Cerita Umrah: Makkah

Oke, memenuhi janji saya sebelumnya, cerita umrah dari Qatar dimulai. Seperti biasa ceritanya agak panjang, nih.😁

Berhubung Qatar nggak terlalu jauh dari Arab maka umrah dari Qatar bisa dilakukan beberapa cara. Ada yang bawa mobil sendiri, ada yang pakai mobil dilanjut pesawat, ada yang suka naik bus, dan ada juga yang pilih naik pesawat. Dua yang saya sebutkan terakhir ini menggunakan agen umrah dari Qatar.

Saya umrah naik pesawat dari Qatar. Jamaah Indonesia diurus oleh ustad Indonesia yang tinggal di Qatar. Jadi umrah yang pakai agen ini ada dua rombongan yakni rombongan bus dan pesawat.

Jumlah busnya antara 3 atau 4 bus, saya lupa. Semua rombongan bus adalah orang Indonesia. Bahkan ada satu bus yang isinya satu keluarga. Keluarganya datang dari Indonesia tapi berangkat umrah dari Qatar. Wiw.

Sedangkan rombongan pesawat jumlahnya lebih sedikit; cuma 4 keluarga Indonesia dan 2 keluarga warga negara asing (WNA) yang tinggal di Qatar.

Rombongan bus berangkat lebih dulu pada Jumat malam. Sedangkan yang pakai pesawat berangkat Sabtu malam. Pak ustad berangkat ikut rombongan bus.

Sebelum umrah ada grup WhatsApp per rombongan (grup WA bus dan pesawat terpisah). Semua info terkait umrah baik sebelum berangkat atau setelah selesai akan dishare di grup WA. Semua peserta boleh bertanya apa pun terkait umrah.

Oia, grup WhatsApp saya isinya cuma orang Indonesia. Meskipun rombongan pesawat ada yang WNA tapi grup WA nggak ada warga asing.

Kami juga melakukan manasik tapi via online. Jadi benar-benar berbeda dengan manasik umrah dari Indonesia. Di manasik online, pak ustad memberikan poin-poin pentingnya aja. 

Intinya, kita sebagai peserta harus aktif bertanya jika tidak tahu. Jangan lupa memperbanyak info umrah atau tata cara umrah via YouTube supaya kita punya gambaran seperti apa nanti di tanah suci. Jadi nggak cuma teori yang diberikan secara online.


Clock Tower


Miqatnya di mana?

Di penerbangan dari Doha menuju Jeddah pasti ada pemberitahuan dari kapten 15 menit sebelum miqat. Nah, saat pemberitahuan ini ada orang yang memakai ihram di toilet pesawat. Namun ada juga yang pakai ihram sebelum naik pesawat. Ini adalah hal yang wajar dan bukan sesuatu yang aneh di bandara Qatar.

Saat manasik, pak ustad menyarankan pakai ihram sebelum boarding karena kalau ganti di toilet pesawat sempit dan kurang nyaman.

Setelah miqat dan niat umrah, jamaah harus menjaga diri dari segala hal yang dilarang dalam umrah.

Kami berangkat dari Doha hari Sabtu sekitar jam 7 malam sampai Jeddah sekitar jam 10 malam.

Di Jeddah ada petugas Arab yang menjemput kami. Lalu kami diarahkan ke bus menuju hotel. Kami menginap di salah satu hotel yang ada di Clock Tower, Makkah.

Fyi, rombongan Indonesia satu bus dengan warga asing hanya untuk perjalanan dari bandara ke hotel dan sebaliknya. Saat umrah dan city tour, warga asing tidak ikut. Jadi jamaah Indonesia benar-benar hanya segrup dengan orang Indonesia.

Perjalanan dari Bandara King Abdul Aziz ke hotel sekitar 1,5 jam. Abis itu kami istirahat sebentar buat naruh koper dan persiapan umrah. Yak, kami langsung umrah saat itu juga. Jadi kami tawaf dan sai di Minggu dini hari.

Jangan ditanya capeknya kayak apa. Mana saya gendong si bungsu juga, kan. Untungnya si sulung kuat tawaf dan sai. Dia nggak sabar pengen lihat ka'bah, hahaha.

Jamaah Indonesia melakukan tawaf dan sai didampingi mutawif Indonesia. Mutawifnya masih mahasiswa semester 5 di Mesir. Mutawif ini yang membimbing kami dari keluar hotel sampai kembali ke hotel.

Saya kira melakukan ibadah umrah dini hari suasananya bakal sepi. Ternyata saya salah. Gile, yang tawaf dan sai ramai banget. Waktu sai saya takjub melihat begitu banyak orang berjalan dan berlari kecil seperti kami.

Saat dari Marwa ke Safa saya melihat orang-orang bergerak ke arah yang sama. Dari jauh mereka kelihatan kecil seperti semut yang berjalan beriringan. Banyak sekali.

Seketika itu, saya jadi melo. Menyadari diri yang banyak salah dan kurangnya. Benar-benar hamba bukan siapa-siapa di antara jutaan manusia yang juga melakukan umrah.

Apalah arti diri ini, bagai butiran debu di udara yang nggak ada artinya.


Suasana tawaf dan minum zam-zam sebelum sai

Berhubung kami tawaf dan sai dini hari, jadi agak terburu-buru karena ngejar salat subuh. Jadi si mutawif udah bikin rencana, sebelum salat subuh kegiatan utama umrah harus selesai. Alhamdulillah, ini bisa terlaksana. Dan saya bisa salat subuh di Masjidil Haram meski nggak bisa di depan ka'bah, cukup di pelatarannya aja. Itu aja udah ruameee banget. Banyak jamaah dari berbagai negara yang sudah siap sebelum azan. Wow.

Setelah salat subuh, jamaah kembali ke hotel dilanjut acara bebas.

Berhubung capek banget, saya sempat keluar darah kotor. Hhhmm, saya emang gini. Kalau lagi kecapekan pasti keluar darah kotor menyerupai darah terakhir mens.

Waduh, saya dagdigdug nggak karuan. Saya takut bakal keluar banyak darah dan nggak bisa salat di Makkah dan Madinah. Kan sayang ya udah bayar umrah tapi nggak bisa salat di situ. Akhirnya dengan keyakinan yang mantap bahwa Tuhan Maha Besar dan mengabulkan permintaan hamba-Nya, apalagi di tanah suci. Saya berdoa dalam hati supaya cepat bersih sehingga bisa salat di Makkah dan Madinah. Tuhan maha baik, doa saya dikabulkan.

Selama di Makkah, selain umrah rombongan juga melakukan city tour. City tournya dipandu oleh pak ustad. Akhirnya bisa ketemu pak ustad langsung karena selama ini komunikasi hanya via online.


Beli zam-zam

Kami melakukan city tour bersama dengan rombongan bus. Tapi busnya sendiri-sendiri. Berhubung rombongan pesawat cuma 4 keluarga jadi busnya kosong. Kami berasa private tour, hehehe. City tournya cuma lewat Jabal Nur, beli air di pabrik pengolahan air zam-zam, dan ke Museum Wahyu.

Kami kira, city tour di pabrik zam-zam kami diajak melihat proses pengolahan air zam-zam. Ternyata enggak. Kami cuma di parkiran dan pesen air zam-zam. Gitu doang. Nyesek nggak sih, hahaha.

Air zam-zam milik rombongan pesawat dititipkan di bus. Jadi nggak dibawa ke pesawat. Satu keluarga dapat jatah maksimal 5 galon atau 25 liter. Yah, lumayan enak lah air zam-zam diurus agen.

Setelah itu kami ke Museum Wahyu. Menurut saya museumnya biasa aja. Saat di Museum Wahyu hampir semua rombongan kelaparan karena waktunya kesiangan. Keluar museum, rombongan pada jajan Indomie cup yang dijual di pertokoan museum. Saking laparnya, si sulung sampai habis 1,5 cup. Hahaha.

Setelah dari museum, rombongan menuju hotel dan acara bebas.

Di acara bebas ini, sehabis isya saya dan keluarga lanjut umrah lagi. Cuma kami berempat. Rombongan lain nggak ada yang umrah lagi. Kami umrah dari jam 9 sampai jam 12. Makin malam, yang melakukan tawaf dan sai makin banyak.

Habis itu, saya tepar. Bener-bener tepar. Pundak dan leher rasanya kaku banget karena gendong si bungsu yang tidur nyenyak. Tapi saya seneng karena bisa melakukan ibadah umrah dengan lancar.

Bagian pertama sampai di sini dulu, ya. Udah panjang banget nih dan capek euy ngetiknya. Ceritanya nanti lanjut ke bagian Tan'im atau miqat di Makkah. See you.😀

6 comments

  1. Mbaaaa mutawif nya siapa? Jangan2 anak asuhku 😂. Dia lagi kuliah di Mesir, tapi lagi dikirim Ama gurunya utk jadi mutawif Bbrp bulan di Arab Saudi. Namanya heri, tapi panggilannya Zahid 😄.

    Enak juga kali yaaa kalo Deket Ama arab Saudi, mau umroh bisa seriing 😄😄. Aku pengen lagi, tapi belum Nemu travel yg pas, termasuk waktu juga. Cuma aku agak trauma umroh kalo deketan Ama pemilu Mbaa 🤣.

    Waktu umroh dulu, itu juga deketan Ama pemilu, dan ustadnya malah kampanye di sepanjang hari utk ikutan coblos nomor tertentu, dan semangat banget jelek2in calon yg lain 😂😂. Masalahnya cuma aku dan suami yg milih si calon yg dia jelek2in. Gimana kami ga kesel coba.

    Sumpah sih, umroh trakhir aku dilatih sabar bangettttt, tiap dengerin kampanye hitam si ustad. Makanya pengen ngulang, tapi serius ga mau Deket pemilu. Dan ga mau pake travel yg punya agenda terselubung 🤣🤣

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bukan, Mba Fanny. Mutawifnya orang Medan. Saya lupa namanya.

      Iya, Mba. Orang Indo di sini sering umrah. Kalau orang Indo di Qatar bingung mau ngabisin liburan biasanya mereka umrah. Kalau udah pernah umrah, mereka biasanya umrah sendiri tanpa ikut agen.

      Waduh, pengalaman umrahnya Mba Fanny bisa dijadikan pelajaran nih. Semoga ke depannya bisa dapat agen umrah yang tidak ada agenda terselubung ya, Mba.

      Delete
  2. Sering dengar cerita temanku yang umroh melalui negara-negara arab lainnya yang lebih murah dan cepat dibandingkan dari indonesia. Jadi bisa lebih sering umroh. Yaa secara jarak emang lebih dekat sih.

    Banyak jamaah yang memilih dini hari agar terhindar dari panas di siang hari. Kayaknya sekalian lanjut beribadah malam dan salat subuh di masjidil haram. Bisa salat subuh berjamaah di sana akan jadi pengalaman spiritual tersendiri :')

    Aku sring dengar cerita kalau jamaah akan semakin semangat beribadah ketika umrah atau berada di mekkah dan madinah.

    Ditunggu kelanjutannya mbak pipit :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul, Mas. Jarak yang dekat membuat orang lebih sering umrah. Musim liburan di sini biasanya orang2 pada umrah.

      Nah, itu dia yang nggak kepikiran sama saya. Dini hari waktunya tahajud sekaligus nunggu subuh. Jadi ramenya luar biasa. Maklum, itu pengalaman pertama dan kami semua nurut sama mutawifnya.

      Lanjutan ceritanya nunggu kalau saya nggak males ya. Hihihi.

      Delete
  3. Mbak Pipit lagi di Qatar ya. Cukup dekat ke Arab Saudi jadinya bisa umrah ya.

    Ternyata dini hari Masjidil Haram udah ramai banget ya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, Mas, saya di Qatar. Dini hari di Masjidil Haram rame krn orang mau tahajud sekalian salat subuh. Ditambah ada yg melakukan ibadah umrah.

      Delete