Mengurangi Media Sosial dan Rasakan Manfaatnya

Niatan membuat akun media sosial karena tuntutan kerjaan atau lomba blog yang saat itu rajin saya ikuti. Makin lama saya merasa kurang nyaman dengan media sosial. Akhir-akhir ini saya membatasi interaksi dengan media sosial. Bahkan ada media sosial yang udah sebulan lebih nggak saya buka. 

Facebook. Sudah sebulan lebih saya nggak aktif di Facebook. Kalau nggak buka FB saya masih betah sebab dulu pernah vakum selama setahun. Mungkin kalau Mark Zuckerberg menutup Facebook, saya nggak sedih-sedih amat kali, hahaha. Saya aktif lagi di Facebook karena gabung di beberapa komunitas bloger biar nggak ketinggalan info di grup aja sih. Kebanyakan info lomba, job, atau sharing ilmu blogging ada di Facebook.

Meski sempat sepi, tapi FB masih eksis karena beberapa perubahan yang memudahkan pengguna berinteraksi di dunia maya. Ditambah lagi jumlah kata di platform FB yang nggak dibatasi, menjadikan medsos ini banyak digunakan. Kadang status yang puanjaaang malah bikin males bacanya.-.-

Semakin ke sini saya merasa kalau FB kok membawa energi negatif, ya. Banyaknya artikel hoax yang dishare, status nyinyir, belum lagi yang pada perang di FB. Seolah-olah mereka yang paling benar. Hal ini bikin saya capek dan nggak nyaman lagi main Facebook. Bahkan untuk sharing postingan blog pun sudah jarang saya lakukan di FB. Saya orangnya memang gitu. Kalau sudah nggak nyaman sama sesuatu bakal menjauh dengan sendirinya.

Berkurangnya interaksi di medsos nggak hanya di Facebook aja. Untuk WhatsApp juga saya batasi.


From Pixabay

Gimana cara membatasi interaksi di WhatsApp?

Gampang sih. Beberapa (hampir semua malah) WAG notifikasinya saya bikin mute selama setahun. Saya males kalau HP bunyi melulu karena ada pesan dari anggota grup. Kebanyakan pesannya juga kurang penting untuk saya dan grup. Selain mengaktifkan mute, sekarang saya hampir nggak pernah membuka status WA. Saya males kalau bolak-balik ngecek status teman.

Saya pernah berada pada kondisi di mana tiap ada status baru di WA, pasti saya buka. Yah karena saya penasaran dan gemes kalau ada status yang belum dibuka. Hehehe. Sekarang saya udah cuek bebek dengan itu semua. Tepatnya males aja sih. Hhmm, mungkin cenderung nggak kepo sama kehidupan orang lain ya. Jadi bisa dibilang, saya nggak tahu perkembangan teman-teman di kontak WA. Mau dia ke mana, dengan siapa, dan sedang berbuat apa juga saya nggak tahu.☺

Hayati lelah untuk mengetahui perkembangan mereka satu per satu. Toh, hal ini nggak ngefek untuk kehidupan saya juga kan. 

Meski sudah mengurangi penggunaan FB dan WA, saya belum bisa lepas dari Instagram. Saya bikin akun IG belum ada setahun. Sumpah, main di IG sangat mengasyikkan. Selain gambarnya oke, captionnya juga bisa panjang, nggak kayak Twitter. Terkadang saya lebih suka baca caption lho. Apalagi kalau postingan IG didukung video dan gambar yang banyak jadi kayak blog, kan?

Meski suka sama IG tapi saya males buka atau ngikutin IG story seseorang. Mau dia seorang artis atau orbek ((ORBEK)) sekalipun. Jaraaaang banget. Hal lain yang bikin saya suka IG yaitu ada sista- sista online langganan yang saya nantikan diskonannya. Kalau dulu saya belanja online lewat Facebook sekarang lebih banyak ke Instagram. Kalau sista-sista olshop tersebut ngelapak di market place, saya belanja ke market place. Biasanya belanja di market place ada promo gratis ongkir. Mayan kan.^-^.

Yup, saya suka banget belanja online karena praktis. Harganya juga bersaing sama toko offline. Selain sista-sista online, tiap hari saya buka IG yang captionnya saya suka karena sangat menginspirasi.

Dengan mengurangi penggunaan medsos, yang saya rasakan hidup menjadi lebih nyaman dan tentram. Mengurangi penggunaan medsos berarti berkurang juga kepo kita terhadap kehidupan mantan orang lain. Sebab hukum alam mengatakan kalau kepo atau tahu status orang di medsos kadang bikin iri.

Menurut saya, ini manusiawi. Jika melihat keadaan orang lain yang lebih dari kita pasti deh ngerasa kalau hidup kita gini-gini aja. Kok hidup mereka kayaknya enak ya. Bisa jalan-jalan di sela kerja, bisa kuliah lagi, udah ke sini dan ke situ. Banyak lah kalau dijabarin satu per satu. Bener kan?

Nah ini nih yang lagi saya terapkan. Mengurangi medsos untuk hal-hal yang kurang perlu. Kalau bisa memanfaatkan medsos untuk hal-hal yang positif. Sukur-sukur bisa menambah nilai diri kita atau malah menambah penghasilan.

Jujur, hal ini belum bisa saya lakukan soalnya saya kurang aktif di media sosial. Pengennya aktif di blog tapi punya blog satu aja jarang diupdate. Hahaha. Doakan ya semoga rajin update blog dan bisa mengurangi penggunaan media sosial yang kurang perlu.

Media sosial nggak salah kok. Mereka diciptakan karena memang tuntutan zaman yang semakin maju. Hanya kita yang harus bijak dalam menggunakannya. Jangan sampai medsos memperdaya hidup kita. 

Sapalah temanmu di dunia nyata semanis engkau menyapa orang lain yang belum kamu kenal di media sosial. Rasakan manfaatnya ketika kamu bisa berinteraksi di dunia nyata. Bisa melihat wajahnya, senyumnya, dan ngobrol bareng. Sumpah, itu lebih mengasyikkan dibanding kirim komen via media sosial.

2 comments

  1. setuju! maksudnya aku juga makin asyik IGan aja belakangan ini haha

    ReplyDelete
  2. Akupun udh ga segila dulu ama medsos mba. Yg pasti akun bbm, akun twitter, akun path udh aku lupain :p. Yg blm bisa memang fb ama ig. Kalo wa wajib krn tuntutan kantor :p. Walopun aku batasin bgt tuh grub apa aja di wa. Kalo ga ptg, aku exit mendingan.

    ReplyDelete