Bukan Darah Biru

Saya memang bukan keturunan priyayi.

Sampai tulisan ini dibuat, orang tua saya masih aktif kerja sebagai buruhnya pemerintah. Meski bukan darah biru, kehidupan keluarga bisa dibilang cukup, nggak kurang dan nggak lebih. Orang tua saya selalu mengajarkan untuk hidup sederhana. Nah, jadilah saya sehari-hari berpenampilan sederhana. Kadang saya cuek dengan penampilan. Meski nyaman dengan penampilan sederhana tapi saya kok kadang merasa penampilan tersebut menjadi bumerang, ya.

Saya teringat waktu mau masuk SMP negeri, yang mana sekolah tersebut merupakan salah satu sekolah favorit di tempat kelahiran saya. Sekolah tersebut terkenal dengan prestasi dan siswanya dari golongan the have. Saat mau masuk sekolah, bapak dan ibu memanggil saya dan menasihati selama bersekolah di sana, mereka nggak sanggup kalau saya minta ini itu seperti anak-anak lain. Namanya sekolah ya belajar, nggak usah minta yang aneh-aneh. Itu nasihat yang masih saya ingat sampai sekarang.

Di sekolah tersebut, saya jadi tahu kehidupan anak-anak yang diberikan rezeki berlebih. Saya juga tahu kalau yang namanya ngegeng itu biasa. Bukan masalah gengnya tapi karena dengan itu jadi ada gap kalau mau berteman baik di kelas atau di luar kelas. Meski nggak semua ya, tapi pasti ada aja siswa yang begitu. Salah satunya sahabat saya termasuk golongan the have tapi dia nggak suka ngegeng, dia suka berteman dengan siapa saja tapi penampilan tetep ya, semua branded. Meski sekarang jarang berkomunikasi intens tapi persahabatan kami masih awet. 

Karena penampilan yang sederhana, saya pernah lho mendapat perlakuan yang menyakitkan dari seorang teman. Hal ini ditambah wajah saya yang ndeso dan nggak memakai barang branded jadilah saya diremehkan.

Sedih?

Pasti.

Nangis?

Iya, hihihihi.

Lambat laun saya menjaga jarak dengan orang tersebut. 

Parahnya lagi, hal ini terjadi juga di dunia kerja. Saat saya masuk kantor dulu betapa kagetnya saya diperlakukan sangat berbeda dengan orang baru, yang masuk setelah saya. Pihak kantor nggak melihat bagaimana kinerja, pengabdian, dan loyalitas saya tapi malah melihat siapa saya, bawaan siapa, dan mungkin penampilan. Iya, saya memang bukan siapa-siapa, berpenampilan sederhana, nggak bawa mobil ke kantor, dan bawaan orang biasa. Hal ini sangat berbeda dengan orang baru tersebut. Tapi saya punya kinerja dan loyalitas yang boleh diadu dengan pegawai lama. Saya pernah nggak dibayar sewaktu dinas ke luar kota. Hanya dibiayai kereta bisnis. Padahal waktu itu saya benar-benar bekerja mengolah data sampai sore. Untungnya saya masih punya orangtua yang bisa ditumpangi tidur dan makan. Kalau mengingat itu, sakitnya tuh di sini. Nggak cuma itu saja, bahkan ada juga yang mengatakan bahwa dia 'balungan gajah'. Tahu artinya? Itu berarti dia keturunan orang besar dan ingin menunjukkan powernya.

Beberapa minggu lalu, teman saya pun mengalami hal yang sama. Meski ada orang yang bilang secara halus tapi perkataan tersebut sifatnya menyindir. Jadi ceritanya teman saya memakai kebaya. Nah, Si A bilang kalau pengin membeli kebaya murah seperti yang dipakai teman saya. Bilangnya kebaya murah, lho. Ada Si B yang mendengar celetukan itu lalu menimpali kalau kebaya yang dipakai teman saya nggak murah. Terus Si A yang pengin tadi bilang gini,

'Lho, bukannya kebaya ini harganya lima puluh ribu, ya?'

Duwenk!

Teman saya emosi. Lalu dia bilang ke A kalau membeli kebaya atasan secara grosiran aja harganya di atas seratus ribu per potong. Dan saya tahu harganya karena waktu itu ikut menemani membeli kebaya. Ya nasib, saya bisa merasakan kejengkelan teman tersebut karena sering mengalami kejadian yang hampir sama. 

Ketika diberi tahu masalah ini, saya agak jengkel dan tertawa, sih. Bukan menertawakan teman saya, tapi menertawakan diri sendiri. Sepertinya kalau saya memakai barang mahal pun pasti dikira murah. Sedangkan Si A karena berasal dari keluarga terpandang, mau pakai barang murah pun pasti terlihat mahal. Benar nggak ya teori saya ini, hihihihi. 

Well, saya dan suami punya prinsip kalau bisa hidup sederhana, kenapa enggak? Tapi ini relatif, ya, karena pandangan tiap orang itu berbeda. Bisa jadi barang yang saya anggap mahal bagi teman-teman barang tersebut murah. Begitu pula sebaliknya. Ndilalahnya, kami juga bukan pasangan yang branded oriented. Jadi kalau nemu barang murah, nyaman, dan enak dipakai, ya beli. Entah itu beli di pasar pagi, di ITC, atau di pasar tradisional. Saya pernah memakai sepatu karet yang murah, harganya cuma dua puluh lima ribu. Sepatu tersebut saya pakai tiap hari ke kantor. Saya nyaman dengan sepatu tersebut karena anti badai, bisa dipakai kapan saja dan cepat kering kalau kehujanan. Maklum, dulu kan saya naiknya kopaja, Bus Deborah, dan angkot. Sampai sekarang masih suka berangkot ria, ding. Sepatu tersebut awet banget karena hampir tiga tahun saya pakai. Saking lamanya bahkan ada teman yang hapal kalau sepatu tersebut milik saya.  

Dalam berpenampilan kadang saya dan suami teringat dengan kawan yang kami jadikan contoh karena kami kenal satu sama lain. Mereka sepasang suami istri, yang tinggal di luar negeri. Kami pernah bertemu dan ngobrol bareng. Saya dan suami salut dengan kehidupan mereka yang sederhana. Meski berasal dari keluarga yang sangat berada dan kehidupan mereka makmur sentosa, mereka nggak pakai baju branded, lho. Bahkan si istri yang juga teman SMA saya bilang sewaktu mudik kemarin mborong jilbab dua puluh ribuan di Solo. Jilbab tersebut dipakai di negeri yang mereka tinggali. Mereka nggak malu, tuh, dan enjoy dengan kehidupan mereka. Saya juga melihat sendiri tas yang dipakai merk lokal dari Indonesia, bukan merk luar yang harganya jutaan. Mereka punya tujuan sendiri dalam hidup, lebih banyak berinvestasi dan membantu sesama. Ah, kesederhanaan mereka memang patut ditiru. 

Mereka juga bingung dengan sikap orang yang hanya menilai dari penampilan. Misalnya kalau ngemall, saya sukanya pakai baju seadanya dan sandal japit bermerk murah. Nggak tahunya, saya dan suami dilihatin lho dari atas sampai bawah sama SPG-nya. Dikira kami nggak mampu beli kali ya? Apa perlu kami woro-woro kalau kami mampu membeli barang yang dijual? Sebel banget sama kelakuan SPG yang seperti itu. Padahal setiap orang mempunyai gaya dan selera berbeda-beda, yang nggak bisa disamaratakan. Dan, kalau pun ngemall hanya window shopping apakah salah? Bisa jadi kami mencari model dan harga yang cocok, lho. Bisa jadi kami sudah survey di tempat lain dan mau beli barang di situ, lho. Bisa jadi kami pelanggan di situ, lho. Secara saya dan suami kalau melihat-lihat barang pasti butuh barang tersebut. Saya juga sadar kok kalau cuma window shopping dan nggak niat membeli, nggak bakalan mencoba produk yang dijual. 

Kalau mendapat pelayanan yang nggak mengenakkan, males juga mau beli di tempat yang pelayanannya kurang memuaskan. Biasanya kalau pelayanan memuaskan, tak segan kami akan membeli lagi di situ atau mempromosikan ke teman. Selain membantu teman, hal ini bisa membantu promosi toko tersebut secara gratis kan?

Dalam berpenampilan, saya pun melihat situasi dan kondisi kapan dan di mana acara tersebut diselenggarakan. Nggak mau juga kalau nanti saya salah kostum, kikuk rasanya kalau jadi pusat perhatian. Tapi, untuk penampilan sehari-hari, ke bank, ngemall atau belanja bulanan saya lebih suka memakai pakaian sederhana yang nyaman. Apalagi kalau naik angkot, sudah pasti penampilan diperhatikan agar nggak merugikan diri sendiri. 

Saya membuat postingan ini dibuat karena sudah lama pengin menulis tentang ini apalagi setelah postingan metromininya Mba Shinta dishare di grup, nggak tahunya komen merembet soal penampilan, hihihi. Dari beberapa komentar tersebut ternyata ada juga teman yang mengalami kejadian yang hampir sama, diremehkan karena penampilan. Sekali lagi, saya bukan golongan darah biru tapi berdarah merah, hihihihi.

19 comments

  1. Aku sih sering banget digituin mbak, secara aku suka nya pk bergo sm sendal jepit doang, pantes aja sih dipandang sebelah mata hahahaha

    ReplyDelete
  2. belum pernah dibully tentang penampilan,kebetulan untuk masalah penampilan saya apa adanya,dan alhamdulillah selama kerja di lingkungan yang orang2nya sederhana juga,jadi nggak neko2 ehehe. tapi pas di Batam mulai terasa sih,gep2 yang selalu branded dan pakai mobil,dikompor2in suruh beli mobil,kalau saya sih cuek aja,tapi buat teman yang gengsi,mau g mau morotin suaminya buat beli mobil,dan beli juga lo. kadang kasihan juga lihat orang kayak gitu...atas nama gengsi,naudzubillahi mindzalik

    ReplyDelete
  3. Aku 10 tahun kerja di radio, lingkungan broadcast dan anak2 gaul bikin aku jd "beda sendiri", penampilanku sangat2 sederhana pake banget. Paling dandan kalo dapet job MC, itupun di dandanin orang krn aku ga bisa dandan.

    Mulai belajar make up setelah masuk kerja di Perusahaan yg mengharuskan karyawannya terlihat good looking, tapi kalo diluar kerjaan aku kembali "polos". Sering banget dikatain "si Hani ini perlu di make over kayaknya ya", tp aku senyum aja sambil dalam hari ngebathin, haha.. sampe skr pun masih ga bisa kalo disuruh tampil stylish. Ngga bakat kali ya mak :v

    ReplyDelete
  4. syukurnya si q g prnh yg ada aq krng suka dgn pnampilan bagus krn yg penting nyaman
    aku berdarah biru tp suka sederhana
    tp trnyt itu perlu y
    mksh mak aq jd ngerti
    but keep be your self n cheer up
    @guru5seni8
    http://hatidanpikiranjernih.blogspot.com

    ReplyDelete
  5. Aku milih teman ngga tergantung penampilan sih, pake apapun mau murah mahal yg penting percaya diri, tulus dan ramah

    ReplyDelete
  6. Alhamdulilah sih ga pernah diginiin mba :). Padahl aku termasuk yg ga suka pakaian branded...mikirnya sih drpd beli pakaian mahal yg cuma bbrp Kali make, mending uangnya utk traveling :D .. Kalo ttg org yg suka ngeremehin ini, emg sebel sih ya... Ga mikir apa mrk, orang yang dihina itukan ciptaan Tuhan. Apa ga sama aja menghina PenciptaNya ... Sedih ngeliat org yg ga punya hati dan sombong gitu.

    ReplyDelete
  7. Sering banget diremehin gara gara penampilan yg sederhana banget.*toss*

    ReplyDelete
  8. Aku jg trmsk yg sangat sederhana mak... simpel2 aja...gk suka yg ribet2... dan jg tdk masuk golongan yg branded2 an.... be my self aja...

    ReplyDelete
  9. Membaca ini seperti melihat diriku sendiri mak... suka yg sederhana. Tp untungnya lingkunganku nggak segitunya sampe ngeremehin karena penampilan.

    ReplyDelete
  10. Hihihi, kadang hukum ajining rogo soko busono itu emang cucok banget :D

    ReplyDelete
  11. Wahhh ... ditempatku kerja nama juga kalangan PNS ... seragam sama ... tetapi ada yg tampil beda 'beli seragam sendiri dari bahan kwalitas super ... tapi mereka itu umumnya/memang pangkat/golongan atas sih ... :)

    ReplyDelete
  12. Ingin merasa hidup lebih bermakna mulailah dg hidup sederhana..bgitu katanya..kata siapa ?. Saya *abaikan.
    Daku mah mak, yg penting nyaman n berfungsi sebgmana fungsinya, harga 16rb jg boleh, its oke..
    Tengkiu renungannya ya mak :)

    ReplyDelete
  13. Aku pernah, pas papaku bangun rumah aku dan kakakku kan yang disuruh belanja keramik, semen, dll. Pas tanya2 ke salah satu toko aku denger masnya berbisik ke temnnya. "Paling cuma tanya-tanya.". Padahal aku udah nyiapin duit jut-jutan buat belanja jadi males. Makanya sama pembeli itu jangan meremehkan ya mak, rejeki jadi menjauh deh

    ReplyDelete
  14. Dibully sih belum. Tapi dicuekin sering, haha. Terutama di sekolah anaku. Masa anter sekolah jam 7 pagi udh pada rapi hijaber style plus make up n bulu mata?? Sedangkan aku yg anter cm pake sendal jepit n setelan ke tukang sayur, hehehe

    ReplyDelete
  15. ihihi aku juga kemana2 pake sendal jepit...tapi kalo ketemu teman yg bilang beli ini itu barang mewah ini itu aku suka bilang "waaah bagus banget..wow keren" atau kalo dah bingung mau ngomong apa nyengir aja wkwk...hidup cuma sekali loh
    hihihi kalo kita liat sebelah emang enak kayaknya...tapi kayaknya lebih bae kalo kita tentrem dirumah sendiri...banyak uang tapi g tentrem kan susah...enakin hatimu mbak..:*yang penting pede ^^

    ReplyDelete
  16. Hihi...sama, saya juga bukan golongan darah biru kok....saya juga senengnya pakai baju ya yang membumi aja...risih juga kalo jadi pusat perhatian...tapi yaa disesuaikan juga sih dengan acara

    ReplyDelete
  17. Masih ada aja yah Mbak, yang mandang dari penampilan.. Hahah.. Mana ada yang sok kaya pulak.. Biasanya sih karena dia orang yang kurang.. Soalnya kalok orang kaya beneran, kebanyakan tau sopan santun en ngga mungkin melecehkan :P

    ReplyDelete
  18. Apalah artinya darah biru, mbak, meninggal pun masuk tanah juga, jadi tengkorak juga.. Sama kayak kita yg berdarah merah.. :D

    ReplyDelete
  19. pilih2 kasih ya kalo seperti itu...nggak bagus juga mbak berada dilingkungan seperti itu dalam jangka waktu yg lama, bikin mangkel soale :)

    ReplyDelete