Bahasa Jawa, Medhok, dan Identitas

"Mbaknya dari Jawa, ya?" tanya lawan bicara saat itu.

"Saya medhok banget ya, Mas?" jawab saya.

Lawan bicara saya hanya tersenyum. Senyumnya sudah cukup memberikan jawaban bagi saya.

Itulah respon yang saya dapatkan saat bertemu orang pertama kali. Kalau nggak seperti itu biasanya mereka langsung bicara pakai bahasa Jawa. Jadi jelas ya betapa medhoknya saya. Hahaha.

Seperti kita ketahui bahwa Indonesia terdiri dari ribuan suku dan budaya. Masing-masing mempunyai bahasa daerah dan dialek yang menjadi ciri khas daerahnya.

Oke, kalau ngomongin Indonesia terlalu besar ya. Saya mau persempit aja.

Karena saya berasal dari Jawa, mari membicarakan bahasa Jawa secara umum. Termasuk medhoknya juga. Yah, bahasa Jawa dan medhok adalah identitas, hahaha.

Sebenarnya bahasa Jawa itu unik. Meski dasarnya sama yaitu bahasa Jawa namun masing-masing punya dialek berbeda. Dialek jawa dari daerah Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Yogyakarta berbeda. Dialek jawa orang Yogyakarta lebih halus. Sedangkan dialek orang Jawa Tengah pertengahan sih, kadang ada yang halus dan ada yang kasar. Kalau dialek di Jawa Timur katanya agak keras.

Dialek tiap daerah berbeda dipengaruhi oleh kondisi geografis. Orang-orang yang tinggal di daerah pegunungan dialeknya lebih halus dibandingkan orang-orang yang tinggal di daerah pesisir. Kondisi daerah dekat pantai yang bising oleh ombak dan panas membuat orang berbicara agak keras. 

Jika didalami lebih jauh, sebenarnya bahasa daerah yang dipakai di Jawa Tengah nggak hanya bahasa jawa aja. Beberapa daerah di Jawa Tengah ada yang menggunakan bahasa ngapak. Seperti di daerah Banyumas, Cilacap, Kebumen, Tegal, Brebes, dll. Uniknya lagi, masing-masing bahasa ngapak juga punya dialek dan arti berbeda antara daerah satu dengan yang lainnya.

Hahaha, sampai di sini udah mulai bingung apa belum dengan beragamnya bahasa di Indonesia?

Iya, negara kita kaya akan bahasa dan budaya. Satu-satunya yang bisa mempersatukan semua perbedaan tersebut adalah bahasa Indonesia. Inilah yang menjadikan Indonesia sebagai negara yang  besar, unik dan kaya akan budaya.

Gambar dari psychologymania

Saya berasal dari Semarang, Jawa Tengah. Semarang adalah ibukota Jawa Tengah.

Hai, siapa yang masih berpikir kalau ibukota Jawa Tengah adalah Solo atau Yogyakarta? Hayooo, jitak sini, hahaha. Percaya atau enggak, nyatanya ada orang yang  berpikiran salah seperti ini.

Pssst, Yogyakarta letaknya bukan di Jawa Tengah ya. Yogyakarta merupakan provinsi sendiri dan termasuk salah satu daerah istimewa karena pernah menjadi ibu kota Indonesia.

Lha kok malah kayak pelajaran Geografi, hahaha. Oke, kembali ke topik.

Semarang memiliki perpaduan budaya Jawa dan Tionghoa yang cukup kental. Jumlah orang Tionghoa di Semarang lumayan banyak. Maka nggak heran kalau di Semarang ada daerah pecinan. Saat ini pemerintah daerah setempat gencar mempromosikan pecinan Semarang untuk jadi tujuan wisata. Salah satunya, diadakannya Pasar Semawis.

Sebagian besar orang Semarang ngomongnya medhok. Bukan hanya warga asli namun juga masyarakat Tionghoa. Malah medhoknya orang Tionghoa khas, perpaduan antara bahasa Indonesia dan Jawa.

Saya tahu dari mana?

Karena dulu teman-teman saya banyak yang Tionghoa. SD saya dulu di daerah kota lama dekat dengan stasiun Tawang. Komplek sekolah saya di Jalan Ronggowarsito atau daerah Gedangan. Sampai sekarang saya masih ingat beberapa logat Semarang khas Tionghoa. 

Saya mencoba menuliskan dalam bahasa Indonesia baku, bahasa Jawa, dan aksen Tionghoa ya.

Indonesia: sini saya lihat.
Jawa: mrene takdelok e.
Tionghoa: sini takliyak e.

Indonesia: aku tidak bisa.
Jawa: aku ora iso.
Tionghoa: aku ndak isa.

Gimana gimana adakah yang unik? Adakah perbedaan?

Dari contoh tadi terlihat kalau orang Tionghoa punya bahasa dan aksen sendiri yang digunakan dalam percakapan sehari-hari. Seperti kata-kata yang saya cetak tebal; ada liyak (perpaduan lihat dan ndelok), isa (perpaduan bisa dan iso).

Inilah yang membuat saya makin kagum dan menemukan keunikan dalam bahasa Jawa terutama di Semarang. Aksennya orang Tionghoa pun nggak kalah medhoknya seperti logat orang Semarang asli.

Bagi saya bahasa Jawa dan medhok adalah identitas. Dengan mendengar logat saya, orang jadi tahu asal saya dari mana. Meskipun saya sudah merantau di Depok selama 10 tahun tapi logat medhok saya nggak hilang, lho. Saya nggak tahu kenapa. Padahal ada banyak orang Jawa yang udah nggak medhok karena mereka sudah tinggal di ibu kota.

Sampai kapan pun kayaknya saya nggak bisa menghilangkan logat medhok deh. Karena bahasa Jawa dan medhok adalah identitas yang membuat saya bangga sebagai orang Jawa.

Kalau kamu gimana, logat daerahmu masih apa nggak? Haha.

25 comments

  1. Saya dari kecil nggak bisa bahasa daerah mba, padahal saya ada darah Yogyakarta yang kental. Mungkin karena saya besar di Jakarta ~ cuma orang-orang bisa menebak asal saya dari Yogyakarta katanya dari cara saya bicara ~ :))))

    Nah lucunya, banyak juga orang yang salah paham, karena mata saya agak sipit (dulu setiap hari pakai kaca mata - sekarang sudah nggak demi memperbesar mata) jadi sering dianggap keturunan tionghoa :D hehehehe.

    Memang Indonesia ini unik ya mba, punya berbagai macam suku dan budaya. Senang rasanya karena bisa belajar berbagai macam kultur dari saudara setanah air, Indonesia :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mba, dari komennya saya malah banyak gambaran tentang diri Mba nih, hehehe. Deskripsinya jadi macem2.

      Lho, punya darah Yogya to. Iya, banyak teman saya yg seperti itu. Orangtuanya jawa tulen tapi karena anaknya besar di Jakarta, mereka ga bisa ngomong bahasa Jawa. Tapi kalau ortunya ngomong Jawa anak2nya mudeng sih.

      Iya, Indonesia unik. Ini baru soal Jawa yang seuprit lho. Belum suku yang lainnya. Makin banyak dan beragam.

      Delete
  2. Oohh ternyata jawa asli sama Jawa Thionghua ada sedikit perbedaan. Baru tahu saya mbak pipit.😊😊 Mungkin bagi asli jawa bisa bedain antara jawa Thionghua dan jawa asli. Kecuali bukan orang jawa seperti saya.😊😊

    Kalau ibu kota jawa tengah iyalah semarang, Bukan Solo atau Yogyakarta.🤣🤣 Meski terkadang orang jawa tengah sendiri ada yang bilang solo.😋🤣



    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalau dari logatnya beda, Mas. Masyarakat Tionghoa punya bahasa yang khas dan mereka juga medhok, hehehe.

      Soal ibukota Jateng, hehe masih banyak yang salah lho. Memang sih nama kota Semarang nggak setenar Solo dan Yogya.

      Delete
    2. Kalo kota Semarang saja ngga tenar padahal ibukota provinsi, apalagi kota kecil kayak tegak Brebes Pemalang ya.😂

      Delete
    3. Mau nulis Tegal malah jadi tegak, dasar keyboard koplak.🤣

      Delete
    4. Selama ini saya berpikir Jawa medhok itu dari daerah kebumen, Purbalingga, Banyumas, Wonosobo, Banjarnegara, Pemalang, Bumiayu, Tegal, Brebes yang biasa dibilang ngapak ternyata ngapak sama medhok itu beda ya..hihihi

      Delete
    5. @Mas Agus: lho justru Tegal lebih tenar karena wartegnya. Di mana-mana ada warteg. Keren deh Tegal.

      @Kak El: Iya, kak, beda. Hehe.

      Delete
  3. Hahaha memang kalo dari daerah Semarang itu bahasa jawanya medhok mbak, aku yang berasal Tegal dan ngomong ngapak kadang juga ngga terlalu nyambung kalo ngobrol pake bahasa Jawa orang Semarang, padahal sama sama Jawa ya.😂

    Di pasar Tegal, orang Thionghoa yang jualan itu pakai bahasa Jawa medhok yang bahkan kadang aku sendiri ngga paham, karena biasa ngomong ngapak.😂

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hee, serius Mas Agus nggak terlalu paham bahasa Jawa. Ya mungkin sama kali ya kalau saya ketemu mas Agus bicara pakai bahasa ngapak, saya juga nggak tahu, hehe.

      Delete
  4. wakakakkakaak, ya ampuuunnn saya ngakak baca percakapannya :D

    Saya malah kebalik, udah 20 tahun di JAwa, selalu dianggap aneh.
    Anehnya tuh saya kayak nggak punya identitas gitu.
    Di Surabaya kalau ketemu orang baru pasti nanya, saya orang mana?

    Soalnya pake bahasa Indonesia dan kata orang-orang saya nggak medok.

    Tapi kalau saya di Sulawesi saya diketawain keluarga, katanya saya sooooo Java karena medok hahahaha

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ahahaha, unik ya mba bahasa yang dipakai orang Tionghoa Semarang.

      Weeeh, kok bisa sih mba. Kadang medhok kadang nggak. Unik juga nih, mba. Hehe.

      Delete
    2. hihihi maksudnya, medok saya itu kurang fasih kali ya.
      Bagi orang Jawa asli, medok saya terlalu halus, bahkan nggak terdengar medok.
      Tapi bagi orang Sulawesi yang memang logatnya beda, menurut mereka saya ber 'nggak' sementara mereka pakai 'tidak' itu jadinya sooo Java aka medok hahaha

      Delete
    3. Iya, pas kuliah dulu saya juga pernah menemui hal yang sama kayak Mba Rey. Teman dari luar Jawa bisa bahasa Jawa bangganya minta ampun. Tapi bagi kami yang Jawa asli, aksennya masih kaku, belum Jawa banget.

      Ooh, pakai kata 'nggak' itu sudah dianggap Jawa banget ya, hehehe. Unik sekali.:)

      Delete
  5. saya aja masih kesulitan mba untuk bisa nerka nerka ini bahasa jawa dari jawa mana ya.. tapi itulah ya mba kadang saya fikir, bahasa kita banyak, dialeknya juga beda tapi kok kita bisa gitu jadi sebuah negara yang bersatu. saya 3 hari di jogja tanpa sadar logat dan bahasanya udah berubah, ke medan sebentar terasa harus bicara keras,ke jakarta lagi eh betawinya masih muncul hahahahahah

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ah iya, sama. Kadang saya juga gitu salah nebak logat orang Jawa dari mana.

      Nah, ini anugerah yang disyukuri karena bangsa kita besar dan banyak dialeknya tapi mudah disatukan dengan bahasa Indonesia.

      Lha, berarti bisa beradaptasi dengan cepat dong.

      Delete
  6. Saya malah dianggap orang jawa oleh orang yang baru ketemu mbak. Padahal logat saya gak ada medok2nya. Dan aslinya saya orang sumatera :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Lah, kok bisa sih. Unik juga nih, hehehe. Saya malah nggak bisa menghilangkan logat medhok.

      Delete
  7. kebetulan gw tinggalnya gak jauh-jauh dari semaranag, di jepara, jadi dialek bahasanya kurang lebih sama.. btw semarang adalah salah satu kota favorite gw di jawa setelah surabaya :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah, Jepara. Iya, hampir mirip dialeknya.

      Wiw, makasih ya Mas menjadikan Semarang sebagai salah satu kota favorit di Jawa.

      Delete
  8. Hai Mbak....
    Aku awal kerja di Bali, bossku orang Belanda, dia suka banget godain aku.
    Malah dengan sengaja suruh aku presentasi padahal aku saat itu masih baru, dia bilang aku lucu, dialekku lucu, Inggris - Jawa, meski so far kalau ngobrol sama bule aku biasanya secara langsung ngikutin, Hahaha.

    Indonesia memiliki kurang lebih 700bahasa, ya? Seru banget. Untung ada Bahasa pemersatu yaitu Indonesia. Anakku sekarang sudah mulai aku ajarin Bahasa Jawa karena dia mulai mengerti persamaan kata dalam bahasa lain, hahaha.

    Aku bangga sih dengan Bahasa Daerahku, aku Jatim yang dibilang agak kasar, tapi SUrabaya yang paling kasar. Karena kalau di daerahku, kami biasa pakai bahasa Jawa halus.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama, Mba. Saya kalau ngobrol pakai bahasa Inggris kadang logatnya campur2 ama bahasa Indonesia dan Jawa. Kacau deh, hahaha.

      Wah, kadang saya juga mau mengajarkan anak kayak gini. Tapi kayaknya dia cuma paham bahasa Jawa tapi nantinya nggak bisa ngomongnya karena lingkungan sekitar pakai bahasa Indonesia.

      Terima kasih, mba, infonya. Mungkin kasar atau enggaknya tergantung watak orang juga ya. Saudara saya orang Batak tapi alusnya minta ampun padahal orang tuanya Batak semua.

      Delete
  9. saya lahir di surabaya tapi ga bsa bahasa jawa dengan medhok hehe aneh ya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mungkin karena lahir di Surabaya tapi dari kecil tinggal di Jakarta kali mas.

      Anak saya juga lahir di Tegal, tapi tiap hari tinggal di Banten ya jadinya ngga bisa ngomong bahasa Jawa.😂

      Delete
    2. @Arenapublik: ada juga kok yang seperti ini. Teman sekolah saya dulu juga ada yang kayak gini.

      @Mas Agus: Hahaha, sok tahu nih Mas Agus. Oh, tinggalnya di Banten to.

      Delete