Resensi Buku 'Unbelievable Japan'

Judul : Unbelievable Japan
Penulis : Weedy Koshino
Tahun : Cetakan I, 2016
Tebal : 355 Halaman
Penerbit : PT Elex Media Komputindo

Sabtu kemarin saya membeli buku Unbelievable Japan karena saya suka hal-hal yang berhubungan dengan Jepang, terutama tentang budaya dan kehidupan sehari-hari warganya. Saya tahu buku tersebut dari blog Kompasiana Mbak Weedy Koshino. Saya memang suka membaca blog si penulis yang selalu menceritakan kehidupan sehari-hari selama beliau tinggal di Jepang. Penulisan di blognya ringan jadi mudah dimengerti. Saya menjadi silent reader blognya, lho.

Asal tahu saja, kalau bulan lalu saya nggak beli buku sama sekali karena masih ada novel dan autobiografi yang belum selesai dibaca. Tapi sejak beli buku Unbelievable Japan entah kenapa saya nggak mau lepas dan selalu penasaran dengan cerita-cerita selanjutnya. Makanya ini rekor bagi saya yang bisa menghabiskan buku baru, nggak sampai 24 jam. Iyap, Minggu siang kemarin saya sudah mengatamkan buku tersebut. Seperti judulnya, so unbelievable!! Hahahahahaha. 





Kenapa sih saya mengatamkan buku tersebut cepet banget?

Jujur, saya kangen banget dengan kehidupan di Jepang. Meski hanya beberapa bulan tinggal di sana namun banyak hal yang membuat saya terkaget-kaget dengan budaya dan masyarakatnya. Ketika membaca buku ini saya seperti bernostalgila. Lagipula tempat tinggal Mbak Weedy di Chiba. Haduh, baper karena saya juga pernah main ke Chiba. 

Di buku tersebut, Mbak Weedy menceritakan kehidupan sehari-harinya sebagai ibu rumah tangga yang menikah dengan orang Jepang. Beliau hijrah ke Jepang tahun 2007 dan dikaruniai dua orang anak. Pengalaman sebagai orang asing yang tinggal di negara yang sangat berbeda dengan Indonesia membuat beliau mengalami shock culture sebagai seorang istri dan menantu. Nah, pengalaman-pengalaman inilah yang diceritakan Mbak Weedy di buku tersebut. 

Semua yang ditulis oleh Mbak Weedy Koshino di bukunya berdasarkan kisah nyata yang dialami sehari-hari. Kisah tersebut terbagai dalam 3 kategori; yakni Life Style, Culture, dan Education. Masing-masing kategori berisi kisah yang menarik dan membuat saya manggut-manggut mengiyakannya karena memang pernah mengalami hal yang sama. 

Cerita mengenai Jepang yang maju, keren, masyarakatnya makmur dan berdisiplin tinggi, kayaknya sudah biasa, kan? Hahahahaha. Memang itulah image Jepang di sebagian besar masyarakat Indonesia. Namun jangan salah lho kalau kehidupan di sana nggak cuma enaknya saja. Dalam bukunya, Mbak Weedy juga menceritakan sisi lain tentang Jepang. 

Beberapa kisah tersebut ada yang membuat saya melongo karena nggak percaya dan sempat bilang, 

'Ih, di Jepang ada juga ya kejadian kayak gini. Untung kemarin nggak ngalami kejadian ini.'

Atau seperti ini

'Waduh, kok serem amat ya kehidupan di sana. Beneran tuh ada kejadian kayak gitu?'

Apa yang diceritakan Mbak Weedy memang benar. Terutama ceritanya sebagai ibu rumah tangga di Jepang. Kalau saya mengikuti cerita Facebook teman yang tinggal di sana terasa banget tuh betapa rempongnya menjadi ibu rumah tangga di sana. Mereka harus menyiapkan segala keperluan untuk keluarganya dari pagi sampai malam. Mulai belanja, masak, antar jemput anak sekolah, sampai sibuk mempersiapkan kebutuhan anak-anaknya yang ikut kegiatan ekstrakurikuler di sekolah. Kalau weekend atau liburan sekolah, para ibu tetap capek karena mengurusi ekskul atau pertandingan antar tim. Lah, kalau di Indonesia jarang banget saya jumpai orangtua yang sibuk mengurusi kegiatan ekskul anaknya.

Lha kenapa kok bisa sibuk, sih? Apa ekskul di Jepang nggak ada yang ngurusi? 

Tenyata bukan itu masalahnya. Di Jepang, peran orangtua di sekolah dan kegiatan ekskul anaknya sangat besar. Mereka akan kebagian tugas ini-itu demi kelancaran kegiatan tersebut. Tugas-tugas tersebut akan diberitahukan jauh-jauh hari secara detail melalui email. Mbak Weedy pun menceritakan kalau beliau pernah jadi petugas patroli sekolah yang disangka anaknya kayak pencuri. Dan, Mbak Weedy juga cerita kalau beliau pernah dijutekin saat menjadi tukang parkir di acara ekskul anaknya. Lha, kok bisa sih? Ya, baca sendiri saja bukunya. Saya yang membaca kisah-kisah tadi ikutan tertawa dan kasihan. Selain itu, saya mendapat pelajaran untuk nggak jutek sama tukang parkir, hahahaha. Kasihan mereka karena sudah capek cari tempat parkir.

Saya memang suka membaca kehidupan dan budaya negara lain, apalagi Jepang. Bab yang saya suka yaitu cerita yang berjudul 'Belajar Rendah Hati dari Orang Jepang.' Cerita ini ada di halaman 211. Mbak Weedy menceritakan bagaimana beliau kagum dengan sifat rendah hati masyarakat Jepang. Mereka nggak mau terlihat mencolok dan dianggap sombong. Bahkan, Mbak Weedy tahu kehebatan teman-temannya bukan dari si empunya atau cerita dari orang lain, lho. Beliau tahu kehebatan dan kerendahan hati orang Jepang saat main ke rumah temannya.

Lah, kok bisa sih?

Main ke rumah teman terus tahu kehebatannya? Apa hubungannya? 

Semua diceritakan detail sama Mbak Weedy. 


Cerita Favorit

Saya sependapat dengan apa yang diceritakan Mbak Weedy soal kerendahan hati ini. Beliau membandingkan keadaan ini dengan sikap masyarakat Indonesia yang saat ini suka banget bergaya hidup mewah dan pamer. Hal ini berbeda dengan sikap orang Jepang yang sederhana. Saya membaca kisah itu terasa mak jleb, manggut-manggut, dan hok-ah hok-oh melulu. Membaca kisah ini saya teringat dengan ibu-ibu Jepang di Jakarta yang saya kenal. Mereka jauh dari kesan glamour meski saya tahu mereka sangat berada. Persis plek seperti cerita Mbak Weedy.

Selain itu ada juga pengalaman Mbak Weedy dan suaminya yang mencari sekolah untuk anaknya. Mbak Weedy dan keluarganya muslim. Saat anaknya mau sekolah, mereka mencari sekolah yang menyediakan bento yang nggak mengandung babi. Pencarian sekolah tersebut susahnya bukan main. Sebab nggak semua sekolah mau menyediakan makanan khusus atau yang berbeda antara anak yang satu dengan yang lain. Akhirnya mereka bisa menemukan sekolah yang mau menerima keyakinan Islam namun dengan negosiasi yang terbilang nggak gampang. 





Sekolah di Jepang rata-rata menyediakan makan siang untuk murid-muridnya. Sebagian besar menunya mengandung babi. Namun demi menjalankan keyakinan Islam, Mbak Weedy harus menyediakan bento yang berbeda untuk anaknya. 

Setelah mendapat sekolah yang mau menerima nego tersebut ternyata masalah lain datang yaitu ketakutan Mbak Weedy dan suaminya kalau anaknya dibully karena makanannya berbeda.  Kejadian bully di Jepang ternyata cukup parah, lho. Saya tahu dari cerita yang membahas soal ijime (bully) di Jepang. Bagaimana orangtua menghadapi ini? 

Kisah 'Menyikapi Menu Sekolah yang Mengandung Babi' sangat menarik karena saat ini banyak orang Indonesia yang ikut suaminya bekerja di Jepang. Salah satu kekhawatiran mereka tentu saja menemukan makanan halal terutama untuk anaknya yang sudah sekolah. Jadi kalau Teman-teman mau ke Jepang dalam waktu yang lama dan menghadapi masalah ini, bisa belajar dari pengalaman Mbak Weedy. Beliau menceritakan kisah yang sangat sensitif  ini dengan bahasa yang tidak menggurui. 

Oia, buku ini juga cocok dijadikan panduan bagi Teman-teman yang baru pertama kali ke Jepang. Buku Unbelievable Japan ada bab yang menceritakan manner yang nggak boleh dilakukan di sana. Mbak Weedy memberikan contohnya dan menceritakan itu semua dengan alasan-alasan yang mengerikan karena berhubungan dengan funeral. Lho, kok bisa sih? Ya baca saja bukunya.^-^.

Yang suka travelling atau yang mau menginap di ryoukan, ada juga panduan dan tata cara menginap di sini. Sssttt, yang suka onsen tapi telan**ang bulat, juga diceritakan semua di sini. Onsennya seperti apa? Dan di mana? Ceritanya komplit deh di halaman 185, hahahaha.

Selain panduan manner, ada juga panduan musim untuk berkunjung di sana. Musim apa yang tepat untuk berkunjung dan hal-hal apa yang nggak boleh dilakukan sebagai turis di sana. Katanya sih di Jepang itu nggak cuma 4 musim tapi malah 6 musim. Biasanya kan musim cuma musim panas, dingin, gugur, dan semi. Lha ini kok sampai 6 musim. Yang dua lagi apa? Mbak Weedy menceritakan musim yang ada di Jepang plus bulan-bulannya. Jadi kalian yang mau travelling ke Jepang bisa mempersiapkan apa saja ketika musim tersebut tiba. 

Kalau mengikuti blognya Mbak Weedy, membaca buku ini serasa memindahkan tulisan di blog ke dalam buku. Bahasa yang ada di blog sama seperti yang ada di dalam buku. Bahasa yang digunakan dalam buku Unbelievable Japan sangat mudah dipahami sehingga pesan yang ingin disampaikan dapat diterima pembaca.  

Sebenarnya tulisan di blog dan buku itu berbeda. Buku ini terkesan 'memindahkan blog' saja karena beberapa kalimat juga tidak tepat tanda bacanya. Kalau soal ini pun saya juga masih banyak kesalahan di blog karena kurang taat pada aturan EYD. Kalau kata-kata yang nggak baku sih oke ya, nggak papa karena biar bahasanya santai. Namun ada yang aneh nih saat saya membaca buku ini. 

Di hal 321 menceritakan tentang kampanye pemilu di Jepang. Di situ ada tulisan yang menurut saya agak janggal yaitu di paragraf terakhir yang bunyinya seperti ini,

'Coba lihat deh foto di bawah ini, foto ini saya ambil ketika mau pergi belanja ke supermarket....'

Sebagai pembaca buku, tentunya saya langsung melihat ke bawah dong, ingin tahu seperti apa sih fotonya. Ternyata tulisan tersebut hanya beberapa jarak saja dengan akhir halaman sehingga fotonya ada di halaman sebaliknya. 

Kalau saya membaca tulisan tersebut di blog nggak masalah karena bisa melihat foto langsung ke bawah. Tapi ini kan sudah menjadi buku. Blog dan buku berbeda karena buku mempunyai halaman. Dan ketika buku sudah diedit bisa saja foto yang letaknya semula di bawah pindah ke halaman selanjutnya. Hhhmm, setelah saya baca bagian depannya, ternyata nggak ada editornya, ya. 

Secara keseluruhan, buku ini memang menyajikan cerita-cerita yang menarik dan inspiratif. Banyak sekali kisah-kisah inspiratif yang selalu dihubungkan dengan kehidupan di Indonesia. Harapan penulis, semoga pembaca dapat mengambil hikmah dan sisi positif dari kehidupan di Jepang. Syukur-syukur kalau dapat mempengaruhi perubahan kehidupan di Indonesia. Tirulah apa yang baik. Sebaliknya, jangan meniru hal-hal yang kelihatannya keren tapi setelah tahu esensinya ternyata nggak keren sama sekali. Sebagai pembaca kita harus cerdas dalam mengambil setiap hikmah dari apa yang kita baca. 

Jujur nih ya, membaca buku Unbelievable Japan membuat saya sadar bahwa setelah membaca buku ini, justru makin banyak hal-hal yang nggak saya ketahui tentang Jepang. Dan benar, kehidupan di Jepang ternyata nggak melulu ada cerita baiknya saja seperti yang kita ketahui selama ini. Unbelievable!^-^.

9 comments

  1. Waaaa... makin mupeng pengen ke Jepang. Gak nyangka juga di Jepang punya sisi negatif. Penasaran sama bukunya :-D

    ReplyDelete
  2. Jepang penuh dinamika ada positif dan negatif
    kebetulan saya kenal penulisnya
    Mbak Weddy pernah cerita, budaya anak muda pura2 ngantuk di kereta biar ga disuruh berdiri waktu ada org tua berdiri juga ada di Jepun (hehe)
    salam sehat dan semangat mbak

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wooo gitu ya.
      Kenal Mbak Weedy jadi banyak belajar ttg Jepang dong :)

      Delete
  3. Ternyata di Jepang ada baik buruknya juga ya, mbak Pipit. Kita hanya tinggal menyaring saja, kalau baik diambil kalau ngga jangan diambil. Tapi secara keseluruhan sy suka budaya Jepang yang tertib, disiplin dan sopan :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, di mana2 ada dua sisi, baik dan buruk.
      Pintar2nya kita menyaring informasi ya, Mba.

      Delete
  4. Ternyata bully di jepang parah ya mbak?baru tau lo tp emang smua negara pqsti ada olus minusnya ya mbak. Jd makin pengen deh ke Jepang

    ReplyDelete
    Replies
    1. Dari bukunya Mbak Weedy, bully di Jepang lumayan parah sih, Mba.
      Iya, ada dua sisi ya, plus dan minus.

      Delete
  5. There are many interesting information here.

    ReplyDelete