Pengobatan Alternatif Masih Banyak Peminat

Terhitung sejak Oktober sampai postingan ini dibuat, saya mendapat email dari para pembaca blog ini.

Hampir setiap bulan saya mendapat email dan isinya sama, mereka sebagian besar menanyakan tentang ikhtiar hamil saya di Shinse Sukimin Taryono. Rasanya senang mendapat email dari Teman-teman karena pengalaman yang saya tulis dapat memberikan sedikit informasi tentang pengobatan alternatif tersebut. Selain itu, saya juga mendapat banyak support dan merasa nggak sendiri sebagai PCO fighter. Kami saling menguatkan satu sama lain meski melalui dunia maya. Terima kasih buat perhatian dan support Teman-teman selama ini. Dari beberapa email tersebut, saya dapat mengambil kesimpulan bahwa pengobatan alternatif ternyata masih banyak peminatnya. 

Anehnya, surat elektronik yang menanyakan ikhtiar saya tersebut, kok nggak ada yang menanyakan pengobatan alternatif lain yang pernah saya jalani, ya. Saya pernah berobat ke Eyang Agung yang lokasinya jauh dari rumah saya. Rumah saya di Depok sedangkan rumah Eyang Agung di Ciputat. Padahal cara pengobatan di Eyang Agung seru, lho. Pengobatannya unik, menarik, dan khas Jawa. Pengalaman seru berobat di Eyang Agung selengkapnya bisa dibaca di sini

Pengobatan alternatif bukanlah hal asing bagi masyarakat Indonesia. Sebelum mengenal pengobatan medis, masyarakat sudah mengenal pengobatan tradisional. Di beberapa daerah, pengobatan dengan cara ini masih digunakan dan banyak peminatnya. Tak terkecuali di kota-kota besar, praktik pengobatan alternatif jumlahnya menjamur dengan metode beragam. Ada yang memakai metode pijat, totok, bekam, bahkan terapi dengan hewan seperti lintah. Semua praktik tersebut dikemas dengan cara berbeda sehingga mempengaruhi biaya pengobatannya pula. Tak tanggung-tanggung, biaya pengobatan di tempat tertentu harganya bisa mencapai jutaan rupiah. 

Meski ada yang tergolong mahal, nyatanya pengobatan alternatif masih banyak peminat dan bisa bertahan di masyarakat modern sampai sekarang. Kenapa? Secara logika, pengobatan medis nggak bisa menjamin pasien sembuh 100%. Sependek pengetahuan saya yang pernah belajar dan bekerja di bidang kesehatan, dokter hanya menganalisa gejala pasien. Obat yang diberikan hanya bersifat sementara dan mengurangi gejala yang diderita oleh pasien. Penyakit akan muncul jika kita kurang menjaga kesehatan atau daya tahan tubuh kita menurun. Dengan begitu, akan timbul berbagai gejala yang mengarah ke penyakit tertentu. 

Maka, sah-sah saja jika masyarakat memilih ke praktik metode secara tradisional. Menurut sebuah sumber yang saya baca di Kompas menyebutkan bahwa pengobatan tradisional ada yang bersifat alternatif dan komplementer. Sebagai pengobatan alternatif, pengobatan tradisional dipilih karena pasien nggak mau menjalani perawatan medis. Sedangkan sifat komplementer, pengobatan ini dipilih untuk melengkapi pengobatan medis. 

Menurut Foster dan Anderson, yang selengkapnya bisa dibaca di sini, ada beberapa faktor yang mempengaruhi masyarakat dalam memilih pengobatan alternatif. Saya nggak akan menulis faktor-faktor tersebut satu per satu. Namun, ada yang menarik dicermati. Salah dua dari berbagai faktor yang ditulis sumber tersebut yaitu faktor ekonomi dan faktor kejenuhan terhadap pelayanan medis.

Menurut saya, kedua faktor ini berhubungan satu sama lain. Masyarakat dewasa ini dihadapkan pada biaya hidup yang tinggi. Mereka harus bekerja keras untuk dapat memenuhi biaya anak sekolah, kebutuhan sehari-hari, dan juga biaya kesehatan. Saya juga merasakan hal itu, terutama biaya untuk kesehatan. Meski saya dan pak suami ditanggung asuransi namun ada limit dalam penggunaan asuransi tersebut. Apabila saya dan pak suami sering berobat ke rumah sakit dan melebihi limit asuransi, maka sisanya ditanggung sendiri. Padahal kita tahu bahwa biaya berobat di kota besar nggak sedikit. 

Saya membayangkan, bagaimana biaya pengobatan masyarakat yang kurang mampu tapi harus berobat demi kesembuhan penyakitnya? Meski sudah ada BPJS, namun belum semua masyarakat memanfaatkan fasilitas tersebut. Mau tak mau mereka harus mengeluarkan uang yang nggak sedikit untuk berobat ke dokter. Keadaan ini tentu membuat mereka berpikir karena biaya pengobatan medis tentu saja mempengaruhi kondisi keuangan mereka. Akhirnya mereka jenuh terhadap pelayanan medis dan beralih ke pengobatan secara tradisional.

Masih ingat kasus Ponari beberapa tahun lalu?

Iya, peristiwa itu sangat fenomenal dan sebagian besar pasien Ponari adalah masyarakat menengah ke bawah. Hanya dengan mencelupkan batu ke air yang dibawa pasien, Ponari sangat terkenal dan bisa memperbaiki kondisi keuangan keluarganya. Pasiennya banyak hingga Ponari kelelahan dan dia harus digendong untuk "mengobati" pasiennya. Mereka rela antre berjam-jam demi mendapat tuah dari batunya Ponari. Mereka hanya ingin sehat atau sembuh dengan biaya yang murah.

Sekarang, bagaimana nasib Ponari dan pasien-pasiennya? Apakah "dukun" Ponari masih menerima pasien atau enggak? Apakah Ponari masih seramai dulu? Ah, saya sendiri nggak tahu banyak soal itu. Hahaha.

Dalam kasus Ponari, selain ekonomi, tentunya faktor sosial dan budaya sangat berpengaruh kuat di masyarakat. Faktor sosial, yaitu adanya sugesti dari seseorang yang pernah berobat ke Ponari berkembang luas dari mulut ke mulut. Penyebaran ini sangat cepat mengingat tempat tinggal Ponari masih di desa yang masih kuat hubungan kekeluargaannya. Sugesti atau cara pandang tersebut dapat mempengaruhi orang lain sehingga mereka tanpa pikir panjang mendapat sudut pandang yang sama tentang Ponari.

Sedang faktor budaya tentu saja hal ini masih kuat mempengaruhi kehidupan masyarakat kita. Nilai-nilai budaya yang dianut sehari-hari sangat mempengaruhi pola pikir masyarakat. Dan, hal ini pula yang berlaku di masyarakat untuk menerima atau enggak praktik pengobatan alternatif tersebut. Jika ada kecocokan dengan budaya atau suku mereka, maka praktik pengobatan seperti Ponari sangat mudah diterima masyarakat. Karena, semua kebudayaan memiliki cara pengobatan yang berbeda-beda baik ilmiah atau enggak. Apalagi kalau sudah melibatkan unsur supranatural dalam pengobatan tersebut, dapat dipastikan masyarakat akan ramai berbondong-bondong ke sana.  

Saya sendiri mempertimbangkan banyak hal sebelum memutuskan ke Shinse Sukimin. Seperti Teman-teman yang email ke saya. Pastinya Teman-teman ingin tahu pengalaman saya dan informasi tentang shinse tersebut, kan? Saya pun demikian. Saya mencari informasi dengan googling dan berusaha mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya. Saya baca pengalaman yang sudah berobat ke sana, saya catat tempatnya, pergi pertama kali dengan sepupu, dan ikuti aturan Shinse. Bagi saya, pengobatan ke shinse ini hanya komplementer, pelengkap dari pengobatan medis yang saya jalani. 

Banyak yang bertanya ke saya, sekarang bagaimana? Apakah saya masih ke Shinse Sukimin? Jujur, sejak saya pindah rumah, saya belum berobat ke mana-mana lagi. Hahaha, maklum uangnya banyak terkuras untuk menambal rumah sana-sini. Memang, ada di saat-saat tertentu saya capek dengan semua pengobatan. Ada waktu di mana saya dan pak suami harus memprioritaskan anggaran keuangan. Saya yakin, Teman-teman yang kasusnya seperti saya juga mengalami hal serupa. Hidup itu pilihan, kan? Hahaha, sok bijaksana banget, ya. Yakinlah, saya saat ini sedang galau.^_^. 

Hhmm, melihat berbagai kejadian di masyarakat, menurut saya, baiknya kita jangan asal memilih pengobatan alternatif. Perhatikan beberapa faktor dan pertimbangkan baik-baik sebelum berobat ke tempat yang dituju. Selalu gunakan akal sehat kita dalam memilih pengobatan-pengobatan itu. Menjalani berbagai pengobatan apa pun nggak akan berhasil dengan baik kalau kita sendiri nggak menjalani pola hidup sehat agar proses pengobatan tersebut lebih mudah dan lebih cepat hasilnya. Makan makanan bergizi, olahraga teratur, kurangi makanan yang mengandung pengawet, dan hindari rokok. Hayo, apakah itu sudah menjadi bagian hidup dari Teman-teman? 

38 comments

  1. Setuju Mbak Pipit. Sebaiknya kita tidak gegabah milih pengobatan alternatif. Harus cari info akurat dulu sblm lanjut ke pengobatan. Dulu ibuku kena tumor, berobat alternatif herbal yg memang sdh terbukti. Selain itu dirumah juga rutin minum jamu bikinan sendiri. Alhamdulillah sembuh. Yg ditakutkan kan praktek aneh2 yg kadang bs mengancam keslamatn jiwa.

    ReplyDelete
  2. idem mbk, pilih pengobatan alternatif sih oke2 aja, asal jgn sembarangan, apalagi kalau yg dilihat harga, murah langsung samber, jangaannn..

    ReplyDelete
  3. pengalaman dulu wkt ayah ke alternatif gusm**, tertarik karena iklan di tivi, pas kesana, aiih..entah deh, gak berani cerita :(

    ReplyDelete
  4. semoga disegerakan punya anak ya, mba. ada satu titik di mana ketika ikhlas menjalaninya udah nggak ngoyo lagi ternyata malah dapat, kayak temanku yang nunggu bertahun2.

    ReplyDelete
  5. Walaupun sedang ada kasus TERAPI berujung Maut, namun seperti kata orang orang tua dulu, selain obat obatan MODERN, pengobatan Alternatif tetap menjadi salah salah satu yang disukai masyarakat. Hanya saja perlu ada pengawasan menyeluruh dari instansi terkait

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nah, itu pengawasannya sepertinya belum jalan optimal.

      Delete
  6. ikut mendoakan mbak pipit. Apapun cara dilakukan yang penting halal ya mbak

    ReplyDelete
  7. iya mbak, dulu waktu aku pengen hamil pengobatan alternatif juga aku pakai selain ke dokter dan pasrah kpd Allah...

    ReplyDelete
  8. kadang malah saat sudah ikhtiar sana sini dan pas break, pasrah dan santai malahan rezeki hamilnya datang mba, amin

    ReplyDelete
  9. Suamiku pernah cedera tulang belakang, disarankan operasi. Untung punya sepupu dokter bedah yg bisa dimintai saran, dia bilang operasi itu berbahaya krn ada saraf tipis yg kalau salah sedikit malah bikin lumpuh. Akhirnya ke dokter akupuntur atas rekomendasi kakak. Alhamdulillah setelah bbrp kali terapi tusuk jarum bisa pulih, tinggal berhati-hati jaga diri & olahraga. Kalau mau ke alternatif, jangan kata orang atau iklan, tapi minta rekomendasi saudara yg pernah menggunakannya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasih sharing dan sarannya, Mak Lusi.

      Delete
  10. setuju sama MBak Lusi, butuh rekomendasi dari saudara atau teman yang dipercaya, untuk memilih tempat pengobatan alternatif

    ReplyDelete
  11. dokter hanya menganalisa gejala pasien. Obat yang diberikan hanya bersifat sementara dan mengurangi gejala yang diderita oleh pasien. Penyakit akan muncul jika kita kurang menjaga kesehatan atau daya tahan tubuh kita menurun. Dengan begitu, akan timbul berbagai gejala yang mengarah ke penyakit tertentu. >>>>> noted to my self ni mba, TFS ya sy jd tau jg PCO .. sehat2 mba Pipit :*

    ReplyDelete
  12. Betul mbak Pipit, kita harus mengetahui dulu pengobatan alternatif tersebut dari orang-orang yang pernah menggunakan dan hasilnya bagaimana. Jangan terbujuk iklan karena semua iklan pasti promonya bagus :)

    Semoga terapinya berhasil ya mbak, aamiin :)

    ReplyDelete
  13. Pipiiiiit...
    Namanya juga lagi ikhtiar dimana aja lah, yang penting tetap diiriingi sama doa dan tetap banyakin browsing dan cari info sebanyak2nya juga yaaah :)

    Mudah2an tahun 2016 ini berhasil yah Piiiit :))

    ReplyDelete
  14. Sepakat mbak, tapi seharusnya dalam hal apapun kita harus hati-hati memilih :-D

    ReplyDelete
  15. Tetep semangat mbak pipit ^^
    Semoga usahanya segera membuahkan hasil ya :)

    ReplyDelete
  16. Hai mba pipit..
    Salam kenal. Barusan browsing2 tp jd nyasar ke blog nya mba pipit..

    Mba.. sy mau share aja.. kebetulan kasusnya sama dgn teman saya yg jg PCO..
    Teman sy minum biogold mba.. ini bagus bgt utk menstabilkan hormon progesteron & utk masalah reproduksi.
    Ada uji klinis nya juga utk produknya jd bukan produk sembarangan..
    Oiya boleh bbm 75D42812 aja klo mungkin mba mau tnya2.. gak enak nti kyk ngikalan disini klo panjang2..

    ReplyDelete
  17. Hai mba pipit..
    Salam kenal. Barusan browsing2 tp jd nyasar ke blog nya mba pipit..

    Mba.. sy mau share aja.. kebetulan kasusnya sama dgn teman saya yg jg PCO..
    Teman sy minum biogold mba.. ini bagus bgt utk menstabilkan hormon progesteron & utk masalah reproduksi.
    Ada uji klinis nya juga utk produknya jd bukan produk sembarangan..
    Oiya boleh bbm 75D42812 aja klo mungkin mba mau tnya2.. gak enak nti kyk ngikalan disini klo panjang2..

    ReplyDelete
  18. mba pipit seru banget baca artikelnya :D
    iya, aku pun dulu pernah berobat di alternatif. beliau pakai metode pijat2.. sakitnya luaar biasa.. abis itu kapok, hahah

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahahaha saya jg kemarin dipijet sakit bgt.

      Delete
  19. benar sekali kak, dalam memilih pengobatan alternatif harus berhati2..
    oh iya kak jika berkenan minta folbacknya bisa kak? terimakasih :)

    ReplyDelete
  20. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete