Lebaran Betawi di Monas

Hari Minggu kemarin, saya dan suami, Pak MJ (bukan Michael Jackson loh ya!) pergi ke Monas untuk melihat Lebaran Betawi. Kami tau acara ini dari televisi, pemberitaannya kok sepertinya seru. Karena penasaran, akhirnya kami berencana berangkat pagi.

Seperti biasa setiap pagi saya masak sarapan, lalu beberes rumah, kemudian pergi setelah rumah rapi. Tapi berhubung saya lelet dan sering molor, Pak MJ memberi pilihan yang bijak.

'Udah, sarapan seadanya, bikin telur dadar aja. Rumah nggak usah disapu. Kelamaan.'

*suami yang pintar, peluk Pak MJ*

Jadi setelah sarapan dan mandi kami berangkat menuju St. Depok Lama. Tau dong ya, KRL sekarang menjadi primadona baru karena selain harga tiketnya yang murah, stasiunnya juga bersih dan nggak ada PKL sama sekali. Maka nggak heran, jika setiap hari KRL selalu dipenuhi penumpang. Etapi alhamdulillahnya kemarin agak sepi mungkin karena masih jam delapan kali ya.

Saat masuk kereta, meski nggak terlalu rame, kami nggak mendapat tempat duduk dan berdiri di depan sepasang anak kuliahan. Yang membuat saya kaget, anak yang cowok langsung berdiri dan menawarkan tempat duduk begitu melihat saya. Dengan manis saya menolak.

'Nggak mas, makasih. Saya berdiri aja.' 

Lima menit kemudian kereta berangkat. Begitu jalan pelan-pelan, seorang ibu di depan saya geser dan menyuruh temannya melakukan hal serupa seraya mempersilakan saya duduk. Seperti kejadian sebelumnya, saya pun menolak. 

Antara senang dan bingung sih sebenarnya. Senang karena semakin banyak orang Indonesia yang berperilaku baik terutama anak mudanya dan bingung kok tumben-tumbennya saya ditawari tempat duduk dua kali. Setelah berpikir sebentar, mungkin karena pakaian saya yang mirip orang hamil kali ya. Jadi saya memakai atasan yang memang seperti bumil. Hhhhmmm, dalam hati saya berharap semoga saja hamil beneran, aamiin..

Perjalanan selama kurang lebih 45 menit membawa kami di St. Juanda. Sempat bingung juga karena tidak tau arah ke Monas. Maklum, ini kali pertama kami ke Monas turun di St. Juanda karena dulu KRL berhenti di St. Gambir. Akhirnya kami bertanya kepada security yang bertugas. Sssssttt, kalau mengalami kejadian seperti ini, jangan bertanya ke tukang ojek atau bajaj ya, dijamin teman-teman diprovokasi untuk naik kendaraan mereka. Lebih baik bertanya kepada petugas yang berseragam.

Dari informasi yang kami peroleh, kami cukup melewati jembatan penyeberangan lalu berjalan menyusuri kali. Eh, banyak juga lho masyarakat yang berjalan kaki ke arah yang sama. Setelah berjalan beberapa menit ternyata saya baru sadar kalau jarak St. Juanda ke Monas nggak terlalu jauh, mungkin sekitar 10 menit. Bahkan, saya baru tau kalau melewati Es Krim Ragusa yang tersohor itu. Meski sudah pernah makan di sana bersama teman kantor dulu, baru kali ini saya tau kalo Es Krim Ragusa dekat dengan St. Juanda *katrok tenan owk*. 

Sampai di Monas, rameeeee banget. Maklum, tiket masuknya gratis. Lebaran Betawi tahun ini kali keenam dilaksanakan. Meski dulu perayaannya hanya muter di wilayah-wilayah, mulai dua tahun lalu Lebaran Betawi dilaksanakan di Monas. Kegiatan ini dilakukan untuk memelihara dan melestarikan budaya Betawi di Jakarta.



Perayaan ini digelar pada hari Sabtu-Minggu kemarin. Nah, kebetulan banget nih, pas hari Minggu kemarin Pak Ahok datang dan memberi sambutan. Wuih, ramenya warga yang mau melihat dan bersalaman dengan Wakil Gubernur Jakarta itu.

Pak Ahok Memberi Sambutan
Setelah sambutan, berbagai pertunjukan seni dan budaya dipertontonkan di panggung utama. Ada hal yang menarik ketika Dinas Pemuda dan Olahraga Pemrov DKI menampilkan permainan tradisional Betawi, bambu sodok. Permainannya seperti tarik tambang tapi ini menggunakan bambu. Setiap kelompok terdiri dari empat orang lalu berlomba-lomba agar lawan terdorong. Tak lupa, pengunjung diajak untuk berlomba dan ada imbalan bagi yang menang masing-masing lima puluh ribu rupiah. Lumayan kan?

Permainan Bambu Sodok

Selain itu, ada juga enggrang yang boleh dicoba oleh pengunjung. Saya lihat, anak kecil banyak yang tertarik dengan permainan tradisional tersebut. Mereka belajar dan dilatih dengan sabar oleh para instruktur yang masih anak kuliahan. Meski siang itu panas banget, tapi animo masyarakat untuk hadir menyaksikan kegiatan ini sangat besar, buktinya mereka rela berpanas-panasan.

Ada puluhan tenda yang menjual berbagai macam jajanan dan barang-barang lain di sini. Bahkan ada perpustakaan keliling yang memanjakan pengunjung untuk membaca gratis. Menariknya, masing-masing wilayah yang ada di Jakarta membuat stand gapura mirip sebuah kampung, di dalamnya ada panggung serta rumah-rumahan yang menunjukkan kecamatan di wilayah tersebut. Masing-masing wilayah menampilkan ciri khasnya masing-masing. Misalnya saja, wilayah Kepulauan Seribu ada stand yang memberikan informasi wisata di pulau tersebut. Ada juga stand yang menjual cendera mata yang terbuat dari hasil laut. Lalu di wilayah Jakarta Barat menampilkan manusia patung yang biasa mangkal di Kota Tua. 


Etapi ada hal yang membuat saya dan Pak MJ betah dan masuk dari satu wilayah ke wilayah lain. Apa hayo?? Makan gratis, ya nguliner Betawi gratis. Beberapa wilayah menyediakan makanan gratis lho. Saya dan Pak MJ alhamdulillah makan sampai tiga kali yakni makan soto betawi di Jakarta Utara, lalu makan bakso di Jakarta Selatan, terakhir makan soto mie di Jakarta Timur. Sebenarnya sih, saya mengincar dodol betawi yang sedang dibuat, tapi ditungguin lama nggak matang-matang. Hahaha belum rejeki kali ya. 

Belum Rejeki di Sini :)
Keseruan kegiatan tersebut semakin bertambah ketika masing-masing wilayah menampilkan hiburan yang mendatangkan artis-artis ibukota seperti Mpok Nori, Bolot, Bang Madid (kurang tau nama lengkapnya), dan masih banyak lagi. Kebayang dong, bagaimana rame dan serunya acara tersebut.

Sumpah nih ya, baru kali ini kami bisa jalan-jalan hemat. Uang yang kami keluarkan nggak sampai tiga puluh ribu, dengan rincian sebagai berikut :

  • Transport KRL PP 2 orang : 2 x 9ribu = 18ribu
  • Snack di Depok Lama        :                      5ribu
  • Parkir di stasiun                :                      4ribu

         Total                       :                    27ribu

Murah banget kaaaannn? Widiw, saya dan Pak MJ berharap banget semoga di Jakarta dan daerah sekitarnya sering mengadakan acara seperti ini. Kalaupun harus bayar, tak apalah asal jangan mahal-mahal, kalau perlu gratisan *berharap banget*. Bagi kami, dengan adanya acara seperti ini masyarakat dapat terhibur dan mereka bisa melepas penatnya sejenak. Kami senang bisa tertawa bersama pengunjung. Kami senang bisa melihat berbagai pertunjukan seni dan budaya. Kami senang karena mendapat makanan gratis hehehe. Kami senang karena acara ini untuk melestarikan budaya yang ada, khususnya budaya Betawi.




6 comments

  1. Daku belum pernah ke Lebaran Betawi, tapi kalau ke Monasnya sering banget :)
    Pasti seru ya acaranya, jadi pengen ke sana nanti tahun depan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Seru bgt, Mak Puh..
      Diagendakan aja mak tahun depan :)

      Delete
  2. hadeuh...saya tertipu oleh judulnya tak kirain lebaran betawi teh budaya baru...ngga taunya lagi ultah yea...huh dasar lemot saya teh nih

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehehe itu semacam perayaan lebaran dgn budaya Betawi..

      Delete
  3. bikin dodol betawi mah lama banget, mbak :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iye, Bang..
      Makanya sy tinggalin
      Eh, tapi ada lho yang minta dan dicutilin sm yang mbuat..

      Delete