Malam Mingguan di Tokyo Tower

Setelah melihat Sanja Festival, saya dan suami jalan-jalan ke Tokyo Tower.

Kami sengaja memilih waktu agak sore karena niat banget melihat sunset dan night view dari Tokyo Tower. Sebelumnya kami sudah ke Tokyo Sky Tree. Berhubung harga tiket untuk naik ke Sky Tree mahal, saat itu kami hanya berfoto di luar dan melihat aneka shop yang ada di situ. Istilahnya, ini pembalasan kami atas kejadian tersebut. Toh, sama-sama menara, tingginya saja yang beda.

Dari Asakusa kami ke Daimon Station. Dilanjutkan jalan kaki sekitar lima menit, kami sudah sampai di depan Zojoji Temple. Tempat ibadah ini sangat terkenal di Tokyo karena merupakan salah satu temple Budha aliran Jodo. Zojoji ini letaknya nggak jauh dari Tokyo Tower. Sebelum ke Tokyo Tower, kami berkeliling dulu di Zojoji.

Gerbang besarnya seolah menyambut dengan gagah kepada siapa saja yang datang. Zojoji terletak di persimpangan lalu lintas dan di depannya ada taman yang besar dan rindang. Ada hal yang membuat kami terperangah di sini. Di halaman Zojoji ada topeng monyet. Kami geli dan tidak menyangka ternyata ada juga topeng monyet selain di Indonesia. Hanya saja, pertunjukan topeng monyet di sini orangnya rapi dan niat banget memakai mik untuk bicara. 

Gerbang Zojoji

Topeng Monyet

Di dalam Zojoji ada juga bel besar yang dibunyikan pada pagi dan sore hari, masing-masing sebanyak enam kali. Dan, yang membuat kami ngeri tapi lucu yaitu adanya area yang berisi patung-patung memakai hiasan warna-warni serta ada kincir anginnya. Semacam tempat untuk nyekar dan memberikan sesaji kepada orang yang sudah meninggal. Kalau pas nyekar dan kinci anginnya goyang apa tidak takut ya? Hii..

Bel Besar

Patung Warna-warni

Usai berkeliling Zojoji, kami menuju ke Tokyo Tower. Nggak jauh kok dari Zojoji. Menaranya saja sudah kelihatan. Tokyo Tower merupakan salah satu land mark yang terkenal di Tokyo. Dibuka pada tahun 1958, menara ini termasuk menara baja tertinggi di dunia. Tingginya mencapai 333 m. Tokyo Tower dibangun sebagai pemancar gelombang untuk siaran televisi dan radio.

Di halaman Tokyo Tower tersedia kafe dan beberapa kedai makanan. Di lantai dasar juga ada toko souvenir dan dokumentasi yang menceritakan tentang pembangunan Tokyo Tower. Ada juga museum lilin semacam Madam Tussauds. Masuk ke museum lilinnya, tidak gratis.

Sepertinya Sejarah Tokyo Tower

Di ketinggian 150 m, kami melihat view kota Tokyo. Kalau beruntung, pengunjung malah bisa melihat Gunung Fuji. Masing-masing spot ada penunjuknya kok, jadi pengunjung tahu view apa yang sedang dilihat. Harga tiket masuk ada dua yakni di ketinggian 150 m dan  di puncak menara. Untuk masing-masing ketinggian harga tiket bagi anak-anak, pelajar, dan dewasa juga berbeda. Uniknya, kami bisa melihat pemandangan di bawah menara melalui look down window. Ngeri-ngeri gimana gitu.

View dari Tokyo Tower
 


Tokyo Sky Tree dari Tokyo Tower


Rainbow Bridge

Selain itu, di sini juga ada kafe, toko souvenir, mainan anak, dan beberapa gambar mengenai Tokyo Tower. Hampir mirip dengan yang ada di lantai bawah. Eh, wishing list berbentuk hati berbahan kayu juga ada di sini. Lucu sewaktu membaca wishing list yang bergantungan. Kayunya juga dicoret-coret untuk menulis wishing list atau semacam 'i was here' kali ya. Hehehe. Hebatnya lagi, ada juga petunjuk yang ditulis dengan huruf Braille.

Wishing Lists yang Penuh Coretan


Puas banget berada di sini. Waktu kami di sana, ada pertunjukan musik di kafe. Yang tampil waktu itu girl band semacam AKB 48 tapi personilnya hanya enam orang. Kami tidak tahu apakah setiap hari ada pertunjukan musik atau hanya di weekend saja. Kebetulan kami ke sana malam minggu. Dan, sebagai penutup, kami mengabadikan Tokyo Tower di malam hari. Lalu kami mampir makan di restoran India dan naik kereta JR dari Stasiun Hamamatsucho. Malam minggu yang berkesan.

Kawaii



2 comments