Sifat Baik Ibu-ibu Jepang

Saya suka banget melihat kebiasaan orang-orang di sekitar atau yang saya kenal tak terkecuali dengan kebiasaan ibu-ibu Jepang yang ada di Indonesia. 

Berteman dengan orang asing membuat saya sangat menjaga sikap biar enggak terjadi salah paham. Takut juga kalau tiba-tiba ada miskom di antara kami. Meski baru beberapa bulan kenal dan berkumpul tapi saya bisa belajar beberapa sifat baik dari ibu-ibu Jepang.

Ibu-ibu Jepang yang ada di Indonesia sebagian besar ikut suaminya yang sedang dinas. Mereka umumnya tinggal di apartemen. Mereka ada yang sudah tinggal di sini selama puluhan tahun atau baru beberapa bulan. Beberapa dari mereka ada yang sudah pulang ke Jepang karena masa dinasnya sudah habis. Namun, ada juga ibu Jepang yang menikah dengan orang Indonesia. Kalau statusnya begini, biasanya mereka tinggal di rumah pribadi bukan di apartemen. 

Lain negara lain juga kebiasaannya. Meski tinggal di Indonesia tapi budaya Jepang mereka masih kuat banget. Ya iyalah ya, secara mereka orang Jepang gitu, hahahaha. Nah, apa saja hal-hal menarik yang bisa dipelajari dari ibu-ibu Jepang? 

#Privasi

Berteman atau berbicara dengan orang asing membuat saya lebih hati-hati. Sebisa mungkin saya menghindari pembicaraan yang menyangkut masalah pribadi. Misalnya sudah punya anak apa belum, pertanyaan tentang suaminya atau kebiasaan selama di Indonesia. Saya sangat menjaga privasi mereka karena takut nggak sopan atau menyinggung. Kebetulan juga, ibu-ibu Jepang kalau bertanya juga enggak soal privasi. Kalau mereka tanya umur, mereka aja bilang 'maaf, saya boleh tanya umur'. 

Lain cerita kalau misalnya kami sedang ngobrol sesuatu dan ada pertanyaan dengan hal tersebut, saya akan bertanya sesuai tema. Misalkan, kami sedang ngobrol soal Bahasa Jepang dan ada yang cerita kalau di rumah ngobrol dengan suami (kebetulan suaminya orang Indonesia) pakai Bahasa Jepang. Setiap hari mereka ngobrol memakai Bahasa Jepang kecuali dengan asisten dan sopirnya. Nah, saya lalu tanya, kalau ngobrol dengan anak apakah pakai Bahasa Jepang juga? 

Si Ibu menjawab kalau dia nggak punya anak. Sampai di sini saya stop dan nggak tanya lebih jauh. Misalnya nanya kenapa nggak punya anak? Apakah sudah promil? Ya kali siapa tahu saya juga pengin promilnya, hahaha. 

#Selamat Siang, Maaf, Permisi, dan Terima kasih

Yup, kata-kata tersebut enggak berhenti terdengar dari bibir mereka. Sedikit-sedikit mereka bilang maaf. Kalau lewat di depan orang pasti bilang permisi atau selamat siang. Ketemu sopir pribadinya yang sedang membawa buku pun ngucapin terima kasih, lho. Saya melakukan hal kecil untuk mereka, pasti dibalas dengan 'terima kasih.' 

Orang asing memang nggak sungkan untuk mengucapkan kata-kata tersebut. Beda banget sama orang Indonesia, ya. Padahal kata-kata tersebut terdengar sederhana dan sepele tapi bagi yang mendengar rasanya diperhatikan dan dihargai. Bener enggak sih? 

Pengalaman saya pribadi sewaktu di Jepang, sering banget ketemu orang yang enggak kenal di jalan dan mereka bilang 'Konnichiwa.' Mereka menyapa sambil tersenyum lho. Kaget juga sih dengan keramahan mereka. Apalagi kalau di tempat les. Begitu sampai di sana dan ketemu tukang kebun, sensei, staf atau sesama murid pasti mereka memberi salam, 'Ohayou gozaimasu.' 

#Bayar Sendiri atau Saweran

Orang Jepang suka minum atau makan-makan, bahasa kerennya nomication (nomimasu+communication). Intinya sih makan bareng sambil ngobrol gitu. Kantornya pak suami di Jepang, hampir tiap bulan pasti ada acara makan-makan. Pak suami sih seneng aja diajak makan bareng tapi senep ketika harus membayar iuran, hahahahaha. Makanannya sih sedikit tapi yang banyak sakenya padahal pak suami enggak minum sake. Di situ sedihnya. Tapi sejauh ini iurannya masih wajarlah. 

Nah, seperti yang saya ceritakan sebelumnya kalau setiap Jumat keempat biasanya saya diajak makan-makan oleh ibu-ibu Jepang. Berdasarkan pengalaman pak suami, untuk acara seperti ini saya harus siap uang karena mereka jarang nraktir. 

Benar, kalau makan dengan mereka, saya harus bayar apa yang saya makan. Kalau makanannya barengan misal makan sushi rame-rame, total bill dibagi rata alias saweran. Dengan cara ini, saya bilang wajar karena memang begitu seharusnya, kita keluarkan sesuai apa yang kita makan. Ketika makan-makan di restoran di Indonesia hal ini juga berlaku loh. Padahal saya pengin banget ditraktir sama mereka *hahahaha ngarep.

#Sederhana dan Hemat

Menurut saya ibu-ibu Jepang itu kok sederhana dan hemat ya. Penampilan mereka biasa banget. Bahkan ada yang istri seorang presdir tapi penampilannya sangat biasa dan nggak branded atau pamer kekayaan. Sepertinya mereka nggak suka menghamburkan uang. Hhhhmmm, mungkin nggak ya ini berhubungan sama sifat orangnya juga atau memang sudah budaya mereka ya.  

#No Tip

Saya sering menumpang mobil salah satu rekan yang kebetulan les BIPA (les Bahasa Indonesia) di UI. Saya juga pernah melihat sendiri kebiasaan sopir setelah parkir. Mereka akan memberikan slip parkir berikut uang kembalian ke majikan, utuh dan saat itu juga. 

Kalau pengalaman teman Indonesia yang tinggal di Jepang, saat itu teman pesan barang secara online dan dibayar COD (cash on delivery). Sewaktu barang sampai ternyata ada kembalian 500Yen. Teman tersebut sudah ikhlas dan bilang, "Kembaliannya buat kamu aja."

Eh, petugas tersebut tetep kekeh nggak mau dan berusaha nyari uang receh 500Yen. Meski lama nyarinya, tapi akhirnya ada kembalian juga. Padahal teman tersebut enggak masalah kalau nggak ada kembalian toh cuma 500Yen, pikirnya. 

#Disiplin dan Bersih

Kalau ini sih sudah menjadi rahasia umum budaya orang Jepang ya. Mereka memang disiplin, kalau acara jam 2 teng ya jam 2 sudah ada di lokasi. Uniknya, kalau masuk ke ruangan PAUD yang saya ceritakan di sini, mereka akan melepas alas kaki dan memakai alas kaki khusus dalam ruangan. Yup, mereka masih menerapkan hal tersebut di Indonesia. Apa mungkin ruangan PAUD-nya yang kotor ya? hahahahahaha.

Yang jelas sewaktu saya ke rumah salah satu ibu Jepang, rumahnya bersih dan rapi. Yang unik, di ruang tamunya ada rak khusus untuk alas kaki dan disediakan sandal khusus untuk dipakai di dalam rumah. Enggak cuma itu saja. Karena si ibu tersebut hobi memelihara kucing (kucing kampung), kucing tersebut juga punya wilayah sendiri-sendiri. Kalau ada kucing yang berada di wilayah kucing lain, si ibu akan menggendong dan mengembalikan ke wilayahnya semula sambil bilang gini, "Kamu tidak boleh di sini. Nanti kamu bertengkar. Ayo kembali." Sumpah, ini seriusan dan saya melihat sendiri. Sebegitunya ya, bahkan kucing juga diajak disiplin, hahahahaha.


#Perhatian dan Baik

Meski terdengar sangat keras dan disiplin tapi mereka baik banget dan perhatian. Contohnya banyak. Misalnya mereka akan membalas budi kalau kita berbuat baik atau memberi sesuatu. Pasti. Saya teringat sewaktu di Yokohama ketemu sensei yang mengajar tahun sebelumnya. Beliau membawakan saya oleh-oleh dari negara yang sedang dikunjungi. Jadi sewaktu beliau jalan-jalan ke Vietnam dan tahu kami akan bertemu, saya diberi oleh-oleh negara tersebut bukan barang Jepang. Tuh, jalan-jalan aja masih ingat sama saya, perhatian banget kan.

Sewaktu di Yokohama, saya juga pernah dikasih tempe padahal saya sebelumnya pesan 1 biji tapi malah diberi 2 biji dan gratis. Si ibu tersebut enggak mau dibayar sama sekali padahal saya sudah siap uang.

Kalau di Jakarta, saya juga diajak berangkat bareng naik mobil ke perpustakaan keliling di Matraman. Bahkan kalau pulang, mereka pasti memikirkan cara saya agar pulang bisa cepat dan gampang dapat kereta. Maklum, saya kan anak kereta dan nggak naik mobil. Saya sampai kagum sama perhatian mereka. Mereka dengan senang hati memberikan tebengan sampai ke stasiun. 

Kalau mereka tahu saya akan datang ke perpus keliling dan saat itu mendung atau hujan, mereka langsung menawarkan sopirnya untuk menjemput saya di stasiun. Intinya sih mereka enggak mau rekannya kesulitan karena acara bersama. Baik banget kan?

Semua yang saya ceritakan ini berdasarkan pengalaman saya loh ya. Mungkin ada yang lebih lama berteman dengan mereka atau tinggal di Jepang jadi lebih paham. Mungkin ada juga orang Jepang yang mempunyai kebiasaan buruk, namanya juga manusia pasti ada yang baik dan buruk. Tapi saya di sini cerita yang bagusnya saja. Kita ambil sisi positif dari orang asing untuk diterapkan bagi diri sendiri. Ini bukan menggurui lho ya, saya hanya sekedar sharing pengalaman.

17 comments

  1. kayaknya emang klo org luar itu lebih ramah ya, suka nyapa klo papasan

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya sih. Tapi saya juga ramah lho Mba :)

      Delete
  2. Istri keponakanku itu hamil 4 bulan trus milih balik ke Jogja, suaminya tetap nerusin study di Jepang. Memangnya kenapa dg lahiran disana ya? Aku pernah baca blog siapa gitu katanya malah asik, RS & dokternya take care bgt.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mungkin beliaunya ingin dekat sama keluarga, Mak Lus.
      Saya kurang tahu banyak soal kelahiran di sana, yg saya tahu dokternya lebih suka melahirkan normal ketimbang sc.

      Delete
  3. Aduh Mbak Pipit saya kok jadi pengen gosip ya. Cowok-cowok Jepang yang kerja sama saya di bank sebelumnya ternyata hobi banget ngegoaip loooh. Hahaha. Kalau ibu-ibunya saya percaya kok. Teman saya orang Indonesia yang besar di Jepang juga sama kayak deskripsi Mbak Pipit.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahahaha, mungkin ibu-ibunya juga. Sayanya aja yg ga mudeng bahasa mereka.*toyor diri sendiri

      Delete
  4. Setuju mbak Pipit orang Jepang memang terkenal sopan santun dan menghargai orang lain, mereka juga dispilin terutam kalo antri rapi sekali... :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyap, meski macet mereka juga rapi antre loh, ga ada yg nyerobot.

      Delete
  5. wah salut banget, kerja keras, sederhana, disiplin ..salut banget deh...

    malahan di Jakarta kalau papasan sama orang gak dikenal tidak dapat senyum ya..

    ReplyDelete
  6. apalagi kalau bawa bayi, obaasan pasti sering negur, gemes lihat bayi :D

    ReplyDelete
  7. aku pernah juga puny atemen orang Jepang mbak, mereka disiplin banget ya

    ReplyDelete
  8. Atuhlaaaaah...
    Gimana ini urusannya aku jadi pengen ke Jepang iniiiih biar bisa ngerasain semua yang diceritain disiniiiih!
    *suka gampang kehasut anaknya hehe*

    ReplyDelete
  9. hehe, ternyata di sana kalo makan bayar sendiri-sendiri ya. kirain dibayarin ya, sekali-kali gitu :D

    ReplyDelete
  10. ada beberapa sifat yang berbeda 180 derajat dengan kebanyakan orang kita ya? :D

    ReplyDelete
  11. Nah, soal privacy aku harap di sini juga orang bisa begitu. Care itu beda sama kepo. Malas juga kalau ditanya-tanya soal penampilan, lah, soal kapan nikah lah.. Aduh, ibuku aja gak gitu, hehehe :D

    ReplyDelete
  12. masalah kedisiplinan kita harus belajar dari orang jepang .

    ReplyDelete