pelajaran ini.

2 comments

  1. Sungguh, kalau ada gempa saya sangat deg2an. Gempa terbesar yang saya alami tahun 2006 di Jogja. Sejak itu, saya tak bisa tidur nyenyak kalau lagi berkunjung di Jogja. Selalu was-was, jangan2 ada gempa.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sesuatu yg menimbulkan traumatik kadang susah dihilangkan ya, Mba..
      Kalau di sini, sy masih biasa aja, kecuali kalo guncangannya lama.
      Salam kenal :)

      Delete