Ibu..Ibu..Ibu

Siang itu saya menjemput si sulung pulang sekolah.

Setiap hari saya melewati rute yang sama. Salah satunya yaitu pertigaan yang menjadi titik kemacetan karena ada pasar, pom bensin, toko, dan ATM.

Namun ada pemandangan yang nggak biasa di dekat ATM. Tiba-tiba mata saya tertuju pada seorang ibu dan anaknya. Ibu tersebut berprofesi sebagai badut jalanan. Pekerjaan beliau menyusuri jalan bersama dengan 2 anaknya, cewek dan cowok. Anak yang cewek berusia sekitar 9 tahun sedangkan anak cowok sekitar 2 tahun.

Saat itu mereka sedang beristirahat di ATM. Mereka duduk lesehan di dekat pintu ATM sambil mengharap iba dari orang yang mengambil uang di sana.

Di kendaraan, saya melihat si ibu sedang bercanda dengan anaknya yang cowok. Beliau tersenyum lebar sambil mencium si anak. Mata si ibu penuh dengan kasih sayang. Mendapat curahan kasih sayang dari ibunya, si anak tertawa senang.

Ah, saya yang melihat itu jadi terharu dan hati saya menjadi hangat. Kasih sayang seorang ibu kepada anaknya memang tanpa syarat.

Kebahagiaan adalah hak semua orang tanpa memandang profesi dan status sosial. Seorang ibu yang sedang istirahat di emperan toko pun bisa bahagia bersama anak-anaknya. Tanpa baju mahal atau makanan mewah.

Hati saya masih berdesir ketika melanjutkan perjalanan ke sekolah. Siang yang panas menjadi hangat dengan momen singkat yang tertangkap oleh mata kamera saya.

Sesampainya di sekolah, si sulung minta bermain sebentar bersama teman-temannya. Setelah puas bermain, saya ajak si sulung pulang. Namun kami akan mampir di toko roti langganan. Biasalah, saya mau beli roti buat camilan dan snack sekolah esok hari.

Ketika sampai di toko roti, saya kaget bukan main. Ternyata di teras toko ada si ibu dan anaknya yang saya ceritakan tadi. Oh, si ibu sudah melanjutkan perjalanannya.

Tanpa pikir panjang, saya bergegas masuk ke toko dan membeli roti agak banyak. Lebihan roti yang sudah dibeli, saya berikan ke anaknya yang cewek.

Dia senang sekali mendapat roti seraya memberitahukan kepada ibunya. Si ibu tersenyum dan mengangguk ke arah saya, tanda mengucapkan terima kasih. Saya pun membalas senyuman tersebut.

Di kendaraan, saya melihat si anak cewek makan roti dengan lahap. Dia senang sekali setelah memilih roti kesukaannya. Sisanya dia berikan ke ibunya untuk disimpan dan dimakan adiknya.

Sedangkan si sulung agak bingung dengan pikiran bocahnya. Bolak-balik anak saya bertanya,

'Ibu kenal sama orang itu?'

'Kok ibu beliin roti buat mereka?'

'Kok mereka nggak beli roti sendiri?'

Nak, simpan dulu pertanyaanmu. Suatu saat nanti kamu pasti akan mengerti. Ibu hanya ingin berbagi kebahagiaan dengan mereka. Meski tak seberapa, namun ibu bahagia melihat senyum mereka.

Pikiran saya melayang di kendaraan. Panasnya siang dan kemacetan di jalan tidak membuat saya mengeluh. Hati saya full. Pikiran liar saya cuma sederhana aja. Dalam kondisi apa pun, sosok ibu sangat berarti bagi anak-anaknya. Ibu yang akan menuntun dan merawat anak-anaknya dengan penuh kasih sayang. Ibu yang tak henti berdoa untuk anak-anaknya.

Di luar sana ada banyak wanita yang ingin menjadi ibu tapi keadaan yang belum memungkinkan. Sedangkan wanita lain ada yang tidak ingin menjadi ibu dengan segala pertimbangannya. Tapi setelah kejadian yang saya alami tadi, saya yakin bahwa tiap wanita bisa menjadi ibu bagi anak-anak di sekitarnya.

Iya, nggak sih?

No comments