Cerita Teman: Hamil Bayi Tabung Lalu Hamil Alami

4 comments
Halo, adakah yang masih membaca tentang baby program di blog ini?

Yuk, ngomongin baby program lagi.


Dulu label Baby Program saya buat untuk sharing pengalaman dalam mendapatkan anak. Banyak banget, deh. Mulai dari divonis PCO, nyari dokter, pengobatan alternatif, dan ikut inseminasi.

Semuanya gagal.

Tapi saya santai menjalani hidup dan terus berikhtiar.

Pengalaman dan perjuangan untuk mendapatkan momongan bisa dicari di label Baby Program, ya.

Alhamdulillah, akhirnya saya dikaruniai anak setelah 8 tahun menanti. Saat tulisan ini dibuat, usia sinok udah 1 tahun 3 bulan.


Nah, sejak punya anak, label Baby Program jadi kosong dong. Seakan penantian panjang udah diakhiri.

From Pixabay

Namun, biar nggak kosong-kosong amat saya tetap akan berbagi cerita tentang kehamilan yang siapa tahu bisa memberikan semangat kepada teman-teman yang mampir ke blog ini. Karena saya yakin di sana masih banyak yang berjuang untuk mendapatkan momongan.

Insyaallah jika saya menemukan orang hamil yang kisahnya bisa dibagi di sini, maka akan saya ceritakan. Tentunya dengan seizin yang punya cerita, ya.

Kali ini saya mau cerita tentang kehamilan teman saya, sebut saja namanya Z, biar anti mainstream, hahaha.

Nah, Z ini teman saya waktu sama-sama ngontrak di Gang Cepek. Tahu dong yang anak Jaksel, hahaha.

Z usianya lebih tua dari saya. Namun usia pernikahan hampir sama. Saat ini kami sama-sama tinggal di Depok. Lama nggak berkabar, tiba-tiba aja saya dapat kabar kalau Z udah hamil.

Singkat cerita, saya dan pak suami nengokin waktu Z udah lahiran. Wah, seru banget waktu itu karena kami kangen-kangenan dan banyak bertukar cerita.

Izin dulu sama Z

Waktu itu Z hamil berkat bayi tabung atau IVF di RSCM. Wah, saya salut dengan perjuangan Z dan suaminya.

Dengan kondisi Z yang nggak memungkinkan untuk hamil alami plus usia suami yang hampir atau malah udah 40 tahun, tentu bayi tabung harapan satu-satunya. Mau berapa pun biayanya, mau sebesar apa pun usahanya, akan mereka jalani.

Jarak Depok-RSCM yang jauh belum lagi macetnya pasti menjadi tantangan sendiri untuk mereka berdua. Bolak-balik mengikuti jadwal dokter untuk periksa sana sini, suntik ini dan itu. Tapi Z dan suami tetap menjalani dengan ikhlas.

Sampai suatu ketika benih udah dimasukkan dan Z sakit. Mau nggak mau dia harus bedrest total demi buah hati. Semua saran dari dokter dilakukan Z dengan baik.

Lah, kalau nanti gagal, pastinya uang ratusan juta bakal hilang dalam sekejap.

Yak, Z dan suami sampai menjual mobil demi anak mereka karena biaya IVF sangat besar, ratusan juta, euy.

Meski program hamil IVF dilakukan di RSCM namun Z ingin melahirkan di Depok. Pemikirannya, supaya lebih dekat dan nggak terlalu capek. Alhamdulillah, dokter mengijinkan.

Akhirnya di usia kehamilan sekian bulan, Z periksa kandungan sampai melahirkan di RS Bunda Margonda.

Oia, untuk IVF, setelah si ibu melahirkan, dokter menyarankan untuk tetap menyimpan embrio yang udah diambil. Jadi bila sewaktu-waktu pengin hamil lagi, embrio tersebut tinggal disuntikkan.

Tentu saja penyimpanan embrio ini nggak gratis. Kata teman saya, biaya penyimpanan embrio di RSCM sebesar 500ribu/bulan.

Hm, lumayan juga ya biayanya.

Obrolan dengan Z

Selama saya tinggal di Jepang, saya jarang berkomunikasi dengan Z. Pertemuan terakhir dengan Z yaitu saat Z dan keluarganya nengok sinok yang waktu itu masih berusia 2 bulan di Depok.

Singkat cerita, tempo hari Z kirim pesan dan menanyakan kabar via WA. Dari yang semula nanya iseng, biasalah soal anak, saya malah kaget sendiri.

Pipit: Lagi sibuk apa, mba?

Z: sibuk ngurus bayi

P: ((dalam hati, oh, anak usia 2 tahunan masih dianggap bayi))

Emang usia anaknya berapa sekarang?

Z: 40 hari

P: Emang punya bayi lagi, mba?

Z: Iya, baru lahiran Oktober kemarin.

P: ((hah, kaget))

Maksud hati menanyakan usia anaknya yang itu malah dijawab usia anak yang lain.

Saya yang semula kaget sendiri malah jadi kepo karena beneran nggak nyangka dia bakal hamil secepat ini dan malah udah lahiran. 

Yang bikin tambah kaget, ternyata anak kedua hamil secara alami.

WOW.

Dari yang semula hamil IVF terus hamil alami. Mukjizat banget.

Kok bisa sih?

Akhirnya saya nanya-nanya resepnya apa kok bisa hamil alami.

Ternyata dia nggak ngapa-ngapain lho. Hidup sehat juga enggak. Cuma ngurus anak aja. 

Wong dia dan suaminya aja sampai nggak percaya bisa dikasih anak cepat dan hamil alami pula. Padahal Z sudah divonis dokter nggak bisa hamil alami.

Apa kesimpulan dari cerita ini?

Jadi, buat teman-teman yang membaca postingan ini, jangan menyerah ya. Tetap semangat dan terus berikhtiar. Jalani saja hidup dengan santai. Dan yakin aja kalau Tuhan Maha Besar. Yang bagi kita, manusia, nggak mungkin, tapi bagi Tuhan apa sih yang nggak mungkin. Tuhan tahu yang terbaik untuk kita.

Salam dan peluk erat buat kalian yang masih berjuang untuk mendapatkan momongan. I share because I've been there. Keep strong and stay positive thinking, ya.



4 comments

  1. Baru tahu kalo bayi tabung itu harganya bisa sampai ratusan juta. Berarti kita harus bersyukur kalo bisa punya anak tanpa lewat bayi tabung ya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, betul. Mau dapat anak dengan cara bagaimana pun, sebaiknya tetap bersyukur karena tidak semua orang bisa mendapatkan anugerah tersebut.

      Delete
    2. Aku setuju sama mb pipit, semua kondisi patut disyukuri
      Baik yang pakai program dan alami karena aku udah ngalami semua jadilah tau kondisinya kayak apa, hihi...
      Yang belum dikasi momongan pun bukan berarti ga berhak bahagia, karena smua sudah diatur porsinya sebab anak memang hanyalah titipan

      Delete
    3. Ahsiyaaapp.. Setuju juga dengan pendapatmu, Nit.

      Delete