Menyusul Suami ke Jepang

Alhamdulillah, saya diberi kesempatan lagi berkunjung ke Jepang.

Setahun lalu, dengan urusan yang sama, saya dan suami tinggal di Jepang selama beberapa bulan. Kalau dulu, saya dan suami bisa berangkat dan pulang bareng, sekarang saya menyusul suami yang sudah tinggal lebih dulu beberapa bulan. Awalnya juga tidak sengaja hingga saya bisa menyusul suami ke Jepang.

November lalu, suami berangkat dinas ke Jepang dengan visa kerja hanya tiga bulan. Rencananya, akhir Januari suami akan balik ke Indonesia. Nah, berhubung kami memang sedang BU (butuh uang) jadi saya terpaksa tidak ikut. Yup, kami memutuskan untuk LDR beberapa bulan. Eh, nggak tahunya, sewaktu Natal kemarin, masa kerja suami saya diperpanjang sampai Mei. Kaget dan senang juga sebenarnya. Kami tidak menyangka kalau dengan begitu salah satu rencana kami dimudahkan Tuhan. Dan, suami dapat bonus pula, bisa import istri, hihihi. Iya, itu bahasa suami ke saya, istri import. Makanya saya disuruh menyusul ke Jepang. Jujur sih, saya senang banget.

Beruntungnya, semua dokumen diurus kantor suami. Jadi saya hanya mengirim paspor ke kantor suami via ekspedisi. Saya pikir mengirim paspor atau dokumen penting seperti mengirim paket biasa. Paspor saya masukkan ke amplop putih yang biasa buat kondangan dan saya tulis alamat tujuan. Eh, setelah sampai di ekspedisi, saya ditanya barang apa yang dikirimkan. Saya jawab saja 'paspor.' Ternyata kalau mengirim dokumen penting berbeda dengan paket biasa. Saya diwajibkan membayar asuransi, takut terjadi apa-apa dengan dokumen tersebut. Saya hanya manut saja dengan petugasnya. Alhamdulillah, paspor sampai ke kantor suami tepat waktu. Sedangkan foto, cuma memakai HP dan kirim via email ke suami, hihihi. 

Nah, suami sempat menawarkan ke saya, mau pakai COE apa enggak? Dengan harapan siapa tahu nanti diperpanjang lagi dinasnya, maka saya minta memakai COE. Apa itu COE? COE atau Certificate of Eligibility adalah surat yang diterbitkan pihak imigrasi Jepang yang menyatakan bahwa pihak yang nama dan fotonya ada di surat tersebut mendapat rekomendasi untuk tinggal dalam jangka waktu tertentu. Dengan COE ini, kalau misalnya masa kerja suami diperpanjang lagi maka saya masih bisa tinggal bareng. Kalau nggak pakai COE, masa tinggal sesuai dengan yang tertera di visa.

Seperti yang sudah saya ceritakan di atas, semua dokumen diurus oleh kantor melalui agen. Jadi saya hanya nyantai aja di rumah menunggu kabar. Pembuatan COE lumayan lama sekitar 1-2 bulan. Nah, saya juga ketar-ketir mengingat belum memesan tiket berangkat dan kenaikan Dollar yang gila-gilaan, membuat saya dan suami pusing karena harus menyiapkan dana lebih. Aduh, nggak enak banget deh kalau mengingat masa-masa itu.

Setelah COE jadi saya disuruh datang di Kedubes Jepang untuk membuat visa. Yup, saya cuma ketemu agen dan duduk manis, hihihi. Meski membawa dokumen asli lengkap, saya hanya ditanya sebentar saja dan dicocokkan fotonya. Saya membuat visa hari Kamis tanggal 26 Februari dan dijadwalkan hari Selasa tanggal 3 Maret bisa diambil. Setelah itu, saya dan suami hunting tiket untuk keberangkatan tanggal 5 Maret. Saya sampai hunting ke pameran Travel Fair Garuda di Gancit lho demi tiket murah. Setelah sampai di Gancit, ternyata tiket murahnya hanya berlaku seminggu, berarti hanya untuk wisata sedangkan kalau tiket yang biasa harganya lumayan mahal karena saya memilih tiket direct Garuda. Jadi informasi apapun yang saya dapat di situ langsung dikomunikasikan ke suami via WA. Alhamdulillah, akhirnya suami dapat tiket promo melalui CC-nya. Lumayanlah dibanding tiket yang ada di pameran tersebut. Meski dapatnya hanya tiket berangkat saja, nggak papa, tiket pulang bisa dicari nanti.

Saya agak lega waktu itu karena sudah mendapat tiket berangkat dan visapun tinggal menunggu dikirim dari kantor. Ternyata drama terjadi. Hari Selasa siang, saya mendapat telepon dari agen yang menyebutkan bahwa visa belum bisa diambil, katanya ada proses yang belum selesai. Duh, saya deg-degan banget. Sore itu juga saya telepon Kedubes dan ternyata bagian visa sudah tutup. Oleh pihak agen dan kantor, saya diminta telepon Kedubes hari Rabu untuk tanya kenapa. Saya ambil nafas dalam-dalam dan berusaha tenang. Esoknya, saya telepon Kedubes Jepang dan petugasnya kurang merespon dengan baik. Saya infokan secara paralel dengan agen dan kantor suami. Gimana nggak bingung, Kamis harus berangkat tapi Rabu visa belum jadi. Mumet ndaaa. Entahlah bagaimana caranya pihak kantor dan agen berjuang agar visa jadi hari Rabu. Saya hanya pasrah. 

Makanya hari Rabu itu saya berusaha tenang tapi nggak bisa tenang banget sebenarnya. Mau ngapa-ngapain juga nggak enak. Mau pergi jajan juga kayaknya nggak bisa. Sampai akhirnya jam 15.15 saya mendapat SMS dari agen yang mengabarkan kalau visa sudah beres. Alhamdulillah Gustiii, matur nuwun. Saya terharu. Dan, hari Kamis siang paspor dan visa diantar ke rumah. Setelah itu, saya pijat di klinik langganan dan makan mie ayam favorit yang dekat rumah. Saya ingin merayakan kebahagiaan meski sendiri, hihihi. Yup, saya sering melakukan hal-hal kecil untuk merayakan kebahagiaan meski sendirian. Rasanya happy banget karena stres berkurang dan yang penting, saya bahagia dengan apa yang saya lakukan saat itu. Saat balik ke rumah, saya masih beberes lagi lalu berangkat ke bandara.

Dari awal suami sudah bilang kalau kali ini turun di Haneda dan saya nggak dijemput di bandara. Asal tahu, itu pertama kalinya saya di Haneda. Pengalaman tahun lalu, saya turun di Narita dan dijemput oleh petugas apartemen di YCAT (Yokohama City Air Terminal). Sekarang saya sih santai saja dan sangat menikmati perjalanan. Mungkin ini kali kedua saya ke Jepang, meski sendirian tapi santai banget. Kalau nggak tahu ya saya tinggal tanya ke bagian informasi bagaimana cara naik bus ke Shin-Yokohama.

Saya diminta beli tiket dan menunggu bus di platform 8. Harga tiketnya 840 Yen sedangkan untuk anak-anak separuh harga. Saat membeli tiket, saya mendapat 2 lembar. Setelah menunggu sebentar, akhirnya bus datang sesuai jadwal. Begitu masuk bus, tiket yang satu diserahkan ke sopir sedangkan satunya lagi untuk penumpang. Seperti biasa, mau penumpangnya banyak atau sedikit, kalau waktunya berangkat ya berangkat. Dan, petugas yang ada di platform akan membungkuk seakan memberi ucapan selamat jalan dan hati-hati. Ah, saya tersenyum melihat itu. Hal-hal inilah yang saya sukai di Jepang. Setelah sampai di Shin-Yokohama, suami sudah menjemput. Alhamdulillah, akhirnya bisa bareng suami lagi. 

14 comments

  1. selamat ya bisa berkumpul lagi. LDRan sih bikin merindu terus.

    ReplyDelete
  2. alhamdulillah....akhirnya bersua sama suami tercinta,selamat ya mbak..have fun disana^^

    ReplyDelete
  3. aww..aww..melepas rinduu...:)

    ReplyDelete
  4. wah asiknya ga LDR lagi ya mak...

    ReplyDelete
  5. senangnya bisa berkumpul lagi ya mbak :)

    ReplyDelete
  6. Alhamdulilah bs ketemu suami ya. Tapi hebat jg euy brgkt sendirian. Klo aku kayaknya ga berani hihi

    ReplyDelete
  7. Hebatnya jepang, tepat waktu. Banyak atau sedikit penumpang kalo ud jamnya berangkat ya berangkat.
    Selamat ya mak, akhirnya berkumpul lagi dengan suami

    ReplyDelete
  8. Duh Pipit, saya juga pengen banget ke Jepang, berkunjung ke Shirakawago dan Gifu/Goju...hihihi, bener nggak nih tulisannya...
    Kebayang deg-degannya waktu visa belum beres pas esehari sebelum keberangkatan, tapi syukurlah, kalau memang jalannya, semua akan dimudahkan Allah Swt.
    Ikut lega rasanya!

    ReplyDelete
  9. Jepaaaang? OMG! Pengen sekali kesana dan ingin melihat pemandangan dan suasana negara jepang itu, ikut dong mba.. hihi

    ReplyDelete
  10. wah asyik banget Mbak bisa jalan2 ke Jepang..... aku belum pernah ke luar negeri :)

    ReplyDelete
  11. Jadi Mbak Pit uda di Jepang nih? Huaaaa.. Omedetou.. Shiawasenaaaa.. :D

    ReplyDelete
  12. enaknya yg bisa menyusul suami ke Jepang, aku yo mau banget mbak...

    ReplyDelete
  13. Halo mba....mau tanya, waktu itu CoE nya jadinya berapa lama ya? punya saya 1 bulan belum jadi...makasih mba

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalo dari masukin berkasnya sekitar 3 mingguan, Mba.

      Delete