Kasih Ibu dalam Setiap Langkah

4 comments
Bahagianya aku mempunyai seorang ibu yang sangat pengertian. Banyak sekali peristiwa yang membuatku kagum dengan sosok ibu. Meski tiap pagi beliau berangkat ke kantor tapi tak pernah lupa menyiapkan masakan sebelum berangkat. Setiap pagi sebelum subuh ibu sudah bangun dan asyik di dapur sendirian. Setelah sholat subuh, aku sering membantu ibu. Dari situ kami membahas berbagai hal. Pekerjaan menjadi lebih enteng rasanya. Rasa sayangku kepada ibu juga bertambah. 

Setiap ibu keluar kota baik dinas atau berkunjung ke rumah saudara pasti tak lupa menyiapkan sayur dan lauk untuk orang di rumah. Jadi siapa pun yang ada di rumah dijamin tidak akan pusing menyiapkan makanan karena tinggal memanaskan sebentar di kompor. Hal ini belum bisa kulakukan di rumah karena suamiku tidak suka sayur kemarin.

Jalinan antara aku dengan ibu semakin erat saat aku menemani beliau belanja. Ibuku suka sekali blusukan di pasar tradisional. Setiap Jumat setelah pulang kerja aku dan ibu biasanya pergi ke Pasar Johar. Ibuku memang suka belanja di pasar tradisional dibanding di mall. Harga barang di mall tidak bisa ditawar, itu yang menjadi alasannya. 

Aduhai, memang ibuku jago sekali menawar. Akan ditawarnya barang yang disukai sampai separuh harga bahkan lebih. Jika tidak dapat ibu pura-pura jalan beberapa langkah sambil menunggu dipanggil kembali. Jika beruntung memang ibu akan dipanggil lagi oleh si penjual. Tapi jika tidak, ibuku yang akan kembali lagi ke tempat tersebut setelah berkeliling ke sana-sini. Tentu saja aku yang malu, bukan ibuku. Binar matanya tanda kepuasan membuatku tersenyum mengiringi langkahnya menyusuri lorong-lorong sempit. 

Aku sadar, kasih sayang seorang ibu akan selalu mengiringi langkah anak-anaknya. Setelah menikah aku harus mengikuti suami yang bekerja di ibukota. Sebelum hari-H keberangkatan ke Jakarta, selain sibuk mengurus barang bawaan, aku juga sibuk membantu ibu memasak. Masaknya dobel karena ibu memasak untuk lauk di rumah dan untuk bekal selama di perjalanan. Masih kuingat, di bagasi mobil penuh sekali. Berbagai tas, kardus, dan barang tersusun tak karuan. Selain barang milikku dan suami, pastinya ada termos nasi, sayur dan beberapa tempat lauk serta makanan ringan lainnya.

Perjalanan ke ibukota kami lalui dengan riang. Kami berangkat pada hari Jumat setelah Maghrib. Aku duduk diantara suami dan ibuku sedang bapak duduk di depan bersama sopir, yang masih kerabatku juga. Kami saling cerita dan bercanda. Kami beristirahat di salah satu pom bensin besar yang ada di Brebes. Kami makan bekal yang sudah dibawa. Indah sekali kala kuingat momen tersebut. Sewaktu mengantuk, kulihat ibuku tidur bersama bantal yang dibawanya dari rumah. Ibu membawa dua bantal. Hal ini sudah kuingatkan sebelumnya lebih baik membawa satu bantal saja karena tempatnya penuh. Tapi ibu tetap kekeh untuk membawa kedua bantal tersebut. 

Perasaanku senang waktu itu karena aku merasakan kasih sayang orang tua yang luar biasa terutama ibuku. Seakan beliau ingin selalu menemaniku kemanapun aku pergi. Beliau ingin selalu ada saat aku membutuhkan nanti. Ibu ingin kasihnya selalu ada di setiap langkah anak-anaknya. Ah, jika ingat berbagai kesalahanku yang menyakiti hati ibu, bulir bening di kedua kelopak mataku turun di kegelapan malam. Aku menyekanya. Tak ada seorang pun yang tahu. 

Setelah menempuh beberapa jam perjalanan kami beristirahat lagi di Cikampek untuk sholat subuh dan menghangatkan tubuh dengan segelas minuman. Sekitar setengah jam kami beristirahat. Melemaskan otot-otot yang kaku dan menghirup udara pagi. 

Setelah itu perjalanan kami lanjutkan kembali. Memasuki tol Jakarta sempat nyasar karena suamiku sendiri kurang begitu hapal. Dan akhirnya kami sampai juga di tempat tujuan, rumah pertamaku meski saat itu mengontrak. Hari masih pagi dan kontrakan sepi karena penghuninya belum beranjak dari tidur. Satu per satu barang-barang diturunkan dari mobil. Setelah tak ada yang tersisa, kami semua beristirahat.

Saat itu ibu bilang kalau sore harus kembali pulang karena bapak dan ibu ingin beristirahat sebelum berangkat ke kantor. Maka saat itu juga aku berharap waktu berjalan pelan. Biarkan aku berlama-lama dengan ibuku. Aku tak tahu apakah aku siap melepas mereka pulang. Setelah Ashar, kulihat ibu segar lagi setelah mandi dan mencuci rambut. Ibu merapikan barang-barang miliknya. Ada termos, rantang plastik warna-warni, dan sendok. Dari yang semula penuh dengan makanan sekarang kosong tidak ada makanan sama sekali. Ibu tidak mengharapkan balasan apapun dariku.

Saat menyiapkan semuanya ternyata ada satu bantal yang tertinggal lalu kuingatkan pada ibu. Kata beliau bantal itu memang sengaja ditinggal, kalau kangen ibu maka aku disuruh memeluk bantal tersebut.

Bantal ini sampai sekarang masih kusimpan


Saatnya perpisahan tiba. Ingin rasanya aku menangis saat mencium tangan bapakku apalagi saat mencium tangan ibuku dan kami berpelukan. Sungguh, kulihat mata ibuku berkaca-kaca. Ibu berpesan agar kami selalu rukun dan selalu dalam keadaan baik.

Aku dan suami kemudian mengantar orang tuaku menuju tol Antam. Di situlah kami berpisah. Keluargaku masuk tol sedangkan aku putar balik di daerah Ranco. Saat putar balik itu, kulihat di bawah mobil keluargaku sedang lewat. Ya Tuhan, lindungilah mereka, doaku sambil terus melihat laju mobil keluargaku. Sampai di rumah, aku pun langsung menuju kamar dan memeluk bantal pemberian ibuku sambil menangis. 




http://abdulcholik.com/2014/11/03/kontes-unggulan-hati-ibu-seluas-samudera/#comments



4 comments

  1. Terima kasih atas partisipasi sahabat dalam Kontes Unggulan : Hati Ibu Seluas Samudera
    Segera didaftar
    Salam hangat dari Surabaya

    ReplyDelete
  2. Sahabat tercinta,
    Saya mengucapkan terima kasih kepada para sahabat yang telah mengikuti Kontes Unggulan Hati Ibu Seluas Samudera di BlogCamp. Setelah membaca artikel peserta saya bermaksud menerbitkan seluruh artikel peserta menjadi buku.

    Untuk melengkapi naskah buku tersebut saya mohon bantuan sahabat untuk

    1. Mengirimkan profil Anda dalam bentuk narasi satu paragraf saja. Profil dapat dikirim melalui inbox di Facebook saya atau via email.
    2. Memberikan ijin kepada saya untuk mengumpulkan artikel peserta dan menerbitkannya menjadi buku. Cek email dari saya tentang permintaan ijin ini dan silahkan dibalas.
    3. Bergabung dengan Grup Penulis Naskah Buku Hati Ibu Seluas Samudera di Facebook. (https://www.facebook.com/groups/669571076492059/)

    Terima kasih.

    ReplyDelete
  3. Pitt...sukses menangis tergugu di depan kompi kantor nih huhuuu

    ReplyDelete