Dear Blog

Dear, blog. Sudah lama saya tidak menyapamu, maaf kalau tempatmu kotor. Saking lamanya tak menyentuhmu, ternyata baru tahu kalau urutan popular posts sudah berubah. Oke, deh, sebelum tutup bulan, saya mau curhat ke kamu, ya blog. 

Entah apa yang saya rasakan sekarang, seakan ingin sekali waktu melambat. Mungkin sedikit berlebihan, tapi itulah kenyataannya. Besok Sabtu, saya harus kembali ke Indonesia. Agak berat rasanya karena saya masih ingin berlama-lama di sini. Bukan karena apa dan siapa tapi karena saya menemukan kenyamanan yang belum saya temukan ketika harus balik. Tapi inilah realita dan saya harus siap dengan itu semua.

Banyak cerita yang belum sempat saya tulis di sini. Semua yang saya tulis sekadar sebagai pengingat saja. Beberapa tahun dari sekarang, kalau saya membuka ini, maka kenangan yang sudah ditulis akan kembali. Seakan saya memasuki lorong waktu dan menjadi tokoh dalam setiap cerita yang tertulis. Kelak, saya ingin merasakan kenangan tersebut. 

Andai saya tidak masuk angin dan malas menulis, mungkin sudah banyak cerita yang tertulis. Entahlah nanti, bisa tertulis atau tidak. Saya masih mengumpulkan niat tersebut.

Selama tidak menyentuhmu, saya masih suka main ke blog tetangga. Membaca kisah mereka. Membaca petualangan mereka. Membaca pengalaman mereka. Ah, saya hanya membaca dan terkadang iri dengan berbagai petualangan mereka. Petualangan rasa, petualangan menjelajah tempat yang indah, dan petualangan bertemu beberapa kawan yang menyenangkan. Semua itu sangat saya rindukan. 

Dari semua petualangan itu, saya jatuh cinta pada sebuah blog yang memberikan banyak pelajaran, terutama tentang hidup dan segala pernak-perniknya. Blognya sangat sederhana tetapi kekuatan tulisannya membuat saya menjadi candu. Setiap hari berharap ada postingan terbaru untuk dibaca. Bermain ke blognya membuat hati adem dari hingar bingar dunia maya. Tulisannya asyik tanpa menggurui, tapi penuh arti. 

Iya, saya menemukan keasyikan tersendiri ketika membaca blog tersebut. Apalagi ditambah merasakan kehidupan dunia nyata yang berbeda membuat saya merasa utuh sebagai manusia. Tak ada saling benci. Tak ada caci maki. Semua berjalan biasa tanpa saling mengganggu dan sangat menghargai perbedaan. Ah, indah sekali. 

Dear blog, selama hidup di sini, banyak sekali hal yang saya dapat. Meski hanya beberapa bulan tapi sangat menyenangkan. Bertemu dengan orang-orang baru dengan pemikiran yang berbeda, budaya yang berbeda, dan bahasa yang berbeda. Banyak hal yang membuat saya untuk lebih baik lagi dan terus belajar. Saya malu dengan kondisi saat ini yang masih pas-pasan. Saya kasih tahu, ya, blog kalau saya itu:

# Iri sama ibu-ibu Jepang

Iya, saya selalu iri melihat penampilan ibu-ibu di sini. Mereka sangat cantik dan rapi sekali. Meski hanya mengantar anak ke sekolah tapi mereka memakai sepatu berhak dan naik sepeda dengan pakaian yang rapi. Belum lagi ukuran tubuhnya yang langsing. Saya yakin mereka sangat menjaga kesehatan, kecantikan, dan penampilan dengan baik.

Selain itu, kemampuan mereka dalam mengurus rumah patut ditiru. Menurut cerita yang saya dengar sendiri, mereka jarang sekali memakai jasa asisten. Semua dilakukan sendiri baik ibu yang bekerja maupun ibu rumah tangga. Untungnya saya punya teman Indonesia yang menikah dengan orang Jepang. Mereka sudah tinggal cukup lama di sini jadi bisa tanya ini-itu. Memang, peran ibu di Jepang sangat penting. Mereka rata-rata ahli segalanya. Ahli tata busana, ahli memasak, ahli merias diri, dan ahli mengurus rumah. Semoga saya bisa seperti mereka, ya.

# Suka banget dengan Jepang

Sejak SMA saya ingin sekali ke Jepang. Bukan karena punya uang berlebih untuk wisata tapi karena iri (lagi) dengan teman-teman yang lolos AFS dan bisa merasakan sekolah di Jepang beberapa bulan. Sejak itu, saya punya keinginan kuat bisa tinggal di Jepang. Alhamdulillah bisa tercapai meski nunut pak suami dan biaya sendiri pula. Tak apalah, impian saya terkabul dan bisa tinggal di sini adalah anugrah yang patut disyukuri. 

Tahun lalu adalah kali pertama tinggal di sini, rasanya senaaaaang sekali. Melihat sendiri bagaimana kehidupan masyarakat yang teratur di segala bidang membuat saya kagum. Semua yang ada di sini tetap dijaga dan dipelihara. Tak hanya budayanya tapi juga fasilitas umumnya. Di sini, telepon umum koin masih berfungsi dengan baik. Hebatnya lagi di situ dilengkapi dengan buku semacam yellow pages. Komplit banget, ya. 

Dan, saya suka dengan ketelitian dan seninya orang Jepang. Semua aspek dibuat sangat detail sampai soal makanan. Lihat saja bagaimana makanan di sini disajikan sangat cantik dan berwarna-warni. Penjual di toko pun tak mau kalah, lho. Tengok deh, kalau mau membeli oleh-oleh. Pasti oleh-oleh tersebut dibungkus rapi seperti kado dan semua sudah tersedia, tinggal angkut saja. Di sini, semua makanan biasanya ada samplenya jadi pembeli tahu bentuknya. Pun begitu dengan oleh-oleh, jadi pembeli tidak merasa dirugikan.

# Temannya Tambah

Alhamdulillah tinggal di lingkungan baru membuat jaringan teman saya bertambah. Semua tanpa rencana dan mengalir begitu saja. Awalnya berteman dengan teman satu meja dan sensei yang mengajar lalu bertambah lagi dengan teman muslim yang memberikan info soal traveling dan makanan halal di Jepang. 

Beberapa hari berikutnya, secara tak sengaja ada sensei yang tahu saya berasal dari Indonesia dan beliau mengajak saya bergabung dalam komunitas ibu-ibu Jepang yang pernah tinggal di Indonesia. Kegiatan mereka positif banget yakni menjadi relawan untuk membantu anak-anak Indonesia, utamanya yang tinggal di Jakarta. Dengan mereka, saya jadi kenal dengan ibu-ibu Indonesia yang tinggal di Yokohama. Ah, menyenangkan sekali. Semoga silaturahmi ini bisa terus berjalan meski nanti saya balik ke rumah. Dan, semoga saja ini bisa menjadi pembuka silaturahmi-silaturahmi yang lain. 

# Sangat menghargai perbedaan

Yah, tinggal di negara yang minoritas muslim membuat saya harus banyak belajar untuk saling menghargai. Di sini, saya minoritas tapi mereka memperlakukan saya baik sekali. Tak ada perbedaan antara satu dengan yang lain. Masalahnya hanya soal makanan saja. Dengan mereka, pikiran saya mulai terbuka kembali betapa indahnya perbedaan itu. 

Ada satu kejadian yang tak akan saya lupakan. Ketika itu saya bertanya soal muslim kepada kawan yang berasal dari Iran. Pertanyaan yang semula saya anggap bakal dijawab sekenanya ternyata ditanggapi secara serius dengan beberapa bukti dan link yang membuat pala barbie pusing, hihihi. Siang itu, setelah jam les selesai, saya diajak ngobrol soal Islam. Jujur sih, saya tidak menyangka kalau dia yang sangat open minded masih memberikan perhatian yang serius terhadap perkembangan Islam saat ini. Dan, pikiran saya terbuka lagi soal perbedaan dan isu-isu di luar sana yang sangat berat untuk dibahas. Pulang diskusi, panasnya cuaca membuat saya untuk cepat pulang. Begitu sampai apartemen, saya makan nasi dua piring. Huwaaa, pusing euy. Karena ini pula, malamnya saya lanjutkan diskusi bersama pak suami. Hihihi, habis saya penasaran dengan pandangan pak suami. 

# Semangat belajar

Selama bertemu dengan berbagai orang dari berbagai negara otomatis saya harus bicara dalam Bahasa Inggris. Yah, saya malu kalau ngomong sama mereka. Bayangkan, ya, saya yang Englishnya sangat pas-pasan cuma endebra-endebro plus medok membuat mereka kadang kurang memahami apa yang saya ucapkan. Seringnya lawan bicara saya bilang seperti ini 'moichido' atau 'once again, please' atau malah 'what do you mean?'. Pengiiiin banget njedukin pala ini ke tembok kalau mereka bilang seperti ini, hihihihi. Pyuh, padahal saya sudah menyusun kata-kata sedemikian rupa tetap saja nggak mudeng. Hahahahaha, mereka maklum kok dan baik banget karena sehari-hari saya tidak menggunakan Bahasa Inggris. Nah, makanya saat ini saya semangat belajar bahasa. Tak ada salahnya kan? Lagi pula saya suka belajar bahasa kecuali menghapal cara menulis huruf Hiragana, Katakana, atau Kanji. Duh, ternyata ada aturannya, ya :(

# Belajar bisnis

Karena ini kali kedua saya dan suami tinggal di Jepang, jadi kami tahu sedikit soal Jepang dan tiba-tiba suami punya ide untuk membuka jasa titipan oleh-oleh. Alhamdulillah, responnya positif. Kloter pertama semua pesanan sudah dikirim berbarengan dengan teman suami yang balik duluan. Sedang kloter kedua ini masih saja ada titipan. Sebagian besar, sih, jam tangan. Ada customer yang memborong jam tangan merk tertentu. Dia fanatik banget dengan merk tersebut.

Tak disangka, di minggu-minggu terakhir kami mau balik, ternyata ada tawaran bisnis dari temannya suami yakni jualan kamera bekas. Kami diberi tahu tempat yang jualan kamera second. Meski second, harganya ada yang mahal juga ternyata. Untuk kamera second, mereka tetap memberikan garansi tapi hanya berlaku di Jepang. Selama belanja barang-barang tersebut, kami tak pernah dianggap sepele meski hanya tanya-tanya dulu. Pengalaman yang seru karena kami jadi tahu seluk beluk barang-barang lucu dan barang second di Jepang.

Mencari barang-barang pesanan tersebut ternyata banyak ceritanya, ya. Ada yang harus hunting sampai malam di Tokyo dan ada yang harus ikut lelang secara online. Kami juga harus sabar menghadapi konsumen yang sedikit rewel. Kami sangat menikmati bisnis ini karena semua kami lakukan karena suka. Kami menganggap bahwa keuntungan tersebut untuk menambah uang transportasi saja. Yah, ongkos bolak-balik di sini lumayan, ya. Belum lagi kalau mencari barangnya butuh waktu seharian. Mau tak mau kami memperhitungkan ongkos transportasi dan harus bawa bekal, biar irit. Seru banget karena petualngan-petualangan tersebut menambah pengalaman berburu barang di Jepang, hihihihi. 

Ah, sudah dulu ya, blog. Terimakasih sudah mendengarkan curhatan ini. Semoga saya bisa menjadi orang yang lebih baik, lebih baik, dan lebih baik lagi. Saya tak mau muluk-muluk. Hanya ingin menikmati alur hidup ini. 


Kamis yang panas,
di Shin Yokohama

2 comments

  1. Aku juga iri sama ibu-ibu Jepang, udah ngurus rumah, ngurus anak tapi tetep bisa dandan cantik, bahkan kalo ketemu ada yg bawa anak 3, satu jalan, satu digendong, satu lagi naik stroller tapi si ibu tetep cantik, gak keliatan capek...semoga kita bisa gitu juga ya mbak :)

    ReplyDelete
  2. mbak Piiiit... Apa kabar? Akhirnya ngeblog lagi yaa.. Banyak pengalaman di negeri sakura ya mbak, saya juga kagum dengan budaya Jepang, sayangnya belum ada kesempatan ke sana.. Welcome home mbak... *peluk kangen*

    ReplyDelete