Jujur, akhir-akhir ini saya baru baca novelnya Eka Kurniawan. Padahal tiap ke toko buku, novel-novelnya selalu ada di deretan best seller tapi nggak pernah saya beli, haha. Saya lebih memilih novelnya Andrea Hirata, Ahmad Tohari, atau Dee Lestari. Tapi setelah membaca satu novel Eka Kurniawan kok jadi penasaran sama novelnya yang lain. Haduh, kayaknya saya ketagihan nih, hahaha.
Baru dua novel Eka Kurniawan yang saya baca. Pertama, Corat-coret di Toilet. Yang kedua, Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas (SDRHDT). Kedua novel tersebut saya baca via app Ipusnas.
Lumayanlah saya bisa memanfaatkan me time dengan membaca gratis. Buk ibuk banget kan suka gratisan, haha.
Lumayanlah saya bisa memanfaatkan me time dengan membaca gratis. Buk ibuk banget kan suka gratisan, haha.
Baca juga: Review app Ipusnas
Kenapa memilih novel Eka Kurniawan?
Karena saya penasaran.
Teman saya ada yang cerita kalau dia suka sama novelnya Eka. Dikasih tahu kayak gitu, saya penasaran dong. Setelah baca novelnya, ya ampuuuunn kok gini amat ya novelnya.😅
Saya di sini nggak mau review ya. Cuma pengin cerita kesan saya terhadap novelnya Eka.
Corat-coret di Toilet merupakan kumpulan cerpen satir. Cerita-cerita di kumpulan cerpen tersebut menceritakan kehidupan sehari-hari dari berbagai lapisan masyarakat di masa yang berbeda. Tapi kebanyakan saat orde baru dan reformasi.
Settingan tempatnya ada di mana-mana. Setting tempat yang seru tentu saja di toilet.
Saya nggak nyangka dengan alur cerita di cerpen Corat-coret di Toilet. Orang-orang memanfaatkan dinding toilet untuk berkomunikasi tentang keadaan suatu negeri. Hm, ceritanya lumayan kocak tapi berbobot.
Nah, ini khas Indonesia banget di mana dinding fasilitas umum dicorat-coret. Tapi coretan di toilet ini berbeda lho. Bukan coretan yang nggak jelas. Orang-orang yang buang hajat di situ berkomunikasi lewat coretan di dinding toilet. Unik, kan?😂
Nah, ini khas Indonesia banget di mana dinding fasilitas umum dicorat-coret. Tapi coretan di toilet ini berbeda lho. Bukan coretan yang nggak jelas. Orang-orang yang buang hajat di situ berkomunikasi lewat coretan di dinding toilet. Unik, kan?😂
Coretan-coretan yang ada di toilet kebanyakan menyindir keadaan politik tahun 1999. Saat itu merupakan masa-masa awal reformasi kan ya. Zaman di mana Indonesia memulai kehidupan politik yang baru dari rezim sebelumnya yang sangat membelenggu.*halah bahasanya 😂
![]() |
from winnetnews |
Dua hari yang lalu saya baru aja selesai membaca novel Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas (SDRHDT). Saya pinjam sampai tiga kali supaya bisa tuntas bacanya. Hahaha, niat banget kan?
Maklum, waktu pinjam 3 hari di Ipusnas kadang membuat saya keteteran untuk merampungkan bacaan. Saya membaca saat anak udah tidur dan kerjaan rumah sudah beres jadi biar benar-benar terasa me time.
Maklum, waktu pinjam 3 hari di Ipusnas kadang membuat saya keteteran untuk merampungkan bacaan. Saya membaca saat anak udah tidur dan kerjaan rumah sudah beres jadi biar benar-benar terasa me time.
Waktu pertama kali baca novel ini, ya ampuuunnn saya kaget banget. Bahasanya vulgar bener. Belum satu halaman, pembaca udah dikasih bacaan yang bikin geleng-geleng, hahaha.
Karena itulah saya makin penasaran dengan akhir ceritanya seperti apa. Novel setebal sekitar 200-an halaman ini banyak banget bahasa yang saru. Haduuh, harus kuat iman buat baca novel ini karena imajinasinya terus berkeliaran. Selain banyak cerita yang saru, pembaca diajak untuk menyusun kisah yang diceritakan nggak berurutan.
Saya kasih tahu ya, novel barat yang romantis bahasanya kalah sama novel SDRHDT, hahaha.
Meskipun novel ini sangat vulgar namun ada banyak kisah yang menarik di dalamnya. Tentang kehidupan keras di jalanan, kehidupan seorang preman, dan kisah sopir truk. Bisa dibilang kalau novel ini saru tapi seru, hahaha.
Sayangnya, akhir ceritanya biasa aja. Namun isi ceritanya mengajarkan saya untuk lebih banyak bersabar karena semua ada waktunya. *Puk puk Ajo Kawir 😂
Eka Kurniawan memang novelis yang nggak biasa. Entah karena beliau lulusan filsafat jadi cerita-cerita yang dibikin agak eksentrik namun tetap seru untuk dibaca. Maka nggak heran kalau novelnya banyak yang dialihbahasakan ke bahasa Inggris.
Bahasa di novel-novelnya lugas, vulgar, dan ringan. Cerita-cerita di novelnya menarik karena mengisahkan kehidupan yang apa adanya di masyarakat.
Ada yang pernah membaca novelnya Eka Kurniawan juga? Gimana kesanmu sama novelnya Eka Kurniawan?
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteSaya belum pernah baca novel Eka Kurniawan mba, dan nggak ingat kapan terakhir kali baca buku novel huhu, sepertinya sudah beberapa tahun silam :"""D padahal belakangan ini lumayan banyak saya lihat review-review novel bagus di sosial media, tapi setiap kali mau beli takut nggak kebaca :)))
ReplyDeleteSeingat saya, novel terakhir yang saya baca itu Perahu Kertas yang venomenal :D
Maaf mba yang atas saya hapus, belum selesai tulis eh ke publish duluan :))
DeleteMba, bisa baca gratis via app Ipusnas. Lumayan banyak koleksinya, mba.
DeleteOia, saya juga pernah baca Perahu Kertas by Dee Lestari. Iya, udah lama banget novelnya. Dan sempat dibuat filmnya ya.
Aku tau eka kurniawan sejak baca dari blognya si yoga, yoga akbar solihin, dia sering banget nyebut eka kurniawan jadilah aku pnasaran mb pit hihi, memang banyak yg bilang bahasanya agak dewasa tp berbobot,
ReplyDeleteeh mb pit tau ga, eka kurniawan juga punya blog dong, e blog apa wordpress ya pokoknya aku juga sering liat beliau suka update di blognya tentang pemikiran2nya, dan mnurutku tulisan di blognya juga berbobot, klo di blog bliau juga suka ngereview tulisan2 terjemahan dan buku2 luar kalau ga salah
Ngomong2 aku masih numpuk stok buku, lg otewe mbaca hihi, ada beberapa yang novel bestseller, ada yang model satir, ada pula yg ringan
Klo yang satir selain eka kurniawan ada lagi puthut ea mb pit, bliau juga bagus
Iya, Eka Kurniawan punya blog terus aku gugling habis koneksi, hehe.
DeleteAku follower Puthut EA di twitter, hehe. Tulisan Puthut EA sering aku baca di Mojok. Banyak tulisan satir di Mojok. Eka Kurniawan juga beberapa kali nulis di sana. Dan, aku juga suka tulisan Agus Mulyadi. Bagiku, Mojok itu media yang enak buat rebahan karena isinya satir dan lucu, hehe.
Tapi kalau bukunya Puthut EA aku belum pernah beli, huehehe..
Sudah pernah baca meski tidak semua karya mas Eka.K Memang patut diacungkan jempol dalam kisah alur serta latar belakangnya, Meski banyak juga sebagian orang yang masih awam dengan karya beliau.😂😂
ReplyDeleteCara penulisanya pun mengalir sesuai dengan lingkugan sehari-hari dalam kehidupan.😊😊
Iya, kayaknya Eka Kurniawan masih awam ya dibanding novelis yang lain. Tapi tulisannya bagus sih dan lekat dengan kehidupan masyarakat.
DeleteSaya belum pernah baca karyanya Eka Kurniawan, Mba. Cuman saya pernah baca novel dari Andrea Hirata. Hehe, dulu jaman SMP dan SMA saya suka banget baca novel. Pas kuliah sampai sekarang malah hampir ngga pernah nyentuh novel. Padahal udah ikut komunitas literasi disini. :(
ReplyDeleteNggak papa, Mba Yani. Saya juga udah jarang baca tapi sekarang saya mulai lagi dikit2 karena buat refreshing di rumah, hehe.
DeleteDuh saya mampir kesini setelah melewati alur blog mba eno-mba nita-mba eno lagi-mba pipit gegara tulisan creameno itu lho 😆
ReplyDeleteTulisan mba pipit ini ringan dan tentunya asik dibaca, salam kenal ya mbak saya Reski dari Palembang *ehmaksa kenalan
Saya termasuk orang yang suka sama tulisannya Eka Kurniawan, hampir keseluruhan karyanya yang best seller sudah saya baca. Wah kalo cerita yang coret-coret di toilet udah saya baca berulang kali tuh, bagus ceritanya dekat dengan kehidupan sehari-hari. Terus saya juga suka baca yang Cantik Itu Luka, wah kalo itu bahasanya duh bikin gigit jari. Dibaca mbak yang itu wkwk
Halo Mba Kuskus, salam kenal dan terima kasih, ya, udah mampir di sini.
DeleteHahaha, alurnya panjang amat.
Asiiik, ada yang suka Eka Kurniawan juga. Iya, Corat-coret di Toilet menceritakan kehidupan sehari-hari. Kisah yang anak kecil dan suka mencuri bikin saya terharu banget. Saya juga suka cerita yang itu, Mba.
Oke, siap. Mau nyari Cantik itu Luka. Makasih, Mba, rekomennya.:))