Pengobatan Alternatif

Pengobatan alternatif sampai saat ini masih banyak peminatnya di masyarakat, termasuk saya kala itu *hihi*.  Kepercayaan masyarakat terhadap pengobatan alternatif semakin tinggi dengan semakin tinggi pula biaya pengobatan di rumah sakit. Berawal dari menonton acara Hitam Putih, saya tahu sosok Eyang Agung (EA). Acara di salah satu stasiun televisi tersebut mengatakan bahwa pengobatan EA sudah ada izin dari Dinkes, tambah semangat dong untuk mencari tahu tentang EA. Apalagi saya yang kala itu takut ketemu dokter lagi.

Seperti biasa, saya googling dulu kalau mencari tahu sesuatu. Dari informasi yang saya dapat, EA buka praktik hari Senin-Sabtu (hari libur tutup), beralamat di Jl. Suka Damai Raya No.27A, Sarua Indah, Ciputat, Tangerang Selatan. Yup, saya dan Pak MJ memutuskan untuk ke EA setiap Sabtu.

Kala itu, masih di tahun 2012 saya dan Pak MJ setiap Sabtu, habis subuh, langsung pergi ke EA. Berbekal google map, kami menyusuri jalan yang lumayan jauh. Begitu sampai di gang Suka Damai, ada rumah yang tampak berbeda dengan rumah yang lain, itulah rumah EA. Tapi praktiknya nggak di situ, tapi di pendoponya, masih sekitar 200 meter dari rumah EA. 

Saya nggak nyangka kalau pasien EA buanyak buanget, bahkan orangg-orang bermobilpun banyak yang antre. Untuk pasien yang pertama kali berobat cukup membayar uang pendaftaran sekitar lima ribu atau sepuluh ribu ya *lupa* dan mendapatkan sebuah buku semacam absensi. Setelah itu, untuk pengobatan selanjutnya, nggak usah bayar pendaftaran, cukup mengumpulkan buku absensi. 

Alamaaaaak saya saat itu mendapat antrian nomor 300an *dueng*, kapan pulangnya nih, mana macet dan panas lagi nanti kalau pulang. Saya dan Pak MJ ikut mengantre bersama pasien lain. Tempat praktiknya lumayan luas, bisa untuk parkir mobil dan motor. Suasananya asri karena banyak pohon dan yang pasti alunan campur sari yang dinyanyikan sendiri oleh EA. Di situ ada tiga bangunan yakni pendopo, sasono husodo, dan rumah istirahat. Pendopo banyak digunakan pasien untuk beristirahat dan membaca atau makan ketika menunggu antrean. 

Setelah antre beberapa lama ada speaker pemanggil nama-nama pasien untuk masuk ke dalam, kira-kira sekali panggil ada sekitar dua puluh pasien yang masuk dan diterapi oleh EA langsung. Di sasono husodo, pasien antre lagi untuk diterapi. Begitu giliran saya, EA dengan tenaga prananya mendeteksi penyakit setelah saya ceritakan keluhan saya. Pasien yang diterapi cuma dipijit-pijit meski pijitan ringan dan terlihat sepele, tapi sakit juga lho. Dalam menerapi pasien, EA suka bercanda dan bernyanyi campur sari, jauh dari mimik serius. Katanya sih rahim saya bagus cuma banyak gas di lambung dan ginjal. Pantesan, saya sering kentut. Eh beneran lho, saya itu gampang banget kentut *buka aib*. Setelah diterapi, pasien boleh antre pijat atau langsung pulang. Pemijatnya ada dua, karyawan laki-laki EA. Kalau nggak kesiangan, saya dan Pak MJ biasanya minta dipijat kakinya. Setelah itu, pasien boleh membayar atau enggak. Jadi, EA nggak mewajibkan pasiennya bayar. Jika mampu, silakan mengisi kotak yang tersedia toh katanya uang tersebut juga digunakan kembali untuk membantu masyarakat sekitarnya.

Setelah sesi terapi dan pijat, biasanya pasien disarankan untuk membeli 'obat'. Obatnya ini bagi saya aneh yakni berupa bubuk rasa kopi, madu, dan serbuk jahe. Jujur saja, bagi saya harga 'obat'nya mahal. Dan, saya kurang merasakan efeknya. Hanya, Pak MJ yang katanya habis minum bubuk rasa kopi tersebut, merasakan adanya efek 'depan'. Jadi ya kalau minum 'obat' rasanya jadi perkasa *hehe*. Wah, tahu hal ini terjadi malah kami takut ada apa-apa. Akhirnya kami memutuskan istirahat dulu dari EA. Selain efek 'depan', hal lain yang membuat kami istirahat yaitu jauh dan macet. Bayangkan, kami berangkat setelah subuh dan pulang sampai rumah sekitar jam 11. Belum lagi macet di Pamulang dan Sawangan, panas, dan laper. Kami benar-benar nggak kuat. Ya Alloh, usaha kami untuk mendapatkan momongan seru sekali. Meski terkadang lelah, kami menikmati semua proses tersebut. 

Setelah beberapa bulan, kami iseng ke EA lagi. Dari buku absensi, EA tahu kalau kami sudah jarang datang. Sempat mendapat teguran karena itu berarti kami telah mengacaukan aliran yang sudah ditata. Entah itu aliran apa. Sejak itu, saya dan Pak MJ nggak datang lagi ke EA dan memutuskan untuk pasrah sambil terus menjalani proses produksi. Ternyata di tahun 2014 kami memutuskan periksa ke dokter kembali


1 comment

  1. menarik mbaknyaaa, oke, saya lanjut baca ke halaman selannjutnya,

    salam,
    ara

    ReplyDelete