Seminar Laktasi: Standar Emas Pemberian Makan Bayi dan Anak

Saya paling suka jika dapat menghadiri acara bertema kesehatan.

Pada hari Minggu (18/12/2016), saya mendapat undangan dari AIMI Depok untuk menghadiri seminar laktasi di Hotel Bumi Wiyata, Depok. Seminar ini diadakan dalam rangka selebrasi AIMI Depok yang ke-2 yang dihadiri oleh tenaga kesehatan dan masyarakat umum. AIMI (Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia) Depok merupakan organisasi nirlaba yang didirikan pada 1 November 2014, yang bertujuan meningkatkan persentase ibu menyusui. 




Segala hal tentang bayi dan anak selalu menarik untuk diikuti. Saat ini banyak sekali informasi yang beredar mengenai tumbuh kembang bayi dan anak. Hal yang sama juga terjadi pada banyaknya info tentang makanan bayi. Pemberian makan pada bayi dan anak akan mempengaruhi perkembangan otak dan anggota tubuh lainnya. Dampak pemberian makan yang kurang tepat bisa menyebabkan bayi gagal tumbuh atau malah obesitas. 

Meski belum punya momongan namun saya antusias mengikuti acara ini karena narasumber yang hadir sangat kompeten dan mereka tak sekadar berbagi ilmu tapi juga pengalaman. Narasumber di seminar laktasi ini, yaitu:

1. dr. Utami Roesli, Sp.A, IBCLC, FABM
2. dr. Stella Tinia, M.Kes, IBCLC
3. dr. Asti Praborini, Sp.A, IBCLC
4. dr. Hikmah Kurniasari, MKM, CIMI
5. Tiur Hutagalung, LLM, CIMI

Oke, saya akan cerita apa saja yang dibagikan oleh narasumber tersebut.

#Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

Sesi pertama tentang IMD. Menurut dr. Utami Roesli, IMD dimulai secepatnya, segera setelah bayi lahir. IMD dilakukan dengan cara bayi ditengkurapkan di dada ibu sehingga kulit bayi melekat pada kulit ibu minimal satu jam. Kulit ibu mempunyai kemampuan menyesuaikan suhunya dengan suhu yang dibutuhkan bayi.  

Di sesi ini, dr. Utami berbagi pengalaman IMD melalui video saat cucunya lahir. Dalam video tersebut, selama IMD bayi tidak langsung bisa menyusu. Bayi akan mengalami fase menangis, merangkak mencari payudara, dan mengenali payudara. Setelahnya, bayi akan menyusu. Proses ini membutuhkan waktu kurang lebih satu jam. Saat skin to skin contact inilah, ayah bisa mendoakan anak.  

Indikasi keberhasilan IMD yaitu ibu dan bayi dalam keadaan stabil. Setelah bayi melakukan kontak kulit dengan ibu dan kondisi ibu stabil baru dilakukan kontak kulit dengan ayah. 

Manfaat skin to skin contact antara ibu dan bayi antara lain:

1. Mempertahankan kehangatan bayi
2. Lebih berhasil dan lebih lama menyusui
3. Detak jantung dan pernafasan lebih cepat stabil
4. Bayi lebih jarang dan lebih sebentar menangis
5. Kasih sayang dan bonding lebih baik

Dalam menutup sesi pertama, dr. Utami Roesli memberikan catatan yang sangat berharga

"ASI merupakan hadiah sangat berharga yang dapat diberikan orangtua pada anaknya. Dalam keadaan miskin mungkin itu hadiah satu-satunya yang dapat diberikan. Dalam keadaan sakit, ASI adalah hadiah yang menyelamatkan jiwa." 

#Kriteria Evaluasi Keberhasilan Menyusui

Berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013, cakupan pemberian ASI eksklusif di Indonesia masih rendah. Tahun 2013 cakupan ASI eksklusif hanya 54,3% dari target 80%. 

Penyebab rendahnya cakupan ini antara lain:

1. Pemasaran susu formula
2. Kesulitan pemberian ASI pada ibu bekerja
3. Tenaga kesehatan belum berpihak pada ASI eksklusif
4. Tenaga konselor ASI jumlahnya terbatas
5. Belum maksimalnya kegiatan edukasi, sosialisasi, advokasi, dan kampanye ASI
6. Belum semua RS melaksanakan 10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui (LMKM)

Pada sesi ini, dr. Stella menjelaskan indikator menyusu dapat terlihat mulai dari rooting, latch on, suckle, dan swallowing. Tahapan yang dimulai dari bayi memutar kepala ke arah payudara dan membuka mulut mencari payudara. Lamanya pelekatan pada payudara, gerakan menghisap sampai menelan yang membutuhkan ASI yang cukup.

Menilai keberhasilan proses menyusui tidak bisa dilihat dari 1 parameter saja namun memerlukan observasi menyeluruh baik faktor biometrik maupun psikososial pada ibu dan bayi. 

Untuk itu, memberikan edukasi kepada ibu tentang pemantauan keberhasilan menyusui akan membantu ibu menilai kondisinya sendiri. Dalam hal ini, dukungan keluarga merupakan salah satu faktor yang penting. Jika bermasalah, sebaiknya segera mencari bantuan agar dapat memberikan ASI kepada bayi. 

#Relaktasi pada Bayi Bingung Puting

Sesi ketiga merupakan sesi yang krusial karena berlangsung saat mendekati waktu istirahat. Namun narasumber yang membawakan sesi ini sangat komunikatif membuat peserta tidak mengantuk malah semangat mengikuti paparan yang disampaikan oleh dr. Asti Praborini.

Jujur, saya membaca judul pada sesi ini sering salah. Relaktasi saya baca relaksasi. Duh, padahal artinya beda banget. Parahnya, saya baru pertama kali mendengar istilah relaktasi.  

Apa itu Relaktasi?

Relaktasi adalah usaha mengembalikan bayi untuk menyusu lagi ke payudara. 

Kasus relaktasi ini banyak terjadi misalnya ibu yang tidak sabar mendengar tangisan bayi lalu memberikan susu formula dan dot sehingga proses menyusui berakhir. Kasus ini tidak hanya terjadi pada ibu bekerja saja namun juga terjadi pada ibu yang tidak bekerja. 

Relaktasi sangat penting karena selain sebagai makanan terbaik bagi bayi, ASI adalah obat. Selain itu, menyusu bukan hanya kegiatan memberikan ASI saja tapi lebih dari itu. Menyusu dapat meningkatkan bonding antara ibu dan bayi yang dibutuhkan untuk proses tumbuh kembang anak.

Cara melakukan relaktasi sebagian besar menggunakan metode rawat inap di RS disertai bantuan konselor. Dengan metode ini akan tercipta lingkungan yang kondusif untuk ibu dan bayi dalam proses relaktasi. 

Bagi saya, sesi ini sangat menarik karena ada pasien dr. Asti yang menceritakan pengalaman relaktasi secara langsung. Sebut saja namanya Ibu Melati temannya Ibu Mawar. Ibu Melati seorang pekerja. Karena aktivitasnya di kantor maka dia memberikan ASI ke bayinya dengan dot. Setelah pulang kerja dan hendak menyusui, bayi itu menolak. Iya, bayinya mengalami bingung puting. Hal ini terjadi terus menerus. 

Ibu Melati sudah mau resign demi bayinya namun dilarang si Bos. Ibu Melati diberi kelonggaran waktu untuk cuti sesukanya. Maka, Ibu Melati melakukan relaktasi selama cuti. Ibu Melati melakukan relaktasi dengan rawat inap di rumah sakit. Berkat kesabaran dan bantuan konselor ASI selama relaktasi akhirnya si anak mau menyusu sampai usia 2 tahun. 

Pasien dr.Asti Berbagi Pengalaman Relaktasi

Tahap relaktasi ini lumayan panjang. Intinya adalah menyapih dari dot menggunakan gelas, melakukan skin to skin contact antara ibu dan bayi. Jika kasusnya berat, yakni bayi sudah tidak mau puting maka relaktasi dibantu dengan alat bantu laktasi yang dibuat dari Naso gastric Tube no 5F40cm dan Spuit 50cc. Alat bantu laktasi digunakan untuk membuat bayi senang di payudara, karena bayi sudah terbiasa dengan aliran deras dot. Alat bantu laktasi dapat diisi dengan ASI donor yang sudah dipasteurisasi/susu formula. 

Jika suplai ASI ibu berkurang maka ibu akan mendapatkan terapi laktogog dan akupuntur. 

Jumlah susu dalam alat bantu laktasi lama-lama akan dikurangi. Begitu juga dengan dosis laktogog sehingga nantinya bayi hanya akan menyusu langsung ke payudara. 

#Makanan Pendamping ASI

Banyak yang sudah tahu kalau MP-ASI diberikan saat bayi berusia 6 bulan. Kenapa?

1. Kemampuan oromotorik bayi sudah baik
2. Bayi mampu menegakkan kepala
3. Mampu duduk dengan bertopang
4. Saluran pencernaan sudah siap menerima makanan padat

dr. Hikmah, selaku narasumber menyebutkan bahwa hal-hal yang perlu diperhatikan pada pemberian MP-ASI yaitu:

1. Usia: 6-9 bulan, 9-12 bulan, >12 bulan
2. Frekuensi  dalam 1 hari yang terdiri dari makanan utama dan selingan
3. Jumlah, seberapa banyak porsi makan bayi dalam 1 kali makan
4. Tekstur, kekentalan bentuk makanan bayi
5. Variasi, macam-macam makanan yang diberikan
6. Responsif, cara memberikan makan pada bayi
7. Kebersihan mulai dari bahan makanan, alat makan dan tangan ketika makan

Banyak sekali mitos mengenai MP-ASI yang beredar di masyarakat. Apa saja mitos tersebut?

1. Cukup berikan ASI saja bila ana tidak mau makan
2. Makanan yang diberikan teksturnya cair supaya mudah ditelan
3. Tidak boleh memberikan lauk hewani
4. Bayi melepeh makanan tandanya bayi tidak menyukai makanan tersebut

Do's saat MP-ASI:

1. Berikan dorongan jika anak menolak makan
2. Berikan pujian saat anak makan
3. Bersabar dalam memberikan makan pada anak
4. Tetap susui bayi on demand

Don'ts:

1. Jangan paksa anak jika tidak mau makan
2. Jangan berikan banyak minum sebelum dan sewaktu makan

#Pijat Bayi, Sentuhan untuk Tumbuh Kembang Optimal

Materi terakhir disampaikan oleh Tiur Hutagalung, SH, MH, CIMI. Beliau adalaha anggota IAIM ( International Association of Infant Massage) dan pengurus IAIM Indonesia. Ibu Tiur mengatakan bahwa selama ini banyak sekali bayi yang dipijat oleh dukun bayi dengan gerakan yang keras. Tak jarang, bayi sering takut dan menangis ketika dipijat.

Pijatan pada bayi merupakan suatu penyaluran kasih sayang berupa sentuhan yang diberikan oleh orangtua terhadap bayinya. Pijat adalah terapi sentuhan tertua yang dikenal manusia dan yang terpopuler. Dalam beberapa kultur di dunia banyak yang mempraktikkan pijat bayi dari generasi ke generasi.

Waktu memijat bayi disesuaikan dengan kondisi bayi. Bisa saat setelah mandi, sebelum tidur, dll. Saat memijat, perhatikan tingkah laku bayi dan sebaiknya dilakukan secara rutin. Pijat bayi sebaiknya dilakukan oleh orangtua sendiri. 

Hal-hal yang diperhatikan saat memijat:

1. Meminta izin setiap kali akan memijat
2. Menggosokkan minyak ke telapak tangan di depan wajah bayi sehingga bayi mengenali suaranya sebagai awal pijat. Minyak untuk memijat bayi sebaiknya menggunakan minyak dari sayuran, biji, buah, yang tidak melalui proses pemanasan.
3. Bernyanyi untuk bayi
4. Berbicara kepada bayi dan berinteraksi selalu
5. Bila bayi menangis/lapar/mengantuk/ingin ganti popok, sesi pijat harus dihentikan.

Ibu Tiur membagikan pengalaman pribadinya saat memijat bayi. Beliau rutin melakukan pemijatan pada anaknya saat bayi. Pemijatan yang dilakukan tidak berupa gerakan yang keras namun sentuhan dan gerakan yang lembut dan penuh kasih sayang. Sampai sekarang saat anaknya sudah SMA masih minta dipijat oleh ibunya. Uniknya, bukan pijatan seperti orang dewasa namun sentuhan dan gerakan halus bagi anaknya merupakan pijatan. Meski demikian, si anak tetap senang dan tertidur lelap. 

Nah, itu tadi ilmu yang bisa saya bagi saat seminar laktasi pada bulan Desember yang lalu. Banyak banget kan ilmunya. Selain diisi sharing ilmu dan tanya jawab, seminar laktasi juga banjir hadiah. Banyak banget door prize yang dibagikan ke peserta. Serunya, ada door prize yang ditempel di bawah kursi, lho. Jadi bikin peserta heboh karena hadiahnya tiket pesawat PP dari sponsor. Dan masih banyak lagi keseruan-keseruan lainnya.


Sebagian Peserta dan Narasumber


Terima kasih ya AIMI Depok karena sudah memberikan kesempatan kepada saya untuk hadir. Sukses terus untuk program-programnya. 
         

7 comments

  1. alhamdulillaah aku termasuk ibu yg ASI ekslusif. Pas ngelepas anak asi tuh kaya ada rasa kehilangan sih, Mba Pit. Tapi ya emang masih pada suka gelendotan sih sampai skr, dan aku menikmatinya.

    Kalu dah gede blm tentu mau gelendotan lagi kan sama emaknya. :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aaah, semoga saya bisa kayak Mbak Anggarani.

      Delete
  2. wah sanagt bermanfaat ya, banyakilmu yg didapat

    ReplyDelete
  3. Ilmu ini pertama kali saya pelajari pas kuliah di Keperawatan dl. Pas baca tuisan ini, kayak membaca materi kuliah lagi ;) Iyang sangat berguna bagi saya calon ibu ;) Thanks for sharing mbak :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama, Mba.
      Saya juga berasa kayak kuliah lagi :)

      Delete
  4. Dapet pelajaran lagi sebelum jadi ibu (y) makasih mbak :)))

    Salam,
    Oca

    ReplyDelete