Berburu Bacaan Bekas

Kebiasaan membaca buku bermula dari bapak yang suka membaca koran di rumah. Setiap pulang dari kantor bapak selalu membawa koran. Setiap hari bapak berlangganan koran di kantor. Untuk koran hari Sabtu biasanya beli di loper koran langganan dikarenakan bapak libur, sedangkan hari Minggu tidak ada koran di rumah. 

Bacaan di rumah saat itu hanya koran. Maklum, orang tua hanya abdi negara yang sederhana, meski tidak kekurangan. Adanya koran di rumah terkadang memudahkan saya dan adik-adik jika ada tugas membuat kliping. Begitu juga dengan anak tetangga, mereka akan ke rumah jika ada tugas mengenai berita yang ditayangkan di koran.

Meski kondisi keuangan pas-pasan, bapak selalu membelikan saya majalah Bobo setiap liburan sekolah. Tak lebih dari sehari, majalah tersebut sudah habis saya lahap. Mengetahui hal ini, suatu ketika bapak mengajak saya keluar malam. Saya tidak tahu mau diajak kemana, biasanya sih kalau keluar malam diajak membeli kacang hijau. Ternyata dugaan saya salah besar. Bapak mengajak pergi ke Jalan Pemuda, Semarang. Setelah memarkir motor, saya hanya mengikuti beliau berjalan di samping. Tak disangka, saya diajak pergi ke tukang loak.

Setiap malam di Jalan Pemuda, tepatnya di depan Pasaraya Sriratu, berjajar tukang loak. Mereka menjual apa saja termasuk buku dan bacaan bekas. Setelah berkeliling dari pedagang satu ke pedagang yang lain, bapak berhenti di salah satu pedagang dan menyuruh saya memilih bacaan yang disuka. Dengan senang hati, saya pun memilih beberapa bacaan. Setelah tawar-menawar, akhirnya bacaan tersebut saya bawa pulang. Asyik, liburan jadi banyak bacaan di rumah.

Jika liburan terlalu lama, seringnya saya dilanda bosan di rumah. Untuk itu, biasanya saya minta diantar ke rumah Budhe di daerah Tlogosari. Di sana saya bermain dengan kakak sepupu dan teman-temannya. Selain bermain, yang saya cari tentu saja bacaan. Saya tahu kalau sepupu berlangganan Majalah Mentari Putera Harapan. Majalah yang sudah tidak dibaca diletakkan di almari khusus. Jika ada majalah yang sudah lama dan menumpuk, biasanya Pakdhe mengikat jadi satu dengan tali rafia. Bacaan tersebut boleh saya bawa pulang. Terjadi simbisosis mutualisme di sini, rumah Pakdhe berkurang bacaan bekasnya dan saya mendapat majalah bekas. Yuhu, senangnya mendapat banyak bacaan meski bekas. Saya tidak malu, justru senang karena mendapat bacaan gratis. 

Saat ini, saya merasa beruntung karena menikah dengan orang yang suka membaca. Dari awal mempunyai rumah, saya dan suami sepakat akan memperbanyak bacaan di rumah. Bacaan tersebut tak semuanya bekas. Beberapa ada yang dibeli sewaktu kami belum menikah dan ada juga yang di beli di toko buku. Untuk mengurangi jumlah buku yang ada di gudang, sebagian buku yang kami punya diletakkan di bufet dengan tujuan agar tamu yang sedang bertandang ke rumah bisa membaca atau meminjam buku tersebut. Buku-buku yang ada di rumah ada juga yang merupakan pemberian dari teman dan buku gratis sebagai door prize di suatu acara. Asyik ya kalau ada acara yang memberikan door prize berupa buku.

Sebagian Koleksi di Rumah

Meski sudah bisa membeli buku sendiri di toko buku, kebiasaan lama untuk berburu buku bekas masih suka saya lakukan. Kalau di Depok, pedagang buku bekas ada di Stasiun Pondok Cina. Meski sempat terkena gusuran tapi masih ada beberapa yang bertahan di sana. Seringnya saya membeli buku atau bacaan bekas di daerah blok M. Iya, saya rela naik kopaja dari pucuk ke pucuk demi berburu buku bekas. 

Pedagang buku di blok M Square sangat mudah ditemui. Letak pedagang tersebut ada di lantai basement. Tempatnya nyaman karena di dalam ruang dan ber-AC meski kadang kala ACnya tidak dingin. Tempat ini juga pas untuk menghabiskan waktu sembari menunggu hujan di luar reda. Di situ banyak sekali penjual yang menawarkan buku baik baru maupun bekas. Harga buku di situ lebih murah jika dibandingkan di toko buku. Apalagi harga buku atau bacaan bekasnya. Selain itu pembeli juga bisa menawar. Jangan sungkan untuk menawar dengan harga yang rendah.

Bacaan Bekas di Blok M

Beberapa minggu yang lalu, saya sengaja datang ke sini untuk mencari bacaan. Saya membeli tiga bacaan bekas. Harga untuk novel bekas sekitar lima hingga enam puluh ribu, tergantung tebal tipisnya. Wow, melihat banyaknya buku di situ membuat hati saya berdesir. Ingin rasanya memborong semua bacaan tersebut. Benar-benar surganya para pecinta buku. 

Mencintai buku dan membuat kebiasaan membaca sekarang sangat mudah. Banyak sekali orang yang membuat buku. Banyak sekali penulis-penulis baru bermunculan. Kalau buku yang mereka buat tidak untuk  dibaca, lalu untuk apa? Membiasakan membaca tidak harus dengan buku yang mahal. Dengan bacaan bekas pun kita bisa memperluas pengetahuan dengan cara murah. Bacalah maka engkau akan membuka jendela dunia.



''Artikel ini diikutsertakan dalam Giveaway Bingkisan Cinta Baca''

26 comments

  1. Terimakasih atas partisipasinya, telah dicatat sebagai peserta. Yuk ajak kawan-kawan yang lain untuk berbagi inspirasi :)

    ReplyDelete
  2. Aku pernah beli buku bekas seri Goosebumps, buku horor anak-anak zaman dulu, Mbak. Sayangnya di Medan aku ngga tau di mana lapak jual buku bekas. Lumayan bisa ngemat. Kan isinya sama aja sih :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hiyaa, kemarin nemuin Goosebumps di sana :)
      Ho oh sy masih jaman itu..
      Betul, yg ptg isinya sama..

      Delete
  3. Hehe...motonya bagus banget -- Bacalah, maka engkau akan membuka jendela dunia -- Bagi Bunda agak sulit ya membuat anak-anak suka membaca, padahal waktu jaman-jamannya sekolah, hampir bisa dibilang mereka tuh kutu-buku. Tapi setelah berkeluarga jarang banget Bunda liat mereka tekun membaca. Bunda sendiri suka baca tapi selalu gak pernah tamat tuh kalo baca buku, apa aja. Piye iki?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bundaaa, terimakasih ya udah main di sini.
      harus dipaksa utk baca, Bun biar tamat soalnya kalo ga tamat, nanggung dan penasaran sama endingnya.

      Delete
  4. bukunya rapi banget ya, aku punya cita2 punya rak buku yg super rapi tapi sampai sekarang nggak kesampaian :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehe yg di bufet sekalian utk pajangan Mba jadi ya harus rapi :)

      Delete
  5. toss, mak..akyu juga hobii berburu buku bekas, kalau dapat karya penulis idola, berasa di awang2 hihihi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Waaa ada Mba Dedew..
      Makasih lho Mba udah mampir
      *toss

      Delete
  6. Aku malah g pernah baca buku, pengen deh sebenernya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ayo Mas mulai dibiasakan membaca.
      Asyik lho membaca tu..

      Delete
  7. Buku bekas dan buku obralan juga masih bagus kok
    Yang penting isinya
    Salam hangat dari Surabaya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Pakdhe, bener banget yg ptg isinya..
      Makasih Pakdhe sudah main di sini

      Delete
  8. saya watu di malang juga sering ke toko buku bekas,asi aja gitu..kadang nemu yang bagus juga..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Mba ya, jgn dilihat luarnya tapi isinya *halah

      Delete
  9. saya kalo baca buku rasanya males banget jadi engga pernah baca buku yang tebal-tebal ...

    ReplyDelete
  10. wah pasti puas banget kan mbak bsia baca buku sebanyak itu saya jadi pengen baca juga kereennn....

    ReplyDelete
  11. Wah Pipit, seandainya saja kita bertetangga ya, pasti dengan senang hati saya pinjamkan buku-buku dan majalah yang bertumpuk itu...hehe, saya juga suka baca soalnya, jadi apapun yang berbau bacaan, pasti langsung dikumpulkan :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehe makasih lho Bu Irma atensinya.
      Tapiii kalo mau dikirim juga boleh kok ^_^

      Delete
  12. Kadang bisa nemu buku2 langka di pameran2 lo. Di Jogja sering ada :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah, asyik banget ya Mak kalo gitu..
      Seneng ya rasanya..

      Delete
  13. Aku dan suami juga suka buku mbak. karena tinggal di kampung, tetangga sering terkagum2 lihat koleksi buku saya yang tak seberapa. halah....
    jadi ingin ikut GA ini.

    ReplyDelete