Indahnya Kyoto

Akhirnya saya bisa menulis cerita yang sempat ngendon di draft lamaaa banget, sekitar tujuh bulan tidak saya ulik-ulik. Sebenarnya saya menulis untuk pengingat saja. Asal tahu ya, saya dan suami bukan traveller sejati. Kami jalan-jalan tanpa target dan hanya dijalani saja hehe. Karena sudah ngendon lama, tulisan ini seingat saya saja.

Sewaktu suami dinas di Jepang, saya memang ingin ke Kyoto, sepertinya kok tidak afdol kalau belum ke sana. Alamnya yang cantik dan budaya yang masih kental menjadi rasa penasaran saya saat itu. Alhamdulillah Pak MJ (suami) tiba-tiba memesan tiket bus dan penginapan tanpa sepengetahuan saya. Surprise banget!! Bisa dikatakan kami pergi ala backpacker, ngirit maksudnya. Berangkat dan pulang naik bus dan memilih penginapan yang murah banget (saya lupa menginap dimana hehehe). Perjalanan keliling Kyoto, Nara, dan Osaka ini hanya dua hari dan 1 malam saja.

Kami berangkat dari apartemen Kannai menuju St. Kawasaki sebab bus Willer Express yang kami pesan berangkatnya berhenti di Kawasaki. Berdasarkan informasi teman kantor suami dan hasil browsing, bus Willer Express banyak direkomendasikan. Bus ini terkenal dengan pelayanan tepat waktu dan nyaman. Tempat pemberhentian bus ini kalau dari St. Kawasaki keluar melalui east exit lalu menyebrang dan berjalan kaki sampai ke La Citta Della. Nah, menunggu busnya di situ. Ada petugasnya di pinggir jalan kok.

Saya tidak menyangka kalau busnya memang nyaman banget untuk tidur soalnya ada penutup kepalanya dan penyangga kakinya. Enaknya lagi, semua kaca jendela ditutup gorden termasuk kaca depan pak sopir. Jadi, penumpang tidak akan terganggu dengan lampu jalan dan sinar matahari. Antara pak sopir dan penumpang juga dibatasi gorden. Super nyaman deh.


Sumber di sini

#Kinkakuji Temple

Kami naik bus malam dan sampai di Kyoto esoknya. Kemudian kami menuju city bus terminal yang letaknya di Kyoto Station di depal Hotel New Hankyu. Kami naik bus 205 ke Kinkakuji Temple. Busnya unik karena kami naik di bagian belakang dan turun di bagian depan. Bus dilengkapi layar display dalam bahasa Jepang dan Inggris yang menunjukkan rute perjalanan. Kami turun di Kinkakuji-michi, halte terdekat dari Kinkakuji. Tinggal jalan kaki sedikit sudah sampai di lokasi.


Kinkakuji Temple

Kinkakuji disebut juga kuil emas karena bangunan dua tingkatnya berwarna emas. Kinkakuji awalnya sebuah tempat peristirahatan kemudian berubah menjadi kuil. Kuil ini dibangun pada tahun 1397 kemudian dipugar tahun 1955. Setiap bangunan di kuil ini dibangun dengan arsitektur berbeda-beda. 

Untuk bisa masuk ke kuil tersebut pengunjung membeli tiket dulu. Asal tahu saja, bangunan kuil ini tertutup untuk umum. Pengunjung hanya menyusuri jalan yang ada di situ sambil menikmati pemandangan di sekitarnya. Eh, di sini ada juga lho patung-patung yang diberi kaleng. Siapa pun yang bisa memasukkan koin ke kaleng dipercaya akan mengalami keberuntungan. Banyak juga pengunjung yang beramai-ramai melempar koin di situ, termasuk saya hihihi. Jika teman-teman ingin membeli souvenir khas Kinkakuji, bisa kok beli di penjual yang ada di situ. 



#Togetsukyo Bridge

Dari Kinkakuji, saya dan suami lanjut naik bus ke daerah Arashiyama. Daerah ini terkenal akan alamnya yang bagus banget. Pegunungan Arashi yang dilewati sungai Katsura menyambut setiap pengunjung yang tiba di sana. Wisatawan biasanya berfoto dan berjalan di sepanjang Togetsukyo Bridge sambil menikmati aliran sungai yang jernih dan hijaunya Arashiyama. Jembatan ini merupakan landmark Arashiyama karena terbuat dari kayu yang telah berusia ratusan tahun. Togetsukyo membentang di atas Katsura River. Pemandangan akan lebih indah jika memasuki musim gugur dan musim semi, apalagi saat bunga sakura mekar.




#Bamboo Groves

Setelah dari Togetsukyo lagi-lagi kami naik bus menuju Bamboo Groves. Ternyata jaraknya tidak jauh sekitar 500 meter. Bamboo Groves sebenarnya hanya jalan yang panjangnya lebih kurang 500 meter, di kanan-kiri jalan ditumbuhi pohon bambu. Meski di Indonesia banyak pohon bambu, tapi menyusuri sepanjang jalan ini beda banget rasanya. Suasana tenang, damai, sejuk, dan ada sensasi seperti masuk ke zaman kuno. Alunan bambu yang bergoyang menghasilkan bunyi-bunyian alam yang syahdu. 

Di Bamboo Groves pengunjung juga dapat menyusuri jalan menggunakan rickshaw, semacam becak yang ditarik manusia. Penarik rickshawnya masih muda dan tubuhnya kuat banget. Mas-mas ini menarik rickshaw kadang setengah berlari. Duh duh si mas cakep sila mencari rezeki ya. Meski berat, tapi sepertinya mereka enjoy dan tetap ramah kalau difoto hihihi. Di sini juga ada bapak tua pembuat belalang dari bambu. Mainan bambu ini dibuat dengan keahlian yang tidak gampang karena belalang harus bisa berputar jika diletakkan di ujung jari. 




#Sagano Scenic Railway

Dari Bambbo Groves saya dan suami jalan kaki ke Sagano, mau naik kereta wisata. Pengunjung diajak naik kereta wisata di sepanjang sungai Hozugawa. Kereta wisata ini terdiri dari lima gerbong. Keempat gerbong pertama tertutup tapi jendelanya bisa dibuka dan gerbong yang satu benar-benar terbuka. Kebanyakan pengunjung memilih gerbong yang terbuka karena mereka ingin puas menyaksikan lukisan alam yang indah. Di Sagano, pengunjung juga bisa berpetualang menggunakan perahu yang ada pemandu dan kendalinya. Mungkin pengalaman naik kapal lebih seru daripada kereta. Karena tidak bisa berenang, saya urung naik perahu. Takut kecemplung hehehe.





#Kyoto Station

Setelah turun di St. Torokko Kameoka, saya dan suami jalan kaki ke St. Umahori dan naik JR kembali ke St. Kyoto. Meski Kyoto terkenal dengan bangunan kunonya tapi St. Kyoto ini bangunannya modern lho. Stasiun Kyoto merupakan pusat JR railways, subway dan menjadi tempat berkumpulnya bus baik city bus maupun bus jarak jauh. 

Di dalam stasiun terdapat mall-mall terkemuka beserta kafe. Tempat wajib yang kami kunjungi yaitu skyway tunnel. Terowongan sepanjang 45 meter yang berada di atas stasiun. Saat capek, kami istirahat di taman yang berada di roof top. Dari Kyoto Station kami naik bus ke Higashiyama

11 comments

  1. Semogaaaa suatu saat kami bisa sampe ke sana.
    Baru di postingan ini saya bisa menamatkan rupanya Mba Pipit dan suami :D

    ReplyDelete
  2. Aamiin.
    Mas Dani, itu basa Jawa yg diindonesiakan ya :)

    ReplyDelete
  3. Subhanallah pemandangannya keren banget mbak e, jadi mupeng juga nih kapan bisa kesitu...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Pemandangan di Indonesia jg ga klah keren kok Mba..

      Delete
  4. Hehehe, menamatkan mukanya mbak Pipit dan suami...saya ketawa nih baca komen Dani ini...iya kayaknya Pit, itu bahasa Jawa yang di-Indonesiakan :D
    Doa yang sama juga dengan Dani, smoga saya suatu hari nanti bisa berkunjung ke tempat-tempat yang ditulis Pipit ini...bagusnya pol, indaaaaaaaaaaaaaah banget pemandangannya, mana bersih lagi, duh...lengkapnya ya tempat wisata di Jepang ini!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hihihi iya nih sempet mikir sama komennya Mas Dani..
      Aamiin utk doanya ya Bu..

      Delete
  5. Itu hutan bambunya eksotik banget ya? Kita punya banyak jenis tanaman bambu kok gak bisa dibikin gitu?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yup..Eksotik..
      Mgkin belum dikelola dgn baik utk jd obyek wisata Mak..

      Delete
  6. Daniiiii...ya ampuuuun... bahasaneee plis deh :))

    Keren yo mbaaak, Jepang itu emang sukses bikin siapapun terpesona. Keren di wisata, keren di kartun, keren di otomotif, keren kabeh lah. Idem, aku juga pengin ke Jepang, aaamiiiin...
    bukanbocahbiasa(dot)com

    ReplyDelete
    Replies
    1. Eh ada Mba Nurul..
      Iyo ki bahasane mas Dani sempet bikin mumet..
      Aamiin Mba utk doanya..

      Delete
  7. I'm glad I'm reading your blog

    ReplyDelete