Menyikapi Bekasi yang 'di-Bully'

No comments
Belakangan ini kota Bekasi menjadi bulan-bulanan masyarakat di media sosial. Bekasi macet dan panas, itu intinya. Saya yang bukan orang Bekasi tergelitik untuk bertanya kepada seorang kawan yang lahir dan tinggal di Bekasi tentang kebenaran berita tersebut. Kata teman saya sih, berita-berita itu lebay. Nah lo! Mungkin kebanyakan orang yang lain mengatakan meme yang ada di media sosial hampir mendekati kenyataan.

Jujur ya, saya suka dengan meme-meme tersebut. Gambar yang menyatakan kritikan tapi dikemas secara cerdas dan penuh canda. Penyampaian galau yang tepat. Meme-meme tersebut mengena lho, sampai-sampai pemkot Bekasi turun tangan dan mengadakan gerilya menghadapi serangan meme. Pemkot mengajak warga Bekasi menyuport kotanya melalui tweet dengan hastag tertentu. 

Saya senang dengan adanya fenomena ini. Mengapa? Karena masyarakat sekarang sudah pintar dan kritis  pada masalah yang sedang terjadi. Mereka juga pintar mengapresiasikan kegalauannya terhadap sesuatu. Masyarakat sudah menggunakan media sosial dengan benar dan dampaknya bisa dilihat. Banyak sekali aksi di media sosial yang membuat gerah para pejabat atau banyaknya bantuan mengalir karena solidaritas yang didukung lewat media sosial. 

Sebenarnya permasalahan yang dihadapi oleh Bekasi itu sama dengan kota-kota besar lainnya, macet dan panas. Nggak hanya di Bekasi saja, saya yang tinggal di Depok juga merasakan hal sama. Bahkan, saat saya dinas (sewaktu masih kerja) di kota kelahiran saya, Semarang, juga mengalami hal sama. Masalah macet, jalan berlubang dan rusak dimana-mana serta banyaknya kendaraan pribadi sudah menjadi hal yang sangat lumrah di kota-kota besar. 

Mungkin masyarakat saat ini butuh yang namanya penghijauan. Sudah banyak mall, apartemen, dan perumahan yang dibangun sebagai identitas kemajuan suatu kota tetapi sangat minim taman untuk rehat sejenak. Beberapa perumahan elit memang menyediakan sarana tersebut tetapi untuk kotanya sendiri masih sangat kurang, tak sebanding dengan jumlah gedung yang ada. Kebutuhan batin masyarakat juga perlu diperhatikan agar mereka dapat bersosialisasi dan merasa dekat dengan lingkungannya.

Adanya kritikan melalui media sosial ini hendaknya menjadi sinyal bagi pemegang kekuasaan bahwa saat ini masyarakat sangat kritis terhadap permasalahan sosial yang ada. Seandainya kota yang dipimpin menunjukkan hasil positif pasti masyarakat akan woro-woro mempromosikan hal-hal menarik yang ada di kotanya melalui media sosial juga. Curhat-curhat para pembuat meme yang notabene mewakili masyarakat yang lain merupakan harapan bagi pemerintah setempat agar lebih baik lagi memajukan kota, tempat tinggal kita semua. Semoga harapan-harapan para pembuat meme tak sia-sia. Dan kita, sebagai warga kota harus menjaga kotanya dengan baik. Jangan hanya bisa menuntut saja. 







No comments