Tentang Grand Depok City

Lagi pengen ngomongin kota Depok, nih.

Saya nulis postingan tentang Grand Depok City (GDC) karena beberapa waktu lalu ada temen yang pasang foto Solaria GDC di status WhatsApp. Karena sekarang nggak tinggal di Depok, saya jadi kaget. Ternyata di GDC sudah ada Solaria. Ya ampun Solaria ada di mana-mana, ya. Di mal ada, di bandara ada, di rest area ada, dan sekarang Solaria ada di GDC. Hahaha, norak.

Dulu waktu awal-awal saya nyari rumah di Depok, salah satu syaratnya adalah nggak boleh lebih dari gerbang Grand Depok City (GDC). Kalau lebih jauh dari GDC, saya nggak sanggup karena jalannya semakin menyempit dan macetnya nggak nguatin.

Padahal setelah dapat rumah yang masuk gerbang GDC tetep aja kena macet berjam-jam. Hahaha.

Saat ini masih banyak orang yang menyebut Grand Depok City dengan Kota Kembang. Memang, GDC dan Kota Kembang adalah proyek yang sama. Yang membedakan yaitu pengembang atau developernya. Dulu kawasan ini dijadikan proyek perumahan besar, lengkap dengan berbagai fasilitas bernama Kota Kembang. Namun proyeknya gagal. Banyak fasilitas dan rumah yang tidak dipenuhi janji-janjinya. Akhirnya proyek ini sempat ganti developer beberapa kali hingga developer yang sekarang mengganti nama dengan Grand Depok City.

Waktu pertama kali ke Depok sekitar tahun 2010 di GDC banyak sekali bangunan yang mangkrak atau tidak diurus. Ada beberapa rumah yang dibiarkan usang. Yang lebih banyak yaitu bangunan ruko nggak terawat hingga merusak pemandangan atau malah mengurangi nilai GDC itu sendiri.

Saya sempat membayangkan seandainya ruko-ruko tersebut dirawat dan banyak yang buka pasti daerah GDC rame dan hidup.


Gerbang GDC

Kawasan GDC sempat beberapa kali ganti pengembang tapi tidak banyak memberikan dampak yang signifikan untuk lingkungan. Setidaknya bisa menghidupkan GDC biar nggak sepi-sepi amat. Apalagi kalau malam GDC agak gelap.

Sebenarnya GDC memiliki prospek yang bagus untuk bisnis. Selain ada banyak cluster perumahan, GDC dijadikan pusat pemerintahan kota Depok. Hampir semua kantor pelayanan milik pemerintah Depok ada di sini. Tiap malam minggu banyak orang jajan di sekitar gerbang GDC. Anak muda juga banyak yang nongkrong di sini. Tiap minggu pagi kawasan ini dijadikan sebagai area car free day (CFD). Saat CFD, kawasan GDC dijadikan sebagai sarana olahraga dan banyak orang jualan.

Area GDC juga dekat dengan tol Jagorawi karena dihubungkan dengan jalan ke arah Cibinong dan ke jalan raya Bogor. Jadi jika melihat berbagai sarana serta akses yang ada sebenarnya investasi di daerah ini sangat menguntungkan.

Sayangnya perubahan GDC agak lambat. Entah karena pengembang yang bergonta-ganti atau karena hal lain.

Setelah sepuluh tahun lebih lewat daerah ini, akhirnya GDC mulai berkembang sedikit demi sedikit. Ruko yang dulu banyak ditinggalkan sekarang berubah lebih cantik. Banyak ruko yang disulap jadi kafe. Malah bisa dikatakan kalau perkembangan GDC cukup pesat.

Saat ini hampir semua yang dibutuhkan masyarakat tersedia di GDC. Ada kafe, minimarket, gym, resto, dealer motor dan mobil, bengkel, car wash, salon, klinik, sekolah. Bahkan gor dan alun-alun kota Depok ada di sini.

Oia, untuk alun-alun sepertinya agak kontroversi. Mengingat letak alun-alun milik pemerintah lokasinya di dalam komplek GDC sehingga orang mengira alun-alun seperti fasilitas dari developer bukan milik pemerintah. Masyarakat banyak yang menyayangkan lokasi alun-alun yang dianggap kurang pas.

Terlepas soal kontroversi tersebut, sekarang di Grand Depok City ada banyak brand ternama seperti Solaria, KFC, toko daging Nusantara, aneka kafe kekinian, gerai kopi ternama, Super Indo, Hokben, Boba, Chatime, Mixue, ACE Express, Kumon, Toyota, Kawasaki, dan masih banyak lagi. Bahkan sekolah elit yang terkenal mahal juga ada di sini. Sebut saja Al Azhar, Al Haraki, dan yang terbaru ada Pribadi Bilingual School. Kalau mau belok dikit ada Pratiwi School dan Global Lab School Depok.

Mau apa aja semua ada di GDC. Tapi sayangnya Aladin water park sudah dibongkar dan diganti bengkel besar. Sekarang nggak ada lagi kolam renang di GDC.

Melihat perkembangan GDC yang pesat, jujur saya seneng. Akhirnya GDC bisa hidup, nggak kayak dulu lagi. Seandainya ada mal lebih enak lagi nih karena nggak perlu macet-macetan ngemal ke Margonda atau ke Cibinong, hahahaha.

Dengan tambah ramenya GDC semoga aja kemacetan di Margonda bisa berkurang. Orang-orang mau cari fun nggak harus ke Margonda mulu. Menurut saya Margonda sudah kepenuhan dan macetnya nggilani karena nggak kenal waktu.

Segini dulu cerita saya tentang Grand Depok City. Dengan perkembangan GDC seperti sekarang semoga bikin Depok lebih hidup.*halah lebay😂

6 comments

  1. Halo mba pipitwidya, salam kenal. Saya kebetulan tinggal di belakang toko daging nusantara. Yang hampir tiap hari denger suara bisingnya exhaust blower. Haha. Bener banget, sekarang GDC amat pesat pertumbuhannya. Menjadi pelajaran juga bagi saya, mungkin siapa ownernya pengembang, sangat berpengaruh besar thd perubahan. Denger2 kyaknya sih bakal ada mall juga disini, dan apartemen isunya. Tapi masih sekedar kabar angin. Hehe. :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo, Mas Lukman salam kenal.

      Wah, enak ya tinggal dekat toko Nusantara. Daerah situ sekarang rame ya. GDC memang pesat banget perkembangannya, sekarang apa aja ada. Kayaknya setelah covid pembangunan di GDC mulai dikebut.

      Wih, semoga saja di daerah GDC dibangun mal supaya pusat keramaian Depok nggak hanya di Margonda. Semoga pemerintah juga memikirkan kondisi jalan biar nggak macet ya di GDC, hehehe. Kalau rush hour dan weekend deket gerbang macetnya ampun-ampunan.

      Terima kasih Mas Lukman sudah mampir di sini.

      Delete
  2. sama2 mba.. makasih juga postingan2nya sangat bemanfaat.. Iya betul, kalo jam 7-8 an pagi di pertigaan kartini & gerbang GDC gak bisa gerak. Ditambah medan jalan menanjak, pernah ada mobil yang mogok keluar asap. Ampun sampai sekarang masih padet banget. Sepertinya harus dipikirkan pengaturan arus lagi, mana yang ditutup, dan mana yang harus dibelokkan. Hehe. Dulu saya pernah baca loh, postingan mba pipit ttg rumah yg jakrta coret gt deh. Btw, apa sekarang masih jadi warga depok atau sudah pindah ya mba.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah, terima kasih banyak apresiasinya. Postingan saya biasa aja dan bukan bloger populer juga. Saya cuma sharing pengalaman aja sih, Mas.

      Hahaha, saya malah lupa postingan yang Jakarta coret. Tentang komplek kali ya. Kayaknya udah lama banget postingannya.

      Nah, betul. Harus dipikirkan lagi pengaturan arusnya. Btw sekarang kalau nggak salah ada under pass Dewi Sartika. Ngefek nggak ya utk mengurangi kemacetan terutama di Kartini? Hhmmm, sepertinya Depok butuh jalan layang ya. Tapi semoga aja nggak hanya memindahkan titik kemacetan. Hihihi.

      Btw KTP saya masih Depok dan rumah di Depok juga masih kok. Cuma saat ini saya lagi ikut pak suami nguli, Mas. Hehehe.

      Delete
  3. Setelah aku cari di maps, aku baru tahu lokasinya. Yaa mau gimana lagi, dulu sering ke depok, tapi sekitaran kelapa dua, cmui, margonda, dan stasiun pondok cina. Belum masuk lebih jauh lagi. Depok ga cuma margonda sih..hahahaha

    Sudah lama ga denger kata nggilani..wkwkk :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ternyata Mas Rivai dulu sering ke Depok. Bener Mas, Depok nggak cuma Margonda, hehehehe.

      Delete