Dulu banget saya sering diprospek sama teman yang ikut MLM. Kebanyakan mereka dari brand kosmetik yang sama. Hm, gimana ya rasanya diprospek sama teman tapi kitanya kurang tertarik?
Saya tahu sedikit dunia MLM yang punya istilah upline dan downline. Saya nggak pernah bergabung atau jadi member MLM apa pun tapi kalau beli barang yang ditawarkan pernah.
Kenapa nggak mau jadi member?
Karena saya nggak mau pusing mikirin target dan harus cari downline. Meyakinkan orang untuk percaya sama produk yang kita jual itu susah banget nget nget. Apalagi sampai merayu mereka jadi anggota. Haduuuhh, tambah susah lagi.
Saya pernah lho hampir kejebak di bisnis MLM ini. Ceritanya pas masih kuliah saya kan pengin nyari uang tambahan. Demi mendapat pemasukan tambahan, saya sering baca iklan kecik lowongan kerja di surat kabar khususnya koran hari Sabtu. Nggak tahu kenapa kok tiap Sabtu iklan lowongan kerja di koran selalu banyak dibanding hari biasa. Saya bacain tuh iklan satu per satu sampai yang kecil dan sebaris.
Nah, ada iklan lowongan kerja yang bunyinya menarik. Intinya, di iklan itu nggak dibutuhkan pengalaman kerja tapi gajinya lumayan. Siapa yang nggak tertarik coba?
Singkat cerita saya disuruh datang di suatu gedung di Jalan Pemuda, Semarang. E lha dalah ternyata gedungnya sebelahan sama SMA saya dulu. Setelah menunggu agak lama, saya ikutin acara di gedung tersebut. Awalnya saya nggak tahu apa-apa. Saya bingung sama acaranya. Mau disuruh kerja kok kayak gini.
Jadi di gedung itu diadain seminar tentang produk kesehatan. Acara dimulai dengan cerita tentang produknya, manfaatnya, bahkan struktur organisasinya. Saya ikutin sampai kelar tuh. Penasaran soalnya.
Yah, namanya juga seminar memprospek orang jadi isinya memang bikin mupeng. Siapa yang nggak mupeng kalau ditunjukin profil orang yang dapat bonus sekian juta terus jalan-jalan ke luar negeri. Di akhir acara, peserta yang datang ditanyain, mau gabung apa nggak. Kalau mau gabung, beli produk sekian ratus ribu.
Lah, sebagai mahasiswa, uang ratusan ribu dapat dari mana coba?
Akhirnya saya mundur dan nggak mau nyari lowongan kerja kayak gitu lagi. Kapok!
Dari pengalaman tadi, lama kelamaan saya tahu ternyata cara MLM untuk memprospek orang yang jumlahnya banyak dengan mengadakan seminar. Hal ini tentu beda dengan orang yang memprospek secara perorangan kayak teman-teman saya. Kalau gini, yang dibutuhkan ketrampilan berkomunikasi untuk meyakinkan orang supaya mau beli atau malah jadi member.
Saya nggak masalah diprospek. Kadang, saya suka sama barang-barang yang ditawarkan. Kalau diterangin manfaat dan berbagai keunggulan barang-barang tersebut, saya ikutan senang. Fotonya juga bagus-bagus bikin orang yang melihat tambah mupeng. Apalagi kalau ada diskon. Meski ujungnya saya nggak beli juga, haha.
Misalkan setelah diprospek saya nggak minat sama barang yang ditawarkan, saya menolak secara halus. Kalau masalah make up, saya agak malas ngeladenin. Ada penyebabnya sih.
Satu, saya nggak bisa dandan. Sampai saat ini, saya nggak bisa bikin alis pakai pensil alis. Dandan juga cuma pakai bedak dan lipstik. Kalau agak wah, biasanya cuma nambah BB cream. Udah gitu doang.
Dua, ibu saya tukang rias pengantin. Jadi saya tahu dikit merk kosmetik yang bagus. Apalagi buat rias pengantin ya. Ibu saya kalau beli kosmetik nggak itungan sampai saya eneg liatnya karena ditaruh di tas make up yang gedhe.
Baca juga: Ibuku tukang rias
Jadi, maaf ya buat teman-teman yang mau nawarin produk make up, saya dadah dulu.
Nah, waktu hamil (2 tahun lalu) ada cerita tentang prospek memprospek lagi. Kali ini yang ditawarkan produk kesehatan. Yang nawarin yaitu teman kuliah saya. Secara materi, dia udah mapan. Dia kerja di kementerian pula. Tapi masih sempat bisnis MLM. Salut deh!
Dia tinggalnya di komplek yang nggak terlalu jauh dari komplek saya. Sebetulnya kami sering ketemu di pasar. Tapi kalau ketemu ya cuma say hello seperlunya aja karena semasa kuliah kami nggak dekat. Lucunya, saat mau mrospek, dia agak baik sama saya. Perhatian banget pokoknya. Nanyain kabar dan bilang mau main ke rumah.
Ah, dulu kalau ketemu kayaknya itu cuma basa-basi aja. Saya pindah rumah pun, dia juga nggak pernah main.
Sampai suatu ketika dia kirim pesan via WhatsApp, katanya mau main dan nanyain alamat rumah segala. Kenyataannya memang dia nggak main dalam waktu tersebut. Tapi pada suatu hari Minggu yang cerah (yaelah kayak cerita jadul), tiba-tiba dia nongol di depan rumah. Asli, saya kaget banget. Nggak ada kabar apa-apa ujug-ujug udah ada di rumah.
Seperti biasa, obrolan dimulai dengan basa-basi nanyain kabar. Terus dia melihat saya kondisinya kurang sehat. Emang sih waktu itu saya lagi flu. Lalu dia menyuruh saya nyiapin air minum dan tumbler. Kemudian dia mengeluarkan alat, bentuknya kayak kaca dan bolong di tengahnya. Lalu teman saya menyaring air minum pakai alat tersebut sampai habis dan diminumkan ke saya. Rasanya biasa aja sih.
Setelah itu, dia nyeritain tentang alat tadi. Terus dia mengeluarkan promo-promo tentang alat ajaibnya beserta benda-benda yang lain. Sebelum pulang, saya dikasih satu sachet minuman kesehatan. Katanya minuman tersebut aman bagi bumil. Tapi sampai sekarang minuman tadi nggak saya minum karena saya jaga betul asupan selama hamil.
Berhari-hari kemudian dia WhatsApp, nanya tertarik beli alatnya apa nggak. Harganya satu set sekian juta. Mahal beneeeerr. Dengan alasan hamil dan persalinan butuh biaya yang nggak sedikit akhirnya saya menolak. Dan reaksi teman saya diam aja. Nggak balas apa-apa. Bilang terima kasih atau ngucapin apa gitu juga nggak. Diem aja.
Ya udah dari situ dia cuek lagi. Nggak pernah WA atau nanyain kabar. Sampai suatu ketika dia tiba-tiba inbox via FaceBook. Pesannya tuh kurang lebih kayak gini,
'Wah, udah lahiran kok nggak bilang-bilang.'
Jujur ya, saya kaget bacanya. Banyak asumsi di kepala saya.
Satu, wong saya memang belum lahiran jadi mau woro-woro apa di FaceBook. Kedua, saya agak ge er. Jangan-jangan dia mau kasih kado nih buat si bayi. Asiiikk.
Lalu, saya jawab pesannya gini,
'Hoaks itu. Tahu dari siapa? Belum lahiran kok.'
Daaannn apa coba jawabnya,
'Hehe, itu tadi aku cuma ngetes kok. Kamu udah lahiran apa belum.'
Dalam hati, duwenk!
Ealah, lha mbok WA baik-baik nanya udah lahiran apa belum kan bisa ya. Toh, dia juga tahu nomer WA saya. Lucunya nih, ketika anak saya lahir dia cuma ngucapin di FB doang. Nggak nengok juga. Etapi saya udah bersyukur ding, dia ngucapin selamat di FB. Ah, jangan-jangan apa karena saya udah nolak prospekan dia ya. Jadi dia cuma komen di FB. Coba kalau mau diprospek, bakal dapat kado niiihh.
Huahaha, mental gratisan.
Yah, kalau mau mrospek teman jangan gitulah. Baikin kalau ada maunya doang. Tapi kalau prospekan ditolak, bakal nyuekin lagi. Hm, ini mau mrospek teman atau nyari gebetan, sih? Haha.
Etapi si teman saya tadi kayaknya sukses MLM-nya. Saya lihat di FB-nya dia posting jalan-jalan ke luar negeri melulu. Beberapa ke negara Asia bahkan udah ke Eropa segala. Jalan-jalan ini reward dari MLM yang diikuti sih. Mantap!
Tapi di sisi lain, ada juga teman yang nggak sukses MLM-nya. Setelah waktu dan tenaga banyak terkuras untuk memprospek dan promo ke sana ke mari, hasilnya juga nggak seberapa. Malah dia memutuskan keluar dari bisnis tersebut. Hm, anu, kayaknya dia keluar karena alasan pribadi. Bukan karena susah nyari downline, lho. Hehe.
Etapi si teman saya tadi kayaknya sukses MLM-nya. Saya lihat di FB-nya dia posting jalan-jalan ke luar negeri melulu. Beberapa ke negara Asia bahkan udah ke Eropa segala. Jalan-jalan ini reward dari MLM yang diikuti sih. Mantap!
Tapi di sisi lain, ada juga teman yang nggak sukses MLM-nya. Setelah waktu dan tenaga banyak terkuras untuk memprospek dan promo ke sana ke mari, hasilnya juga nggak seberapa. Malah dia memutuskan keluar dari bisnis tersebut. Hm, anu, kayaknya dia keluar karena alasan pribadi. Bukan karena susah nyari downline, lho. Hehe.
Segitu dulu cerita saya yang diprospek teman. Kalau kamu ada yang pernah diprospek juga nggak?
Wakaaak kocak beneran aku bacae og sambil guya guyu gini yah
ReplyDeletePas mb pit disuruh bikin minum trus doi ngeluarkan alat2 trutama wekekek
Aku juga bsnyak yg ngucapin lahiran kmaren di medsos thok, tiwas ge er sapa tau dolan njuk bawa kado, e ga ada tu temen dumay yg dolan haha
Ya yg ngado cuma saudara aja xixi
Nah, itu. Aku disuruh nyiapin air putih. Malah temenku itu ikutan masuk dapur pilih gembes. Aku bingung jadinya. Manut aja, haha.
DeleteOia, samaan, Nita. Kita terlalu ge er. Malah ada yang nanya2 alamat rumah segala. Udah ge er aja jebul ya gitu deh, hahaha. Maklum, cuma dunmay.
Ya namanya juga dumay, tapi masih mending ngucapin selamat lahiran, ada juga yang cuek, baik kalo cuma ada maunya kak Nita..🤣
DeleteHahaha, iya. Masih syukur dikasih ucapan selamat.
DeleteLucu juga bacanya kak. Kalo ada maunya dia baik banget, perhatian dll, giliran ditolak langsung cuek..🤣
ReplyDeleteYah, begitulah, Mas. Hehe.
DeleteSaya belum pernah sama sekali diprospek teman soal MLM~ mungkin teman-teman saya nggak tertarik mau memprospek saya hihihi :D
ReplyDeleteTapi saya pribadi punya pengalaman dengan MLM, bukan sebagai member sih cuma sebagai pengguna. Karena kebetulan ibu saya dulu (waktu saya masih anak-anak) itu membernya MLM CNI (entah ini masih ada apa nggak) hahaha. Dan saya suka sama produk-produknya CNI ini karena sehat-sehat. Alhasil meski bukan member, saya termasuk pengguna aktif berkat ibu saya yang rajin belikan produknya :3 By the way ibu saya sepertinya masuk ke list member yang nggak pernah ke luar negeri HAHAHA. Karena memang nggak pernah cari 'kaki'~
Jadi curhat :>
Well, semoga ke depannya nggak ada lagi teman yang begitu ya mba. Yang datang hanya untuk memprospek mba saja :D
Mba, kayaknya CNI masih ada deh. Saya pernah baca ada afiliasi blogger dan CNI.
DeleteOia, ibu saya dulu pernah juga pakai produknya. Kalau ga salah kayak sereal tapi ada kunyitnya gitu. Kenyang makan itu, haha.
Hehehe, semoga ya mba. Sekarang teman udah kayak seleksi alam.
Hahahaha iya CNI masih ada, tapi memang tuh MLM produknya bagus kok, saya dulu sering pake beberapa produknya, tante saya member juga, tapi nggak cari kaki sih, cuman beli produknya doang :D
DeleteMakasih mba Rey untuk infonya. CNI termasuk MLM yang bertahan ya. Dari dulu sampai sekarang masih.
DeleteItu nyebelin sih kalo tipenya gitu, baik pas mau prosepk doang. Giliran ditolak, dia cuek. Kalo aku bakal kublock sekalian mba. Ga pgn jg dpt temen begitu.
ReplyDeleteAda beberapa temenku yg nawarin MLM. Aku tipe yg ga cocok Ama kerjaan begini. Jd di awal aku bakal trus terang, kaloun aku tertarik Ama produknya, aku bakal jd member tp hanya utk konsumsi sendiri, ga ada niat utk jualin apalagi nyari downline. Tapi kalo aku ga tertarik Ama tuh produk, ya sorry to say ga bakal kulirik hihihi... Untungnya temen2ku yg nawarin blm ada yg semenyebalkan cm baik Krn ada perlu td. Kami ttp komunikasi dan dia msh aktif nawarin produknya dr medsos. Aku bantu dengan like ato beli kalo memang cocok Ama barangnya sih :D
Hehehe, saya ga sampai hati buat ngeblock, mba. Toh sekarang udah ga pernah WA lagi.
DeleteIya, Mba, mending gitu kalau ditawari MLM. Cuma seringnya saya nggak cocok sama produk-produk yang ditawarkan. Jadi sering nolak, hehe.
Ya ampoooonnnn ngakakkkk bacanya, jadi kayak dejavu ke zaman masih aktif di bisnis Oriflame :D
ReplyDeleteBedanya, saya itu malunya sampai di ubun-ubun, jadi saya cuman mau prospek orang asing, saya malu prospek temen :D
Semoga mantan upline saya nggak baca komen ini hahahaha
Meskipun nggak pernah prospek, tapi banyak teman saya yang daftar loh, kebanyakan sih cuman buat jadi member doang, nggak jalanin bisnisnya.
Saya 2 kali ikut bisnisnya di jaringan yang berbeda, daaann saya terharu banget, 2 kali juga beberapa teman kembali daftar jadi donlen saya hahaha.
Soalnya jadi donlen saya itu nyaman, nggak pernah dipaksa beli, selalu saya lindungi kalau dipaksa upline lainnya.
Makanya saya sulit sukses di bisnis kayak gitu, terlalu baik soalnya :D
Waaa ini pengalaman yang pernah jadi member MLM. Jadi member dan nyari downline emang butuh usaha banget ya, mba. Kudu bisa meyakinkan orang. Dan bisa dapat downline setia itu luar biasa, lho.
DeleteJadi member MLM juga butuh kerja keras supaya naik level. Biasanya ada target tertentu yang harus dicapai. Kudu agak tega, Mba Rey. Hahaha.