Hai. Kali ini saya mau cerita pengalaman pak suami keterima kerja di Qatar. Hhhmm, postingan ini agak panjang jadi kita mulai aja, yuk.
Tapi saya mau flashback dulu, nih...
Tahun 2012 waktu saya masih kerja dan kadang bengong atau bosen mau ngapain di kantor, seringnya saya browsing. Saya lagi pengen baca pengalaman orang bersedekah. Biasanya ada cerita unik atau menarik setelah mereka melakukan sedekah. Saya termasuk salah satu orang yang percaya dengan keajaiban sedekah.😁
Nah, ada tautan yang bikin saya tertarik untuk ngeklik. Link tersebut mengarah ke blog Notes From Qatar, milik Muhammad Assad. Saat itu pemilik blog statusnya masih mahasiswa Indonesia yang mendapat beasiswa kuliah di Qatar.
Dari yang semula pengen tahu pengalaman unik bersedekah, saya mulai membaca cerita-cerita Assad di blognya. Saya masih inget banget salah satu postingan blognya tentang masa SMA. Yang bikin saya agak kaget ternyata Assad alumni MAN (Madrasah Aliyah Negeri). Maklumlah, sampai sekarang banyak masyarakat yang masih underestimate dengan kualitas MAN. Tapi emang sekolahnya Assad nggak kaleng-kaleng, sih.
Dari blognya Assad, saya baru tahu ada sekolah yang bernama MAN Insan Cendekia di Tangerang. Setelah nanya ke Om Google untuk masuk ke MAN Insan Cendekia ternyata saingannya buanyak banget, prosesnya cukup ketat, dan biaya sekolah di situ lumayan ya, Boookk. Padahal MAN Insan Cendekia termasuk sekolah negeri, lho. Sampai saat ini MAN Insan Cendekia di Tangerang masih menjadi salah satu sekolah favorit di Indonesia dan kesohor dengan prestasi murid-muridnya.
Di blognya, Assad juga suka posting kehidupan di Qatar. Dia banyak cerita saat itu Qatar sedang giat-giatnya pembangunan dan berbagai postingan lain yang menarik tentang Qatar. Saya juga baru ngeh ternyata Qatar masuk dalam salah satu negara kaya di dunia. Saat membaca blog Notes From Qatar yang ada di pikiran saya adalah,
'Gimana ya rasanya tinggal di negara kaya.'
Btw waktu itu kayaknya blognya Assad cukup terkenal. Selain menulis tentang Qatar dan kehidupan sebagai mahasiswa di luar Indonesia, Assad juga sering menceritakan pengalamannya bertemu orang-orang penting yang sedang berkunjung ke Qatar. Saking terkenal blognya, saat itu Assad bisa mencetak buku bersama penerbit mayor. Judul bukunya sama dengan nama blognya, Notes From Qatar.
Long story short akhirnya saya bisa tinggal di Qatar. Alhamdulillah, nggak nyangka sih kalau impian saya bisa terkabul meski jalannya lewat pak suami, hehehe. Terima kasih pak suami buat kerja kerasnya mewujudkan salah satu mimpi istrimu ini.💕
Tapi, untuk bisa tinggal di Qatar banyak proses yang harus dilalui dan itu semua nggak mudah.
Waktu pak suami memutuskan resign dari perusahaan Jepang, saya sempat sedih dan meminta dia mencari kerja di Timur Tengah. Hhhmmm, nggak tahu kenapa ya waktu itu saya belum pengen pulang ke Indonesia, malah penasaran dengan kehidupan di Timur Tengah.
Selalu dan selalu jawaban pak suami ketika saya meminta ke Timur Tengah adalah,
'Cari kerja di sana susah. Aku selalu mentok di proses interview.'
Iya juga sih. Saya tahu beberapa kali dia mencoba melamar kerja di Timur Tengah dan mentok di interview.
Jadi ya waktu itu setelah kembali dari Jepang, kami jalani aja hidup di Indonesia tanpa ekspektasi apa-apa. Kami memulai babak baru bersama anak pertama kami yang saat itu masih berusia 1,5 tahun.
Namun, saya punya keyakinan kalau suatu saat pak suami bisa kerja di luar negeri lagi. Entah kapan. Tapi saya yakin hal itu akan terjadi.
Akhir Juni 2022...
Saya masih inget banget saat itu Minggu sore, pak suami yang lagi keliling komplek sama anak wedok tiba-tiba pulang dan buru-buru buka komputer. Katanya penting.
Saya diem aja dan nggak berani ganggu karena saya pikir dia lagi ngurusin kerjaan kantor.
Ternyata dugaan saya salah.
Jadi, dia barusan dapat telepon dari head hunter dan disuruh merespon email segera. Email tersebut isinya tawaran kerja dari Qatar. Sebelumnya head hunter approach pak suami via LinkedIn.
Pak suami segera mengirim semua dokumen yang disyaratkan. Setelah itu dia mendapat kabar kalau gagal screening di perusahaan pertama. Kemudian, dia di-approach lagi oleh head hunter yang sama dan mendapat tawaran dari perusahaan kedua. Beberapa minggu kemudian dia dinyatakan lolos administrasi dan lanjut ke tahap interview.
Sebelum berangkat interview, pak suami sudah diskusi sama saya. Hal yang kami diskusikan diantaranya tentang benefit yang akan diterima kira-kira cukup untuk hidup di Qatar apa enggak. Kami sudah melakukan estimasi perkiraan biaya hidup di Qatar. Dan yang nggak kalah penting dia selalu mengingatkan saya untuk nggak berkespektasi terlalu tinggi mengingat masuk perusahaan ini tidak mudah. Takutnya kalau nanti dia nggak keterima, saya bakal kecewa berat.
Nah, interview ini agak ketat aturannya dan prosesnya dilakukan di Malaysia. Rundown acara juga sudah dikasih tahu serta ada beberapa poin yang harus ditaati oleh kandidat.
Saat itu pak suami wajib pakai baju resmi berjas. Proses interview agak berat mengingat saingannya dari beberapa negara, nggak cuma dari Indonesia tapi juga dari Malaysia dan India. Background universitas juga perusahaan para kandidat juga nggak kaleng-kaleng. Mereka lulusan universitas dan perusahaan migas ternama. Sedangkan pengalaman pak suami cuma dari kontraktor migas dan sempat kerja sebentar sebagai konsultan migas.
Sebelum interview pak suami sudah dikasih tahu oleh recruiter nantinya ada 3 departemen yang mau wawancara. Setelah interview pertama selesai, dia disuruh nunggu. Kemudian tim recruiter bilang kalau kamu stop di interview pertama. Pak suami protes dong. Katanya masih ada departemen lain kenapa udah stop.
Kata recuiternya, ini pertanda bagus. Stop di interview pertama artinya kamu diterima langsung di departemen tersebut jadi nggak perlu lanjut interview selanjutnya.
Waktu dikasih tahu kayak gitu, pak suami agak lega karena dia keterima kerja di Qatar. Lalu dia bersama kandidat yang lolos dikasih presentasi profil perusahaan dan benefit yang akan diterima. Presentasi selesai dilanjutkan tanda tangan kontrak kerja.
Setelah proses interview di Malaysia, pak suami disuruh nunggu info selanjutnya. Kabar baiknya, recruiter tetap mendampingi sampai pak suami tiba di Qatar. Recruiter meminta pak suami menyiapkan dokumen yang diatestesi. Tiap kedutaan berbeda syarat atestesinya. Supaya prosesnya cepat dan pak suami nggak ada waktu untuk mengurus sendiri, dia pakai jasa pihak ketiga. Jasa atetesi yang digunakan bagus banget pelayanannya dan mereka benar-benar profesional.
Info dari recruiter, sebenernya perusahaan butuh karyawan baru segera tapi berhubung Qatar sibuk jadi tuan rumah Piala Dunia, okupansi di mana-mana penuh.
Sekitar pertengahan Desember 2022, pak suami mendapat telepon dari recruiter untuk siap berangkat ke Qatar. Tanpa babibu lagi, Minggu pertama Januari 2023, pak suami sudah berangkat ke Qatar. Sebagai karyawan baru, dia harus menjalani masa probation selama 3 bulan. Setelah lolos probation, akhirnya kami sekeluarga bisa tinggal di Qatar.
***
Tiap ditanya orang gimana ceritanya pak suami bisa keterima kerja di Qatar, saya selalu menjawab kalau pak suami beruntung.
Sebelumnya saya cerita kalau pak suami mendapat telepon dari head hunter. Dia sendiri nggak nyangka bakal dihubungi head hunter dari Qatar. Selama ini jarang ada head hunter yang menawarkan pekerjaan di Timur Tengah. Seringnya dia yang kirim CV ke lowongan kerja di Timur Tengah.
Head hunter ini approach pak suami via LinkedIn. Pak suami menyediakan nomor telepon yang bisa dihubungi oleh recruiter. Mungkin karena pak suami menjaga track pengalaman kerjanya di bidang migas jadi profil LinkedIn-nya menarik recruiter. Dia ingat kata temennya untuk menjaga konsistensi di migas jika ingin berkarier di bidang yang sama. Kebetulan pak suami juga punya pengalaman mengerjakan proyek LNG baik di Indonesia maupun di luar Indonesia. Mungkin itu yang menjadi poin plusnya.
Sekali lagi, pak suami beruntung sebab dihubungi oleh recruiter duluan.
Tapi kata sahabat saya, seberuntungnya orang pasti ada usahanya, nggak mungkin cuma beruntung doang. Hhhmmm, ya bener juga sih. Kalau ingat cerita pak suami, perjuangan yang berat tu saat interview karena background kandidat yang lain bagus semua. Tapi pak suami pede meyakinkan interviewer yang mana mereka adalah head dan manager perusahaan.
Kenapa pak suami pede?
Karena waktu kerja di Jepang, dia mengerjakan proyek LNG milik perusahaan Qatar yang sekarang jadi tempatnya bekerja. Jadi dia nggak ngeblank banget dengan pertanyaan yang diajukan. Kata pak suami, kesan pertama kita harus bagus di hadapan pewawancara. Sebab mereka yang akan jadi atasan kita nantinya di kantor.
Jadi kesimpulan postingan ini apa?
1. Jaga konsistensi bidang kerja di LinkedIn supaya orang percaya dengan kualitas dan pengalaman kerjamu di bidang yang sama.
2. Sediakan kontak di LinkedIn yang mudah dihubungi.
3. Pertimbangkan dan diskusikan dengan pasangan (jika kamu berkeluarga) benefit yang diterima. Apakah kontrak kerjanya untuk single status atau family status, apakah benefit yang diterima cukup untuk tinggal di Qatar. Perbanyak lagi info besarnya biaya hidup di Qatar, uang sekolah anak, tempat tinggal, dll. Ini penting banget mengingat biaya hidup di Qatar mahal apalagi biaya sekolah anak.
4. Kita harus percaya diri dan memberi kesan pertama yang bagus saat interview. Tetap tenang dan berikan jawaban yang jelas ketika interview.
5. Terakhir, tetaplah bermimpi karena banyak yang bilang mimpi itu gratis, hehehe. Ketika kita punya mimpi dan keinginan untuk mewujudkan maka semesta akan bekerja dengan caranya sendiri.
Segini dulu cerita tentang pengalaman pak suami keterima kerja di Qatar. Postingannya panjang ya karena ada cerita ngalor ngidulnya dulu.🙈🙏
No comments