Demi Eksis di Media Sosial

Di sore yang panas, saya dan keluarga pergi ke Place Vendome Mall di daerah Lusail, Doha. Place Vendome termasuk mal baru yang beroperasi pada bulan April 2022. Bentuk mal ini kayak bangunan di Eropa.

Saya seneng banget di Place Vendome karena ada area outdoor. Di area ini pengunjung bisa melihat air mancur menari. Air mancur akan menari di jam-jam tertentu saat sore sampai malam. Air mancur menari diiringi musik Arab yang gembira bukan lagu barat kekinian. Di sekitar air mancur juga ada kanal buatan yang bisa dilewati perahu. Naik perahu ini bayar, ya. 


Place Vendome saat sore


Saya suka duduk bengong di area outdoor sambil melihat aktivitas orang-orang. Ada yang bersih-bersih, selfie, jalan, tertawa, ngobrol, ngafe, dan tentu saja ada yang bengong kayak saya, hahaha. Keasyikan bengong di sini tahu-tahu hari sudah malam.

Saya dan keluarga makan malam di food court. Food courtnya gedhe banget karena menyediakan makanan dari berbagai negara. Ada fast food Amerika, makanan Mexico, Jepang, Turki, Lebanon, Iran, Mongolia, dll.


Place Vendome saat malam

Tempat duduk di  food court ini ada yang di atas dan di bawah. Tempat duduk di atas jumlahnya lebih sedikit. Kami memesan makanan Mongolia dan memilih tempat duduk di bawah yang dekat dengan resto.

Saat sedang menunggu makanan, seperti biasa saya mengamati orang-orang di sekitar. Nah, ada pengunjung yang hendak duduk di depan saya. Mereka empat orang, semuanya wanita. Dari penampilannya, mereka berasal dari Asia Tenggara tapi bukan Indonesia.



Ada satu wanita yang sudah membawa makanan sedangkan tiga orang lainnya belum membawa makanan. Salah satu wanita berambut panjang memegang hape dan sibuk foto selfie bersama teman-temannya dengan berbagai gaya dan angle. Wanita yang sudah bersiap mau makan tampaknya harus sabar meladeni temannya yang minta foto berkali-kali. Mungkin wanita yang pegang hape juga sedang memvideokan kegiatan mereka. Videonya entah untuk disimpan, mau bikin Insta story atau malah reels.

Saya kira, si wanita ini akan berhenti memvideokan kegiatan mereka saat makan. Ternyata enggak. Alih-alih makan ketika makanan datang, si wanita ini malah sibuk mencari tempat untuk meletakkan hapenya. Dan dia memilih menyenderkan hapenya di tas yang diletakkan di tiang tempat duduk atas. 

Saya yang melihat ini takjub. Jadi kegiatan makan mereka benar-benar direkam pakai hape. Dengan niatnya dia bikin video saat makan di mal.

Setelah melihat tingkah laku mereka dari awal saya yakin wanita ini pengen eksis di media sosial. Wiw, segitunya usaha wanita tadi buat konten di media sosial.

Saat saya mau selesai makan ternyata hape wanita tersebut jatuh. Mungkin kena senggol orang yang makan di atas. Saya dan pak suami memberi kode ke rombongan tersebut kalau hapenya jatuh. Untungnya si pemilik langsung paham.


Hape yang digunakan untuk merekam

Kita hidup di zaman ketika media sosial menjajah kehidupan. Tiap orang merasa butuh ruang untuk pamer. Ketika kita tidak punya sesuatu yang dipamerkan, di situlah muncul masalah baru. Orang-orang ingin tampak kaya dan berpenampilan mewah karena berpikir dunia menuntut mereka seperti itu. Padahal mereka sendiri yang menuntut seperti itu.

Akibat pengaruh media sosial yang kuat, orang-orang banyak yang menilai orang lain berdasarkan penampilan. Banyak orang yang memuji penampilan seseorang yang terlihat kaya padahal bisa jadi mereka tidak punya atau sok kaya. Begitu pula sebaliknya. Orang bisa diremehkan atau dihina karena penampilannya yang tampak sederhana padahal bisa jadi dia kaya raya.

Yah, dunia ini memang absurd. Demi eksis dan pamer di media sosial, seseorang rela melakukan apa pun yang di mata orang lain mungkin aneh atau agak berlebihan.

Kalau bermain media sosial sewajarnya ajalah. Nggak usah berlebihan cerita kepada semua orang di media sosial. Menikmati waktu dan momen bersama orang-orang terdekat tanpa gangguan gadget rasanya seru. Kita bisa fokus makan, ngobrol, dan melihat ekspresi lawan bicara kita.

Toh, zaman dulu kita baik-baik saja tanpa media sosial. Tapi sekarang media sosial mengubahnya.

2 comments

  1. Padahal yang beneran kaya ga pernah terlihat kalau dia orang kaya. Pemilik djarum aja masih sering makan di sebuah warung sederhana, masih ikut sea games yang kalau juara dapat bonus yang jumlahnya ga seberapa dibandingkan kekayaan yang dimiliki...hiikss

    Setuju kalau media sosial sudah banyak mengubah perilaku manusia. Tidak semuanya buruk, hal-hal baik juga sudah terlihat di masyarakat. Semangat mengabadikan momen memang bagus, tapi kalau berlebihan juga ga bagus. Malah terkadang orang-orang di sekitarnya juga bakal merasa risih. Bersosial media yang wajar-wajar aja. Ga usah berlebihan.

    Mbak pipit, aku mau berbagi pengalaman di tulisan tetangga. Tapi kolom komentar ditutup..hiiks
    Sebagai orang yang tumbuh dan besar dalam area perkampungan aku setuju dengan yang diceritakan mbak pipit. Mungkin termasuk kadang ada yang ngomongin tetangga lainnya..wkwkwk

    Sekarang lagi bulan agustus, aku dapat tugas dari rt untuk ngurusi lomba anak-anak. Ini aku jadikan momen buat anak-anak saling berinteraksi dan bermain bareng. Lombanya aku bikin lomba kelompok yang memungkinkan mereka untuk saling kerja sama. Hal ini jga jadi caraku untuk menghafal nama-nama bocil yang ada di lingkungan rumahku. Ternyata ada beberapa nama yang susah untuk diingat...hahaha

    ReplyDelete
    Replies
    1. Media sosial sudah mengubah kehidupan sosial kita. Memang tidak semua buruk tapi banyak yang menjadikan medsos sebagai acuan baik buruknya penampilan seseorang.

      Banyak orang kaya yang tetap hidup sederhana dan tidak mau tampil di medsos. Mungkin biar privasinya tetap terjaga dan mereka bisa hidup seperti masyarakat pada umumnya.

      Oia, saya jadi inget. Saya pernah ketemu turis di salah satu mal di sini. Ada 2 pasang orang berusia paruh baya. Saat ngobrol, mereka ngetrip keliling jazirah Arab nggak pakai agen travel. Mereka ramah dan penampilannya sederhana banget. Beneran humble banget. Pas say good bye beliau kasih kartu nama. Ternyata beliau CEO RS Primaya. Saya dan paksu kaget.

      Ya, kita harus bijak menggunakan media sosial. Jangan terlalu show off karena efeknya nggak baik juga utk kita sendiri.

      Hahaha, maaf ya kolom komentar Tetangga saya tutup soalnya itu full curhat pas listrik down. Saya gabut.

      Hidup bertetangga atau di manapun gitu ya Mas. Ada yang suka ngomongin sesama. Bahkan yg menyakitkan kalau kita diomongin di belakang. Duh. Tapi kalau ansos banget kita bakal dikucilkan. Jadiiii tetep bertetangga seperlunya. Menjauhkan diri dari gosip2. Apalagi saya ibu rumah tangga pasti tahu banget dengan karakter tetangga.

      Ah, iya. Di tempat tinggal saya juga lagi rame bahas 17an. Kayaknya bakal seru karena ada pentas antar blok juga. Tahun2 sebelumnya nggak ada. Aduh jadi kangen 17an dan acara di rumah. Btw semangat Mas Rivai ngurus acara 17an. Pengalaman masa muda dulu ikut Karang Taruna, seru banget. Konsep lombanya juga bagus utk kerja sama. Kalau di rumah saya di Depok, taglinenya 'Saatnya Keluar Rumah'. Hahaha, biar orangnya saling kenal antartetangga.

      Delete