Cerita Teman: Hamil Bayi Tabung Lalu Hamil Alami

Halo, adakah yang masih membaca baby program di blog ini?

Dulu label Baby Program saya buat untuk sharing pengalaman dalam mendapatkan anak. Banyak banget deh cerita di sini. Mulai dari divonis PCO, nyari dokter yang cocok, pergi ke pengobatan alternatif, dan ikut inseminasi.

Semuanya gagal.

Tapi saya santai menjalani hidup dan terus berikhtiar. Pengalaman dan perjuangan untuk mendapatkan momongan saya ceritakan semua di blog ini. Teman-teman bisa cari di label Baby Program, ya. Alhamdulillah, akhirnya saya dikaruniai anak setelah 8 tahun menanti. Saat tulisan ini dibuat, usia anak saya udah 1 tahun 3 bulan.


Nah, sejak punya anak, label Baby Program jadi kosong dong. Seakan penantian panjang udah diakhiri.

From Pixabay

Namun, biar nggak kosong-kosong amat saya tetap akan berbagi cerita tentang kehamilan. Siapa tahu cerita-ceritanya bisa memberikan semangat kepada teman-teman yang mampir ke blog ini. Karena saya yakin di luar sana masih banyak yang berjuang mendapatkan momongan.

Insyaallah jika saya menemukan orang hamil yang kisahnya bisa dibagi di sini, saya berbagi cerita. Tentunya dengan seizin yang punya cerita, ya. Kali ini saya mau cerita tentang kehamilan teman saya, sebut saja namanya Z. Biar anti mainstream, namanya nggak A mulu. Hahaha.

Nah, Z ini teman saya waktu sama-sama ngontrak di Gang Cepek, Tanjung Barat. Tahu dong yang anak Jaksel, hahaha.

Z usianya lebih tua dari saya. Namun usia pernikahan hampir sama. Saat ini kami sama-sama tinggal di Depok. Lama nggak berkabar, tiba-tiba aja saya dapat kabar kalau Z udah hamil.

Singkat cerita, saya dan pak suami nengokin waktu Z udah lahiran. Wah, seru banget waktu itu karena kami kangen-kangenan dan banyak bertukar cerita.

Izin dulu sama Z

Waktu itu Z hamil berkat bayi tabung atau IVF di RSCM. Saya salut dengan perjuangan Z dan suaminya. Dengan kondisi Z yang nggak memungkinkan untuk hamil alami plus usia suami yang hampir atau malah udah 40 tahun, tentu bayi tabung harapan satu-satunya. Mau berapa pun biayanya, mau sebesar apa pun usahanya, mereka akan jalani.

Jarak Depok-RSCM yang jauh belum lagi macetnya pasti menjadi tantangan tersendiri untuk mereka berdua. Bolak-balik mengikuti jadwal dokter untuk periksa sana sini, suntik ini dan itu. Tapi Z dan suami tetap menjalani dengan ikhlas. Sampai suatu ketika benih udah dimasukkan dan Z sakit. Mau nggak mau dia harus bedrest total demi si buah hati. Semua saran dari dokter dilakukan Z dengan baik.

Kalau nanti gagal, pastinya uang ratusan juta bakal hilang dalam sekejap. Yak, Z dan suami sampai menjual mobil demi mendapatkan anak karena biaya IVF sangat besar. Ratusan juta, euy.

Meski program hamil IVF dilakukan di RSCM namun Z ingin melahirkan di Depok. Pemikirannya, supaya lebih dekat dan nggak terlalu capek. Z dan suaminya konsul soal ini ke dokter. Alhamdulillah, dokter mengijinkan. Akhirnya di usia kehamilan sekian bulan, Z periksa kandungan sampai melahirkan di RS Bunda Margonda, nggak di RSCM lagi.

Dari Z saya baru tahu bahwa untuk kasus IVF, setelah si ibu melahirkan, dokter menyarankan untuk menyimpan embrio yang sudah diambil. Jadi bila sewaktu-waktu si ibu pengin hamil lagi, embrio tersebut tinggal disuntikkan ke rahim. Tentu saja penyimpanan embrio ini nggak gratis. Kata teman saya, biaya penyimpanan embrio di RSCM sebesar 500ribu/bulan.

Hm, lumayan juga ya biayanya.

Obrolan dengan Z

Selama saya tinggal di Jepang, saya jarang berkomunikasi dengan Z. Pertemuan terakhir dengan Z yaitu saat Z dan keluarganya nengok anak saya yang waktu itu masih berusia 2 bulan di Depok. Singkat cerita, tempo hari Z kirim pesan dan menanyakan kabar via WA. Dari yang semula nanya iseng, biasalah soal anak, saya malah kaget sendiri.

Pipit: Lagi sibuk apa, Mba?

Z: sibuk ngurus bayi

P: ((dalam hati, oh, anak usia 2 tahunan masih dianggap bayi))

Emang usia anaknya berapa sekarang?

Z: 40 hari

P: Emang punya bayi lagi, mba?

Z: Iya, baru lahiran Oktober kemarin.

P: ((hah, kaget))

Maksud hati menanyakan usia anaknya yang itu malah dijawab usia anak yang lain.

Saya yang semula kaget sendiri malah jadi kepo karena beneran nggak nyangka dia bakal hamil secepat ini dan malah udah lahiran. Yang bikin saya tambah kaget, ternyata anak kedua hamil secara alami.

WOW.

Dari yang semula dia hamil IVF terus hamil alami. Mukjizat banget. Akhirnya saya nanya-nanya resepnya apa kok bisa hamil alami.

Kok bisa sih?

Ternyata dia nggak ngapa-ngapain. Hidup sehat juga enggak. Cuma ngurus anak aja. Wong dia dan suaminya aja sampai nggak percaya bisa dikasih anak secepat ini dan hamil alami pula. Padahal Z sudah divonis dokter nggak bisa hamil alami.

Jadi apa kesimpulan dari cerita ini?

Buat teman-teman yang membaca postingan ini, jangan menyerah ya. Tetap semangat dan terus berikhtiar. Jalani saja hidup dengan santai. Yakinlah, Tuhan Maha Besar. Setiap masalah yang bagi kita, (manusia) nggak mungkin, tapi bagi Tuhan apa sih yang nggak mungkin. Tuhan tahu yang terbaik untuk kita.

Salam dan peluk erat buat kalian yang masih berjuang mendapatkan momongan. I share because I've been there. Keep strong and stay positive thinking, ya.

4 comments

  1. Baru tahu kalo bayi tabung itu harganya bisa sampai ratusan juta. Berarti kita harus bersyukur kalo bisa punya anak tanpa lewat bayi tabung ya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, betul. Mau dapat anak dengan cara bagaimana pun, sebaiknya tetap bersyukur karena tidak semua orang bisa mendapatkan anugerah tersebut.

      Delete
    2. Aku setuju sama mb pipit, semua kondisi patut disyukuri
      Baik yang pakai program dan alami karena aku udah ngalami semua jadilah tau kondisinya kayak apa, hihi...
      Yang belum dikasi momongan pun bukan berarti ga berhak bahagia, karena smua sudah diatur porsinya sebab anak memang hanyalah titipan

      Delete
    3. Ahsiyaaapp.. Setuju juga dengan pendapatmu, Nit.

      Delete