Jalan-jalan di Kota Singapura

Setelah dari USS, kami memang berniat akan city sightseeing menggunakan bus hop and off.

Wisata Budaya di Singapura

Masih di Singapura dan berencana melihat budaya yang ada di negeri singa ini.

Hari Terakhir di Singapura

Hari terakhir di Singapura kami sangat santai dan tidak ada target.

Cerita Pemula ke Singapura

Bulan Agustus lalu saya dan suami jalan-jalan ke Singapura dan Malaysia. Kami berdua bukanlah traveller sejati. Hehe kami jalan-jalan tetap mencari budget rendah dan browsing sana-sini. Tapi, kami jalan-jalan santai jadi mungkin ada beberapa tempat yang tidak kami kunjungi.

Jalan-jalan Hemat ke TMII

Taman Mini Indonesia Indah merupakan miniatur dari Indonesia.

TMII adalah  tempat wisata yang sangat komplit karena ada berbagai wahana permainan dan edukasi di sana. TMII terdiri dari rumah adat yang ada di Indonesia dan wahana yang seru terutama untuk anak-anak. Di TMII pula kita bisa mengenalkan budaya yang ada di Indonesia kepada anak-anak.

Di dalam TMII ada beberapa wahana yang gratis, murah dan mahal. Untuk rumah-rumah adat yang ada di sana semua gratis. Sedangkan beberapa wahana seperti istana anak, museum transportasi, museum filateli, snow bay, dll harus bayar. Harga tiketnya bervariasi dari dua ribu sampai ratusan ribu. Jika kita pergi secara rombongan dan tidak diatur mau masuk ke wahana mana saja, bisa-bisa tekor. Belum lagi kalau membeli makanan dan minuman yang harganya lebih mahal dibandingkan harga di luar TMII.

Salah Satu Rumah Adat di TMII

Nah, berdasarkan pengalaman saya, sebaiknya kalau mau ke TMII direncanakan dulu mau masuk ke wahana apa saja. Sebagai perkiraan, harga tiket masuk mobil Rp.10.000,-. Setiap orang di atas 3 tahun dikenakan biaya masuk Rp.10.000,-. Nah, kalikan saja berapa orangnya dan tiket masuk mobilnya, sudah banyak kan?

Sewaktu ke sana awal Desember lalu, rombongan terdiri dari 5 orang dewasa dan 1 anak usia 3th, kami membawa mobil. Berarti tiket masuknya saja sudah Rp.60.000,- ( 5 orang + tiket mobil). Kalau musim liburan, biasanya harga tiket masuk ke TMII akan naik dari harga semula. Harga tiket di beberapa wahana saat hari kerja dan weekend atau liburan juga berbeda. Biasanya tiket di hari libur atau weekend lebih mahal.

Nah, biar tidak tekor-tekor amat, berikut tips untuk jalan-jalan hemat di TMII :

1. Tentukan dulu teman-teman mau ke wahana apa saja.

Cek di internet berapa tiket masuk ke TMII, hitung jumlah orangnya dan kendaraan yang dibawa. Jangan lupa hitung perkiraan tiket masuk ke berbagai wahana yang akan dikunjungi. Hitung kembali besaran biaya yang akan dikeluarkan. Informasi tiket masuk ke TMII bisa klik di sini.

2. Sebaiknya membawa kendaraan pribadi baik sepeda motor maupun mobil.

TMII itu luas banget, makanya dengan membawa kendaraan sendiri teman-teman bisa berkeliling di semua wahana dengan puas dan bisa berhenti kapan saja dan dimana saja sesuka kita. Kalau naik transportasi yang ada di TMII pasti bayar dan terkadang antri, apalagi kalau sedang musim liburan.

3.  Membawa bekal dari rumah.

Yup, cara ini terbukti ampuh mengurangi biaya pengeluaran. Dengan membawa bekal sendiri teman-teman bisa menyantap bekal tersebut di mobil atau di parkiran atau di pinggir danau sambil menggelar tikar. Asyik kan? Coba bayangkan kalau berombongan jajan, berapa uang yang harus dikeluarkan untuk makan siang dan jajan anak-anak? Kalau bisa irit, kenapa harus boros?

4. Masuk ke wahana yang murah.

Teman-teman bisa masuk ke wahana yang murah seperti museum transportasi. Biasanya anak-anak senang bermain di museum transportasi. Mereka bisa melihat dan naik berbagai transportasi yang ada di situ. Bisa juga teman-teman mengenalkan budaya Indonesia dengan mengunjungi rumah adat yang di sana. Kalau masuk ke rumah adat atau anjungan, semua gratis.

5. Manfaatkan toilet gratis.

Kalau jalan-jalan dan harus bayar ke toilet kan lumayan juga tuh biayanya apalagi jika termasuk orang beser seperti saya. Teman-teman bisa kok memanfaatkan toilet gratis yang ada di anjungan atau rumah adat. Selain itu, di beberapa museum toiletnya juga gratis. 

6. Naik kereta gantung.

Jika teman-teman ingin melihat keseluruhan TMII tanpa capek, bisa saja naik kereta gantung. Dari situ kita bisa melihat TMII semuanya. Harga tiketnya waktu itu Rp.30.000,- per kepala. Anak kecil pun harus membayar tiket penuh.



Selamat berlibur di TMII ya!

Berburu Bacaan Bekas

Kebiasaan membaca buku bermula dari bapak yang suka membaca koran di rumah. Setiap pulang dari kantor bapak selalu membawa koran. Setiap hari bapak berlangganan koran di kantor. Untuk koran hari Sabtu biasanya beli di loper koran langganan dikarenakan bapak libur, sedangkan hari Minggu tidak ada koran di rumah. 

Alkesa, Buah Rasa Ubi

Dulu, sekitar dua tahun lalu, saya pernah mencicipi buah yang sudah langka, yakni buah kecapi. Setahu saya, kecapi itu alat musik yang pernah menjadi judul sebuah film di TVRI. Film misteri ketika saya masih kecil berjudul Misteri Kecapi, bercerita tentang misteri alat musik petik tersebut. Tapi setelah berpuluh tahun kemudian saya mendapati bahwa kecapi juga merupakan nama buah. Beruntungnya saya saat itu. 

Tips Naik Kopaja 63 Biar Dapat Duduk

Kopaja itu bus kota warna hijau yang bersliweran di Jakarta. Angkutan ini sangat murah makanya fansnya banyak banget meski bentuk dan mesinnya sudah nggak layak. Kalau di Depok, adanya kopaja 63, satu-satunya kopaja yang menghubungkan Depok ke Jakarta, tepatnya Blok M. 

Dibuang Sayang

Belajar itu bisa dari siapa saja, termasuk dari asisten. Jangan remehkan mereka, dari seorang asisten saya banyak belajar menghargai. Menghargai manusia, menghargai waktu, dan menghargai uang. Sebelumnya saya nggak terlalu aware tentang ini terutama soal waktu dan uang. Tapi setelah saya menjadi IRT, luar biasa sekali dampaknya.

Asisten saya itu orangnya nrima, kalau dikasih apa pun mau. Tapi saya kalau ngasih juga lihat-lihat, masih layak nggak barang tersebut dikasih ke orang? Hal-hal kecil sangat dihargai oleh asisten. Misalnya saja sayur dan lauk sisa, meski masih enak, tapi saya urung memberikan ke asisten karena jumlahnya sedikit. Ee..nggak tahunya, dia sendiri yang bilang mau makan sayur/lauk tersebut. Sayang-sayang, katanya.

Saya langsung deg melihat itu. Dia cerita kalau masakan yang ada di rumahnya jarang dibuang karena dia merasa sayang kalau mengingat mencari uang itu susah. Dulu sewaktu masih kecil, dia cerita kalau untuk makan nasi itu jarang banget, seringnya makan singkong. Dan, sejak kecil dia juga sudah mencari uang. Pendidikanannya hanya sampai tingkat dasar. Makanya kalau ada nasi sisa di rumah, biasanya dibawa pulang olehnya, dijadikan pakan ayam.

Saya kan kadang sering bikin susu atau oat yang mana airnya direbus dulu, maklum nggak ada termos di rumah. Setiap ada sisa air di panci, pasti asisten tanya kalau itu air matang atau mentah. Jika saya menjawab air matang, maka air sisa di panci akan dituang olehnya ke dalam gelas lalu diminum. Sayang-sayang mba, air sama gasnya. Gitu kata asisten saya sambil minum. 

Duwenk! Jujur ya, saya nggak menyangka hal sekecil itu akan diperhatikannya. Karena selama ini saya orangnya suka membuang-buang saja, apalagi tinggal sedikit. Nggak kepikiran sama sekali soal sayang gas, sayang uang, sayang air. 

'Hello, aku kan kerja, jadi gak masalah hal-hal kayak gitu.' Keegoisan saya saat itu muncul. Iya, saya menganggap remeh hal-hal kecil tadi. Iya, saya kurang aware soal hal-hal kecil. Karena saat itu saya menganggap saya punya uang. Tapi sekarang berubah. Sejak menjadi IRT otomatis waktu ngobrol saya dengan asisten menjadi lebih banyak dan saya tahu tingkah lakunya selama ini. Meski masih ada kekurangan tapi sifatnya yang sangat menghargai hal-hal kecil membuat saya tersadar. Ternyata untuk mendapatkan hal-hal kecil tersebut itu nggak mudah, karena harus bekerja berangkat pagi dan pulang malam. Hal-hal kecil tersebut hanya sisa dari pengorbanan yang tidak kecil.

Mencongak: Sarapan Pagi di SD

Lagi pengen bernostalgia di zaman SD dulu.

Kebiasaan dari SD

Dulu di SD semua hal yang berkaitan dengan tugas sekolah ditulis di sebuah buku namanya 'buku tugas'.

I Love Monday

Heiy, Desember!

Hari Senin, awal bulan lagi. Biasanya kalau hari Senin identik dengan hari yang dibenci ya. Maklum awal pekan mungkin masih terbawa hawa liburan weekend. Etapi kenapa nggak dibalik aja sih pikiran ini, Senin itu hari yang menyenangkan. Kalau awalnya sudah happy semoga saja seterusnya juga bikin happy. Lha kalau awalnya sudah bete, bisa-bisa mempengaruhi mood seminggu itu loh.

Ngomong sih gampang ya tapi ngelakuinnya susah. Eemm, saya pernah merasakan hal itu, kawan. Berangkat sudah diusahakan pagi apalah daya macet dan berjubel di kopaja sepanjang jalan pernah saya rasakan.  Apalagi berdiri dari Depok sampai Dharmawangsa selama dua jam pernah saya alami. Nyampai kantor, keringat banyak dan capek pula. Tuh kan, ngomong gampang. Tapi saya itu tipe orang yang menikmati setiap kejadian. Apapun itu. 

Banyak yang bilang ke saya 'kalau makan kok dinikmati banget, sih mba.' Padahal saya makan biasa saja. Sebelum makan saya biasakan bersyukur karena masih bisa makan, apalagi kalau gratisan. Saya selalu memikirkan masih ada orang yang belum seberuntung kita. Ada juga yang bilang, kalau saya membersihkan kaca *tugas sewaktu gadis resik-resik rumah* itu dielus-elus. Padahal saya  melakukan biasa saja loh. Tapi dalam kegiatan itu saya mencoba berbicara dengan kaca tersebut. Belum lagi aktivitas pribadi yang lain. Emm, antara lelet dan menikmati beda tipis ya *hehe*.

Hari Senin ini saya kangen sama warna-warni sayuran. Kalau belanja di abang sayur dekat rumah, saya lebih suka belanja pagi, sehabis subuh. Jam segitu masih belum banyak ibu-ibu yang belanja. Jujur, saya nggak suka dengan ibu-ibu yang belanja sambil ngrumpi. Saya lebih suka yang sepi. Saya bebas memilih sayuran yang masih komplit dan segar. Warna-warnanya itu loh bikin happy banget. Saya suka melihat isi gerobak sekedar untuk melihat warna tomat yang merah dan oranye. Atau di sudut kanan ada si terung ungu dan pare. Ada juga suara gemericik ikan emas yang digantung dekat tahu. Ah, saya suka dengan pemandangan itu. Apalagi si abang dan istrinya orangnya baik banget. 

Saya sangat menikmati belanja pagi ini. Tak disangka di akhir belanja, saya baru tahu ada sayur lalap kesukaan yakni daun pohpohan. Daun itu enak banget dilalap dan baunya wangi. Untung saja ada salah satu ibu di situ yang bertanya pohpohan, saya langsung ngeh kalau lalapan tersebut masih di dalam plastik. Tanpa pikir panjang, saya ambil pohpohan yang masih digantung dekat lele. Nggak didekatkan sama sayuran lain. 

Nikmat Pagi Ini
Di pojokan dekat kangkung ada singkong yang dibungkus plastik. Sebelum membeli, saya tanya empuk apa enggak singkongnya. Kata yang jual sih empuk. Saya ambil singkong tersebut dan percaya sedikit dengan omongan penjual. Ketika saya memasak singkong yang hanya direbus dengan gula aren, pandan, dan garam asisten saya bilang kalau singkong di abang tersebut kadang keras atau pahit. Alhamdulillah, yang saya beli enggak loh. Empuk banget. Asisten saya malah nyesel nggak beli singkong. Untuk tombo kecele, saya kasih sedikit itu singkongnya.

Nikmat Kecil
Mungkin ini lebay tapi saya memaknainya lain. Berkali-kali saya mendapatkan berkah-berkah kecil padahal hari masih pagi. Seneng banget rasanya bisa dapet apa yang kita pengenin selama ini meski itu hal yang remeh temeh. Selesai masak saya tersenyum sendiri mengingat hal-hal ini. Dan, ternyata masih ada lagi nikmat yang lain. 

Seperti biasa, ibu menelpon sekedar tanya kabar dan ngobrol ngalor ngidul. Tak disangka ibu dan keluarga saya in sya Alloh akan ke rumah besok Sabtu padahal di minggu kemarin katanya pertengahan Desember. Cepat sekali ya mereka memutuskan mau datang ke rumah atau nikmat Tuhan yang datang ke saya dipercepat ya. Hehehe saya nggak tahu. Bener-bener nggak tahu. Semoga saja mereka dilancarkan semuanya ya menuju ke rumah saya. Aamiin.

Mencoba berpikir positif dan selalu menikmati setiap proses kejadian yang kita hadapi enak juga. Saya merasa sangat happy menjalani hari ini. Dan saya akan selalu bersyukur. Semoga saja ini awal yang bagus di bulan Desember dan akan ada kejutan-kejutan lain di penghujung tahun. Aamiin. I love Monday.