Tanggal 21-23 Maret kemarin Jepang lagi libur panjang, ya gak panjang-panjang banget sih ya. Daripada bengong di apartemen, langsung dong saya rikues sama suami untuk jalan-jalan. Setelah cari tau info sama teman-teman di sini suami pesan tiket di st.Yokohama yakni tiket berkeliling di area Kanto selama 3 hari. Karena di sini dinasnya bareng ama si F (pake inisial aja ya), jadi belinya bareng F.
![]() |
Tiket Kanto Area Pass |
Mengapa kami memilih JR Kanto Area Pass?
Karena kami tinggal di Yokohama yang mana termasuk wilayah Kanto, jadi untuk naik kereta dari St. Kannai langsung gratis. Lagipula bila transit di St.Yokohama atau Tokyo lebih dekat.
Harganya berapa?
Macam-macam tergantung berapa hari. Kami kemarin pilih yang 3 hari, harga per tiket 8.000 yen.
Kapan validnya?
Tergantung harinya juga. Misal jika kita memilih tanggal 21-23 Maret ya tanggal itu validnya, misal tanggal 22-24 Maret, yang tanggal 24 Maret gak bisa meski itu 3 hari.
Oia JR Kanto Pass ini hanya berlaku bagi foreigner, penduduk Jepang engga diperbolehkan beli. Jadi belinya harus menunjukkan paspor yang masih berlaku. Baik banget ya pemerintah Jepang *kecup ah.
Lanjut yaaa...
# Hari Pertama (21 Maret)
Kami pergi bareng F (karena doi gak bawa keluarga kan lumayan juga bisa minta tolong motoin kami berdua hehe). Sebelumnya kami tanya ke F mau kemana. Setelah googling, kami lihat-lihat daerahnya kog cocok, akhirnya kami putuskan pergi bareng F. Rencana kami mau berkeliling 2 daerah sekaligus yakni Ito dan Shimoda (masuk area Izu). Menurut saya, daerah ini jarang banget dikunjungi turis asing.
Kami berangkat dari apartemen jam 6.30. Dari St.Kannai kami ke Yokohama untuk naik kereta express yang sudah dipesan sebelumnya. Kami sempat bingung karena belum pernah naik express, cuma membaca line saja berdasar peta JR East. Untuk sampai ke St. Ito maka kami menggunakan Tokaido Line.
Kereta Express |
Sampai di Ito, dinginnyaaa..Saya mampir ke toilet dulu
Bbbrrr dinginnya jalan-jalan di Ito. Kami bertiga berkeliling dengan jalan kaki. Pertama kami tiba di tempat seperti museum, berupa rumah kuno Jepang. Kami kurang ngerti secara semua tulisan pake Bahasa Jepang. Cuma sebentar di sini.
Tak jauh dari rumah tersebut, ada pantai namanya Ito Orange Beach yang gabung dengan Nagisa
Park. Pantainya sepi karena Ito memang kota kecil. Yang menarik di sini yaitu bangku yang ada di taman, semuanya unik, berbentuk manusia. Fasilitas lain yaitu adanya toilet (umumnya taman di Jepang seperti itu).
Ito Orange Beach |
Nagisa Park |
Lalu kami ke Butsugenji Temple, Ito Hall, lalu ke Large Camphor Tree (pohon yang besar sekaleeee). Entah mengapa, letak temple itu selalu di dataran tinggi yang mana anak tangganya banyak sekaleee, sampe mau pingsan *lebay. Untuk sampai ke Camphor Tree, jalannya naik turun seperti hiking di gunung, melewati rumah-rumah penduduk. Letaknya di dalam kuil ternyata, gak tau namanya kuil apa. Menyenangkan, melelahkan, bahkan kami sempat istirahat di dekat kali yang jernih. Lihat tuh, kalinya ada pengamannya dan bersiiih banget, bahkan ada tempat duduknya segala.
Large Camphor Tree |
Menurut saya, Ito merupakan kota kecil yang masih sepi. Pantainya bagus tetapi menurut saya pantai di Indo ada yang lebih bagus. Masih sedikit turis yang datang ke sini. So far, senang karena bisa keliling kota kecil dengan jalan kaki. Penduduk dan petugas di sini ramah-ramah. Mereka akan menjelaskan secara detil kepada kami dengan sungguh-sungguh meski mereka tidak bisa berbahasa Inggris. Kami sangat menghargainya. Point yang penting untuk pengembangan daerah wisata.
Lanjut ke Jogasaki beach. Dari Ito kami naik kereta express lagi. Semula kami ditolak mas-mas petugas kereta karena tidak reserved dulu, kami pikir dengan menunjukkan kartu Kanto Pass, kami bisa langsung naik, duduk di bangku yang kosong. Setelah kami lari untuk pesan tiket, ternyata kami dipanggil lagi karena ada mas-mas yang pake baju masinis (bukan yang tadi) menyatakan kami boleh langsung naik. Yeaayyy, kayaknya mas yang 1 agak dimarahi ama mas yang pake baju masinis.
Hehe leganyaaa dapat kereta (nunggu kereta selanjutnya lama ya booo entar bisa-bisa tua di sta Ito). Langsung deh nyanyi naik kereta api tut..tut..tut....Kalo anda percaya, kaciaaan deh wong kami memejamkan mata sambil menyelonjorkan kaki bentar kog :p
Sampailah kami di St. Izu Kogen. Waktu nyampe sana, di hall stasiun ada acara kayak kebaktian terus di luar sta ada pameran kayaknya menyambut musim semi. Setelah tanya ke informasi, untuk sampai ke Jogasaki beach, kami disarankan naik bis.
Bingung lagi, gak tau bisnya yang mana, yang di halte 1 atau halte 2? Setelah para bapak membaca peta di halte, ternyata bisnya yang no.2. Nunggunya masih lama ternyata, sekitar 30 menit. Daripada bengong, ya sudah kami lihat-lihat pameran. Macam-macam isi tendanya, kebanyakan barang kerajinan. Setelah itu kami balik ke halte lagi. Dan waktu nyampe di halte, ternyata antrenya lumayan lho.
Bis yang ditunggu datang. Bisnya berwarna kuning. Sopirnya rapi, pake jas, pake topi seperti masinis. Naik aja ke bis, ambil tiket, dan duduk. Di depan dekat sopir ada layar yang memberitahukan next destination dan uang yang harus dibayar, semua pake tulisan Jepang. Ternyata eh ternyata kalo kita mau turun, tinggal mencet tombol yang ada di atas. Saya dan suami bingung bayar berapa secara gak mudeng dengan tulisan Jepang. Waktu memasukkan duit, ternyata duitnya balik lagi alias ditolak sama mesin. Untungnya sopirnya baik, kami diberitau kalo duitnya ternyata kurang *malu banget. Eh tapiiii yang antri mau turun di belakang panjaaaaaaang (*gara-gara kami berdua) secara Jogasaki beach tujuan terakhir *kalo ini kami gak perlu mencet bel lho ya.
Di Jogasaki, kami bertiga jalan lagi. Menyusuri jalan sepanjang pantai, melewati hutan-hutan, naik turun bukit. Pantainya bagus masih perawan (yaelah bahasanya) seperti pantai di Bali. Jangan ditanya capeknya. Yang pasti cuapek buanget karena jalannya naik turun.
Fasilitasnya yang pasti ada toilet, toko souvenir, menara untuk melihat pantai, tempat jualan es krim, tempat istirahat, dan tempat parkir. Oia untuk melihat karang pantai dari dekat, kami melewati jembatan goyang. Ngeri deh. Tapi untungnya kayunya kuat, rapet, gak bolong-bolong kayak jembatan gantung di Indo.
Kayak di Bali ya |
Menara Jogasaki |
Alamaaak kakunya kaki aku, mana sempat nyasar pula :) Bayangin aja dari jalan menyusur pantai dengan medan bukit naik turun, lalu jalan lagi menuju sta. Maklum, jalan-jalan irit. Jika ingat 'BEP' langsung deh semangat untuk menggapainya hehe. Sumpah, daku tepar. Sampai sta, langsung ke toilet. Ampun deh, mana toiletnya kuno dan bauk pulak. Lengkap sudah di Jogasaki.
Sampai di Shimoda jam17.45, mau maghrib. Ternyata kotanya keciiiil banget, stasiunnya aja kecil. Kami bingung mau kemana karena tourist informationnya tutup. Luntang-luntung gak jelas, si F mau naik gondola, ternyata jalannya udah gelap, mana kami berani. Kami hanya masuk ke mall untuk nganget ama ke toilet, terus di mall nya ada Daiso, si F mampir beli sisir (ternyata sebulan di sini doi gak sisiran *tepok jidat). Mau ke pantai, udah gelap dan agak jauh, takut ketinggalan kereta nantinya.
Daripada bingung dan gak ngapa-ngapain, berbekal peta dari stasiun, kami menuju ke kuil. Nyampe sana, sepinyaaa dan gelap pulak. Kami semua malah enggan ke sana, takut. Sepanjang jalan, sepiii buanget. Toko-toko udah pada tutup, yang buka cuma Lawson, beberapa resto dan mall padahal masih jam 18.30. Karena lapar, kami beli makan di Lawson terus naik kereta jam 7, makan di kereta.
Kereta dari Shimoda hanya sampai di Sta Ito, karena termasuk kereta lokal. Dari Ito, kami oper kereta Tokyo Line, kereta lokal juga, jadi setiap sta berhenti. Dan lamanyaaa sekitar dua jam!!
Mengapa kami gak naik express saja?
Karena udah kemalaman, hal ini sudah kami perkirakan sebelumnya. Toh dengan kereta lokal juga gratis tapi lebih lama. Kereta lokal di sini mirip dengan KRL Jabodetabek, plek jiplek. Apa mungkin KRL itu bekasnya Jepang ya? Bisa jadi *kasian amat ya negriku :(
Sepanjang jalan, keadaan di dalam kereta semula sepi, tapi ketika sampai di Sta Atami, kereta penuh karena dapat operan dari kereta lain. Gak kebayang kalo gak dapat duduk. Saking capeknya, saya benar-benar tertidur dan tau-tau udah mau nyampe Yokohama.
Dari perbincangan kami selama jalan kaki menuju apartemen, si F di hari kedua mau pergi ke Nagano. Setelah dicek, ternyata kereta gratisan cuma nyampe di Karuizawa, untuk ke Nagano kudu naik bis, harga per tiketnya sebesar 1.400 yen, kalo kami berdua ya tekor. Doi rencana berangkat jam 5 pagi, gilak subuhan di kereta ciiiin. Akhirnya kami nyampe apartemen, saya langsung tidur saking capeknya, suami masih onlen, nyari info hari kedua enaknya gimana.
Baca perjalanan hari kedua yaaa...
salam kenal mba pipit,, mau nanya, itu tgl 24 knp ga bisa dipake ya tiket kanto pass nya??
ReplyDeleteKrn cm 3 hari, valid sampai tgl 23.
Delete