Pengalaman Menyewakan Rumah: Lebih Enak Diurus Sendiri atau Pakai Agen?

Saya dan pak suami punya usaha sampingan menyewakan rumah. Usaha ini baru berjalan 5 tahun, tepatnya sejak akhir 2018.

Selama rentang waktu tersebut unit bertambah dari satu menjadi dua rumah. Sebenernya itu semua rumah invest dan kami niatkan untuk usaha kontrakan.

Sejak tinggal di Qatar, rumah utama juga kami sewakan. Tapi ini case khusus, ya. Jika kami mau pulang ke Indonesia maka rumah tersebut dikosongkan dulu. Lha kalau semua rumah disewakan, nanti kami tinggal di mana? Iya, tho.😁

Awal-awal menyewakan rumah, saya dan pak suami melakukan semuanya sendiri. Mulai dari pasang iklan, nemenin survei rumah, sampai bersih-bersih. Tapi makin lama urusan kebersihan kami serahkan ke asisten.


From Pexel - Jeffrey Czum

Saat kami mau ke Qatar, saya dan pak suami sempat kepikiran memakai agen sewa rumah. Pertimbangannya karena kami agak lama tinggal di Qatar, jadi biar nggak riweuh ngurus kontrakan jarak jauh. Kayaknya nanti kami ke Indonesia tiap liburan sekolah. 

Kami sempat nanya ke teman yang pernah pakai agen tersebut dan googling review customer yang pakai agen sewa rumah yang akan kami pilih. Pengalaman teman saya sih oke-oke aja pakai agen itu. Tapi review di Google kurang memuaskan. Banyak yang menyesal dengan kinerja agen.

Tapi kami masih kekeuh mencoba menghubungi agen sewa rumah. Akhirnya pak suami cari kontak agen yang kami inginkan. Setelah dapat kontaknya, komunikasi dilakukan lewat WhatsApp. Pak suami tertarik ingin memakai jasa agen tersebut dan mereka kasih surat perjanjian kontrak. Namun setelah kami baca surat perjanjian antara agen dan owner ada hal yang bikin kami kurang sreg.

Di surat perjanjian disebutkan bahwa owner menyerahkan kunci rumah ke agen dan dikirim lewat ekspedisi. Agen tidak menyebutkan untuk bertemu atau ngobrol dulu sebelum kunci dikirim. Setelah owner tanda tangan surat perjanjian kontrak dan kunci dikirim, pihak agen baru mau ketemu owner.

Poin ini yang membuat kami sangat keberatan untuk tanda tangan. Alasannya kami takut menyerahkan kunci ke orang yang belum dikenal apalagi orang tersebut belum pernah ketemu. Ujung-ujungnya kalau nanti ada apa-apa, kami akan pasrah sama agen karena kunci rumah sudah di tangan mereka. Iya, kan?

Di surat perjanjian juga tidak dijelaskan bagaimana jika rumah selesai disewa. Siapa yang akan membersihkan rumah dan mengecek kondisi rumah? Biasanya rumah yang habis masa sewanya kondisinya kotor dan ada beberapa bagian yang perlu direnovasi.


Rumah yang kami sewakan

Saya dan pak suami diskusi cukup lama mengenai hal ini. Setelah dipikir-pikir, akhirnya kami putuskan menyewakan rumah tanpa agen. Semua kami atur sendiri. Urusan kebersihan dan bagian rumah yang rusak, kami serahkan ke asisten dan pak tukang kepercayaan.

Toh, dulu saat ditinggal ke Jepang, kami juga menyewakan rumah tanpa agen. Cuma waktu itu kami di Jepang nggak lama, kurang lebih setahun. Namun saat ini kondisinya berbeda, kayaknya rumah bakal ditinggal lama.

Selama kami tinggal ke Qatar, semua rumah yang disewakan sudah full. Alhamdulillah, rumah kontrakan cepat terisi. Pernah ada orang yang waiting list dan ada juga yang nanya salah satu rumah kapan kosongnya. Umumnya yang menyewa rumah kami adalah keluarga dan mereka sewa tahunan. Namun ada juga tetangga yang menyewa secara temporari sekitar 3-4 bulan karena rumah mereka sedang direnovasi.

Tanpa asisten dan pak tukang kepercayaan mungkin kami nggak akan bisa menjalankan usaha ini jarak jauh.

Nanti saya posting menyewakan rumah tanpa agen lebih detail, ya. Sebenernya saya ada banyak cerita tentang pengalaman menyewakan rumah. Pelan-pelan saya akan sharing di sini. Tapi lihat sikon dan mood ngeblog yang naik turun, nih. Hahaha.

4 comments

  1. Setuju sih, lebih baik dipercayakan sama oemag yang sudah kita kenal atau setidaknya sudah pernah ketemu terlebih dahulu. Kalau belum pernah ketemu yaa lebih baik tidak. Detail perjanjaian memang perlu dibuat sedetail mungkin dan bisa mengakomodasi kepentingan kedua belah pihak.

    Asisten dan tukang memang sangat penting dalam sebuah bisnis properti. Mereka berdua seperi ujung tombak yang siap membantu pemilik agar usaha propertinya bisa berjalan lancar dan nyaman.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nah, itu. Sebenernya kami pengen banget pakai agen biar ga riweuh ngurusnya krn jarak jauh. Setelah baca perjanjiannya kami merasa berat sebelah. Kasih kunci ke orang yg belum dikenal bikin kami waspada.

      Tanpa teteh dan pak tukang kepercayaan saya nggak tahu bakal gimana ngurus rumah yg ditinggal. Jujur, saya bersyukur bisa bertemu mereka yang baik banget dan bisa dipercaya.

      Delete
  2. Kalo aku dan suami ga telaten soal begini mba. Jadi pas kami kemarin itu dpt warisan beberapa rumah, tanah dan apartemen dari mertua pas meninggal, langsung mikir beberapa kami mau jual, beberapa sewain. Tapi Krn lokasi sebagian di Bekasi, solo dan Jakarta yg agak jauh dr rumah, udahlaah, minta jasa agen buat jualin semua.

    Untungnya agen itu sahabat Raka, jadi cerita ga enak dll nya terminimalisir 😄.

    So far okelaah, dia juga selalu kontak Raka tiap ada yg nawar rumah, tanah atau aprtm. Memang kebanyakan minta sewa, kayaknya ekonomi msh blm pulih utk beli rumah ini Orang2.

    Cuma kalo harga yg diminta udh jauh dari yg kami tetapin, agak males memang. Apalagi Krn ga BU, biasa kami tolak. Tetep keukeuh mau jual, bukan sewa.

    Kecuali yg mau sewa semacam perusahaan kayak indomart atau Alfamart baru mau deh 🤣. Kebetulan ada 1 rumah di Bekasi disewa Ama alfamart. Selain Hrg LBH bagus, jauh lebih enak dan nyaman sewain properti ke mereka ini 🤭. Pembayaran juga lancar. Jadi aku bilang ke temen raka yg agen, kalo bisa cari penyewa dari perusahaan. 😁

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalau casenya kayak Mba Fanny, enak tu punya teman agen krn kita sudah kenal jadi bisa meminimalkan drama.

      Saya dan pak suami sempat mau beli properti di Semarang tapi setelah dipikir2 jauh dari jangkauan kami meskipun ada sodara dan ortu di sana. Kami nggak enak kalau merepotkan mereka. Makanya ini juga masih jadi PR kalau misal nanti kami pengen mengembangkan ke luar kota.

      Casenya Mba Fanny lokasinya beda2 dan mayan jauh juga, ya. Ada yg di Bekasi dan Solo. Saya kalau dihadapkan dengan case yg sama juga mikir2 banget, Mba. Karena effort buat bolak-balik meski cuma nengokin doang udah bikin capek. Lebih baik serahin ke agen.

      Delete