Mudik Nostalgia

Sepertinya halnya di Indonesia, lebaran adalah momen yang dinanti oleh diaspora di Qatar. Tiap lebaran banyak juga orang yang mudik ke Indonesia. Tujuannya sama untuk silaturahmi dan kumpul keluarga merayakan lebaran di kampung halaman. Kalau nggak mudik biasanya mereka umrah.

Tapi saya memilih mudik nostalgia, sesuatu yang agak beda dari mereka.

Nah, mudik nostalgia itu apa?

Bukannya mudik juga berarti kita bernostalgia di kampung halaman?

Hhmmm, saya dan keluarga memilih mudik nostalgia ke Jepang. Menghabiskan libur lebaran di Jepang sebenernya ide sejak tahun lalu ketika saya tahu jadwal libur bertepatan dengan sakura di Jepang. Jadi saya minta ke pak suami untuk merealisasikan ini. 

Maaf pak suami, tahun ini keputusan ibu negara tidak bisa diganggu gugat.😆 Kapan lagi liburan bisa barengan sama sakura. Iya, kan? Niatnya saya juga pengen ngenalin anak-anak sama sakura dan kehidupan di Jepang.



Mudik nostalgia sebenernya kata-kata dari teman saya. Berhubung dulu saya pernah tinggal di Jepang jadi liburan ke Jepang berasa mudik karena dilakukan pas libur lebaran.😂

Tapi emang bener si kata temen. Selama liburan kemarin kami memang nostalgia di Jepang. Liburan santai banget, itinerary lihat kondisi anak dan hampir semua tempat yang dituju juga udah pernah dikunjungi.

Pergi ke Jepang kali ini agak ribet waktu ngurus visa. Maklumlah kami pakai paspor biasa bukan e-paspor. Ribetnya karena kami harus mempersiapkan berkas-berkas pengajuan visa yang jumlahnya banyak banget.

Dulu waktu ke Jepang semua berkas diurus kantor pak suami jadi kami nggak ngerasain hal-hal kayak gini. Baru berasa kemarin pas urus sendiri. Mana masuk kedutaan Jepang di Qatar ternyata super ketat syekaliii. Saya aja deg-degan masuk ke kantornya karena selain ketat, kantornya sepi kayak nggak ada staf sama sekali. Untung pak suami udah kasih tahu duluan jadi saya nggak terlalu kaget meski kenyataannya pas di kedutaan kikuk banget, hahaha.

Kantor kedutaan di Qatar ada di satu wilayah. Semua kedutaan ada di situ. Tapi kantor kedutaan Jepang berada di area khusus dengan beberapa kedutaan diantaranya Korea, Pakistan, dan negara lain yang nggak saya ingat. Nah, buat masuk ke komplek ini kita harus melewati petugas untuk periksa tas, nunjukin QID dan lewat detector logam. Lalu kita naik bus khusus area tersebut. Busnya akan keliling dan berhenti per kantor kedutaan.

Sesampainya di kedutaan Jepang, handphone dan QID ditinggal di security. Di pintu depan aja kita nggak bisa lihat staf yang ngomong sama kita karena tertutup kaca. Tapi mereka bisa melihat kita dan stafnya tu ngomongnya pakai mikrofon. Sedangkan di dalam kantornya sendiri juga sama. Suasananya sepi banget dan lagi-lagi kita nggak bisa lihat staf yang ngomong. Dan semua transaksi untuk bayar visa pakai uang cash dan harus uang pas, nggak boleh ada kembalian. 

Setelah visa jadi, rasanya plooong banget. Saya kayak berasa keluar dari penjara saking ketatnya di dalam. Saya langsung telepon pak suami begini begitu dan cerita kalau visa udah beres. Dia pun lega dengan visa udah di tangan. Saya tinggal nunggu bus balik. Setelah keluar kedutaan, di dalam bus saya senyum-senyum sambil bersorak dalam hati,

'Hai, Japan. We will meet again.'

Kami liburan di Jepang selama dua minggu. Kota yang kami kunjungi cuma Tokyo, Yokohama (pastinya), dan Osaka. Nggak semua tempat terutama di Tokyo dan Osaka kami datangi. Kami memilih tempat yang ramah anak mengingat anak-anak masih unpredictable dan mereka gampang capek kalau diajak jalan mulu.😂

Selama di Tokyo saya nggak mau ke area yang ramai turis. Jadi skip Shinjuku, Ginza, Harajuku, Akihabara. Lagian kalau ke sana juga bingung karena ada anak-anak. Yang penting anak-anak hepi meski tiap hari makannya egg salad bread sama onigiri tuna mayo dan salmon. Hahahaha.

Jadi kami di Tokyo cuma keliling di Ikebukuro, Asakusa, naik kapal dari Sumida river sampai Odaiba, keliling Ueno sebentar lihat sakura yang belum fully bloomed, lihat sakura malam di Chidorigafuchi, nyenengin anak di Legoland Odaiba dan Sanrio Puroland.

Pastinya saya ketemu teman blogger yang tinggal di Tokyo. Terakhir ketemu sama dia tu sekitar 5 tahun lalu di Kyoto, itu pun cuma cipika cipiki sebentar di stasiun Kyoto karena dia barusan selesai kerja.

Nah, pas ketemuan kemarin dia nemenin belanja sebentar lalu makan sambil update kehidupan di resto Green Asia, Odaiba. Kami pilih resto yang aman dan kebetulan ada masakan Indonesia. Pelayannya pun ada yang orang Indonesia. Jadi saya sekeluarga hepi karena bisa makan masakan Indonesia. Akhirnya.🤩

Berhubung di AirBnB saya nggak pernah masak ayam dan daging, jadi tiap ke resto anak-anak pesennya nasi dan ayam goreng. Bahkan saat di ramen halal pun mereka pilih nasi dan ayam goreng.😂

Selama di Tokyo, kalau nunggu cuaca cerah nggak mungkin dan bakalan bosen di penginapan mulu. Masak iya, nggak ke mana-mana. Tiap hari saya dan pak suami mantengin Accu Weather buat cek cuaca. Untungnya pas kami ke Gala Yuzawa cuaca lagi cerah. Jadi anak-anak puas main salju di sana.

Akhirnya bisa main salju ya, Nak! 😁


Gala Yuzawa


Selama di Tokyo, saya dan keluarga menginap di AirBnB di daerah Shiinamachi, satu stasiun dari Ikebukuro. Penginapan ini lokasinya sangat strategis karena dekat banget sama stasiun. Keluar gang ada Matsumoto Kiyoshi, Daiso, Seven Eleven, dan super market. Jadi ke mana-mana nggak capek.


Saya masih inget banget. Waktu itu Sabtu pagi, hari pertama kami di Tokyo hujan mulu. Hujannya gerimis tapi awetnya minta ampun. Gara-gara hujannya awet dan anak-anak juga masih capek, ini kami jadi alasan buat ninggalin mereka di penginapan. Kami mau pacaran berdua, hahaha.

Sejak keluar penginapan sama pak suami, kami jalan di tengah gerimis karena kami belum punya payung. Hihihi, jalan berdua di pagi hari saat gerimis rasanya syahdu banget. Saya mulai meromantisasi keadaan, hahaha. Saya gandeng tangan pak suami dan cerita masa lalu waktu awal-awal di Jepang.

Kami cuma belanja di Daiso dan super market. Saya lihat semua barang-barang di Daiso yang lucu-lucu. Kami beli payung, jas hujan buat anak-anak dan sekiranya ada barang yang nggak ada di Qatar dan saya butuh, tinggal ambil aja.

Tapi waktu di kasir kami agak kaget karena sekarang di Daiso  Jepang semua self service mulai dari scan barang sampai memasukkan uang semua dilakukan sendiri. Dulu kalau belanja di Daiso kayaknya tinggal bayar doang lagian kalau di Qatar kami dilayani, nggak ada self service. Untung stafnya gercep dan siap sedia. Dia tahu kalau kami turis jadi agak kagok.🤭


Seneng banget belanja tahu
dan natto di Jepang

Lalu lanjut belanja di super market yang ada di bawah Daiso. Kami beli beras, sayur, dan buah. Aaaaakkk, keinget semua memori waktu tinggal di Jepang dulu. Saya bener-bener menikmati banget momen itu tanpa gangguan anak-anak. Belanja gini aja udah bikin saya hepi banget.😆

Selama liburan kemarin anak-anak hepi banget di Jepang karena ada anime favoritnya. Kayaknya mereka shock sama toilet Jepang yang bagus karena ada suaranya dan banyak tombolnya. Tiap ke toilet pasti anak-anak rebutan pencet tombol buat cebok dan flush.😆

Saya juga kasih tahu kalau di Jepang, tisu toilet bisa dibuang ke dalam toilet. Sedangkan di Qatar dan Indonesia nggak boleh. Jadi selama liburan kemarin saya sambil sesekali kasih tahu mereka perbedaan yang dihadapi. Bahwa di mana pun tempatnya pasti ada yang berbeda, tidak selalu sama dengan apa yang kita lakukan sehari-hari.

Ini yang saya harapkan dari mereka supaya mereka ngerti dan bisa melihat dunia yang berwarna. Belum lagi kalau mereka ambil makanan setelah kami scan pakai app ternyata nggak muslim friendly. Untuk ini saya harus menjelaskan ke si sulung berkali-kali. Capek sih tapi untungnya dia nurut meski mungkin ada banyak tanya di kepalanya.🙈

Anak-anak banyak mengalami culture shock. Dari makanan yang nggak bisa dibeli semua dan capeknya di Jepang karena mereka harus jalan kaki. Maklum, di Qatar kita tutup mata aja semua makanan halal. Pork nggak dijual di tempat umum, hanya di tempat khusus. Lagian mana pernah mereka di Qatar bisa jalan kaki sejauh di Jepang. Sampai mereka protes kenapa di Jepang kok nggak naik mobil seperti di Qatar.😂

Hhhhmmm...

***

Segitu dulu cerita preambule ke Jepang. Kalau nggak males, kapan-kapan lanjut nostalgia ke Yokohama, ya. 

Jepang memang selalu ngangenin. Semoga kami bisa liburan ke Jepang lagi di musim dan tempat yang berbeda. AAMIIN yang kenceng.😂


Yokohama

No comments