Hai, semua.
Maaf ya males saya lagi kumat makanya nggak ngurusin blog. Hihihi. Pas lagi males-malesnya ternyata ada iklan lewat. Daripada blog nggak ada postingan, saya terima aja iklannya. Setelah terima tawaran iklan, saya sempat ngomong sendiri,
'Kok tumben ya, aku terima job di blog.'
Hahahahaha, mayanlah hasil pasang iklan bisa buat jajan shawarma.
Oke, itu tadi pembukaan yang nggak ada hubungannya sama cerita yang akan saya bagikan. Sekarang cerita umrah bagian kedua, ya. Cerita sebelumnya bisa dibaca di sini.
Di postingan sebelumnya, saya cerita melakukan ibadah umrah bersama rombongan dan mutawif pada Minggu dini hari. Keesokan harinya ada city tour yang gitu doang, hahaha. Setelah city tour, acara bebas.
Di acara bebas ini, saya dan pak suami memang udah niat pengen umrah lagi. Mumpung masih di Makkah dan ada waktu luang, kan.
Kami umrah cuma berempat. Rombongan keluarga yang lain nggak ada yang umrah lagi. Mungkin karena bapak-bapaknya udah dicukur gundul kali, ya. Jadi kalau mau umrah lagi mereka bingung tahalulnya (potong rambut) gimana. Dari awal pak suami emang udah niat mau umrah lagi makanya saat tahalul pertama dia nggak mau digundul. Maunya cuma dipotong rambutnya sedikit.
Berhubung ini umrah pertama jadi kami nggak tahu nanti miqat di mana. Saat city tour, pak suami banyak nanya ke pak ustad. Kali aja beliau kasih tip ini dan itu.
Miqatnya di mana?
Cara ke tempat miqat gimana?
Masjid Tan'im atau Masjid Aisyah |
Hasil nanya ke pak ustad, miqat terdekat dari Masjidil Haram ada di Masjid Tan'im. Masjid ini dikenal juga dengan nama Masjid Aisyah karena Aisyah, istri Rasulullah, pernah miqat di sini. Masjid Tan'im atau Masjid Aisyah jaraknya sekitar 7,5 km dari Masjidil Haram yang bisa ditempuh dengan taksi. Masjid ini memang ramai oleh jamaah umrah.
Saran dari pak ustad biaya taksi PP Masjidil Haram-Tan'im sekitar 50 real dan sopirnya mau nunggu. Kata beliau, sopir taksi ke Tan'im sudah biasa menunggu seperti itu.
Okelah, berbekal info pak ustad, dari hotel ke Masjid Tan'im kami naik taksi. Kami sempat nanya petugas hotel di mana tempat pesan taksi. Ternyata di hotel saya menginap ada corner khusus untuk pesan taksi.
Waktu kami ke corner tersebut, biaya taksi PP Masjidil Haram-Tan'im sekitar 200 real. Duh, mahalnya. Kami nggak jadi pesen dong.
Lalu kami inisiatif nyari taksi di luar hotel. Taksi di luar hotel kasih harga 100 real. Menurut kami masih kemahalan juga karena jauh dari harga yang dikasih pak ustad, hahaha.
Sabar, ini adalah ujian umrah.😂
Lalu pak suami ngajak kami turun ke pelataran Masjidil Haram dan putar balik sampai di pengkolan. Nah, kami nyegat taksi di pengkolan. Jadi kayak nyari taksi di Indonesia, hahaha. Kami nawar harga taksi dari harga 60 real ke 50 real. Alhamdulillah, akhirnya dapat taksi sesuai harga dari pak ustad.😁
Ini kali pertama kami naik taksi di Arab. Yang nggak disangka cara nyari taksinya kayak di Indonesia, nyetopin taksi di jalan lalu tawar menawar. Sebenarnya kami punya app Uber yang biasa dipakai di Qatar tapi kami nggak pakai app tersebut di Makkah. Saya dan pak suami nggak kepikiran sama sekali pakai app tersebut di sana. Hahaha.
Sopir taksi di Arab banyak yang nggak bisa bahasa Inggris. Mereka bisanya bahasa Arab. Jadi kami ngobrol ya gitu deh. Yang penting di antara kami saling ngerti. Eciyeeee 😂 Gaya nyopirnya juga aduhai sekali. Mereka satset dan lihai di jalanan. Klakson terdengar di mana-mana. Gaya nyetir mereka nggak beda jauh kayak sopir Uber di Qatar.🙈
Selama perjalanan menuju Tan'im saya menikmati pemandangan kota Makkah malam hari. Nggak jauh dari Masjidil Haram banyak sekali pertokoan yang rame di malam hari. Dari kaca mobil saya melihat ada banyak jamaah umrah yang belanja di sana. Banyaknya orang dari berbagai negara yang melakukan umrah di Makkah bikin kota ini semrawut. Hampir sama kayak jalanan di Indonesia.
Sampai di Tan'im saya kaget dengan suasana masjidnya. Dari parkiran menuju masjid banyak juga orang jualan. Pedagang teriak-teriak menawarkan dagangannya macam peci, tasbih, dll. Para pedagang ini jualan di luar masjid bukan di pelataran masjid. Suasananya hampir sama kayak masjid di Indonesia tapi sangat berbeda dengan suasana masjid di Qatar.
Masjid Aisyah di malam hari |
Saya dan pak suami cuma sebentar di Masjid Aisyah karena sopir taksinya nungguin. Nggak enak juga kalau dia nunggu kelamaan. Hhhhmmm, menunggu memang pekerjaan yang nggak enak apalagi menunggu orang yang datang telat. Bener, nggak?
Jadi, saya dan pak suami cuma salat dua rakaat dan niat umrah di sana. Saya dan pak suami sudah memakai baju umrah dari hotel. Namun banyak juga jamaah yang berganti ihram di masjid ini.
Setelah salat, saya kaget lagi karena tukang bersih-bersih di tempat wanita minta uang. Sumpah, saya kaget banget. Saya nggak nyangka bakal dimintai uang sama petugas kebersihan padahal saya datang cuma salat dan nggak ke toilet sama sekali.
Btw nggak sekali ini aja saya dimintain uang di Makkah. Di sekitar hotel tempat saya menginap yang sangat dekat dengan Ka'bah ada pengemis juga. Yang menyedihkan, diantaranya ada yang masih anak-anak.😔
Saya dan pak suami agak buru-buru di Masjid Aisyah karena sudah malam mengingat kami umrah bersama dua anak kecil. Jadi nggak banyak dokumentasi di masjid ini.
Oke, cerita umrah di Makkah sampai di sini. Selanjutnya saya mau cerita pengalaman naik Saudi Arabia Railways dari Makkah ke Madinah. Ada kejadian nggak diduga saat saya dan keluarga naik kereta cepat Arab. Gimana cerita saya naik shinkansennya Arab? Nantikan cerita selanjutnya, ya. See you sampai saya nggak males nulis.😂
JD cari taxj nya memang hrs agak jauhan dikit ya Mbaa 😄.
ReplyDeleteBtw, para pengemis ini memang orang asli sana, atau sebenarnya imigrant? Dulu pas aku umroh, ga inget sih ketemu pengemis. . Tapi namanya aja udah lama, bisa jadi dah beda skr kan.
Penasaran Ama cerita di Shinkansen arab. Dulu aku ga sempet ngerasain, blm ada soalnya 🤣
Iya, Mba. Turun di pelataran Masjidil Haram dulu baru dapet taksi, hehehe.
DeletePengemisnya sepertinya mereka imigran. Mereka ada yang anak-anak. Saya kaget banget waktu tahu ini. Saya ketemu mereka pagi di pelataran Clock Tower.
Cerita shinkansen Arab masih on process, hehehe.
Cari taksi kayak gini beneran mirip kayak di indonesia. Nunggu taksi jauh dari stasiun atau terminal. Agak jauh biar lebih murah dan menghindari calo-calo yang ada..hiiks
ReplyDeleteJadi nungguin cerita tentang kereta cepat arab yang sangat terkenal itu. Sekarang paket umroh di indonesia juga menjual pengalaman naik kereta cepat mekkah-madinah.
Iya, bener banget, Mas. Dikasih tahu pak ustad jadi nurut aja. Sampai lupa sama app Uber, hehehe.
DeleteWah, agen umrah di Indo ada yg pakai kereta cepat ya. Keren. Saya di sana ketemu rombongan Malaysia. Cerita kereta masih on process, hehehe.