Lama nggak ngeblog, saya sempat cek beberapa komentar banyak juga teman-teman yang membaca ikhtiar saya untuk hamil.
Beberapa ada yang email ke saya, bertanya soal ikhtiar hamil masih jalan apa nggak. Sampai sekarang, ikhtiar hamil jalan terus. Saya dan suami masih terus berusaha punya momongan. Maklum, usia pernikahan sudah lima tahun dan kami semakin menua. Kata orang, disuruh ingat umur. Iya, saya ingat kok *peace ^.^
Sebagai pengingat saja, kalau tahun lalu saya pernah melakukan inseminasi dan hasilnya saya ceritakan beberapa minggu kemudian. Yo weslah ya, yang lalu biarlah berlalu mari kita menatap hari yang baru *halah lebay. Setelah insem tersebut, saya sempat berhenti ke dokter beberapa bulan lalu dilanjut dengan ikhtiar ke Sukimin Taryono.
Capek nggak melakukan semua ikhtiar tersebut? Hihihi, perlu dijawab nggak niiih. Jujur, saya capek. Hhhhmmm lumayan juga ya kalau harus menghitung biayanya. Tapi demi mendapatkan momongan, saya dan suami tetap berpikir positif dan terus berusaha.
Saya dan suami termasuk orang yang malas ganti RS. Jadi mulai dari pemeriksaan awal, kami selalu di RS Bunda Depok. Kecuali satu, pemeriksaan HSG saya lakukan di RS Mitra Keluarga Depok karena dokter di RS Bunda yang melakukan HSG waktu itu hanya cowok. Sekarang saya nggak tahu, apakah sudah ada dokter cewek yang melakukan HSG atau belum.
Pemikiran kami, kalau pindah RS, tentunya kami akan bertemu dengan dokter baru dan harus cerita dari awal. Dokter baru tentunya dia harus tahu kondisi kami, kan? Nah, siapa tahu kami disuruh melakukan pemeriksaan awal lagi untuk mengetahui rekam medisnya. Sepertinya, sih, begitu ya. Sayang juga uangnya untuk periksa lab dan tetek bengeknya. Lagi pula pertimbangan kami memilih RS Bunda selain lokasinya di Depok, pelayanan di situ lumayan komplit karena ada IVF (bayi tabung). Semoga saja kami nggak sampai melakukan IVF *AAMIIN YANG KUENCENG.
Intronya panjang, ya. Hihihihi. Oke, langsung, yuk, ke inti ceritanya.
# Tanggal 18 Juni 2015
Saya ke RS Bunda bertemu dengan dr. Dian Indah Purnama, Sp.OG untuk kesekian kalinya. Ingat, kalau ke dsog jangan lupa tulis jadwal mensnya di buku, kertas, atau HP. Tunjukkan ke dokter biar tahu, jadi kita nggak ditanya-tanya lagi dan nggak pusing untuk mengingat kapan mens. Seperti biasa, jadwal mens saya dari Januari-Juni masih belum teratur, tanggalnya maju mundur. Fyi, bulan Juni saya mens tanggal 15, lalu tanggal 18 Juni periksa ke dokter.
Lama nggak ketemu dr. Dian, kami langsung ditanya maunya apa?
Jeder!! Langsung to the point dokter ini. Sukaaa.
Kami bilang, mau punya anaklah ya.
Dokter Dian langsung memberi opsi : mau alami, insem lagi, atau IVF?
Waduh, pening pala awak mendengar ini.
Pak suami bilang mau insem lagi. Jujur, saya agak kaget dan mulai berpikir. Kalau bulan Juni saya langsung insem, saya takut gagal lagi karena kan mau mudik. Biasanya kalau mudik kan capek ya jadi saya mikirnya ke situ. Pengalaman pernah gagal insem masih agak nyesek. Dengan keluhan saya ini, dokter maklum dan memberi saran. Katanya, kalau mau insem setelah lebaran nggak masalah. Oke, kami semua setuju.
Jadi, intinya sekarang kami alami dulu. Meski demikian, dr. Dian tetap memberi resep obat dan menyarankan tanggal 26 Juni (hari ke-13 mens) ke RS lagi untuk cek sel telur. Kalau ada sel telur yang bagus, kata dokter saya disuntik ovidrel juga untuk mempercepat pemecahan sel telur.
Karena bapak saya penderita diabetes maka saya beresiko tinggi untuk terkena diabetes. Dokter bilang, nggak dilab nggak papa karena tes gula saya yang lalu hasilnya bagus. Tapi untuk pastinya, boleh dilab lagi. Saya kemudian diberi rujukan tes lab Glukosa N dan Insulin. Untung nggak disuruh tes progesteron. Dokter bilang, paling ya masih rendah karena masih ada PCO-nya. Pengertian banget deh dokter ini.
Di samping itu, dokter menyarankan agar saya menjaga berat badan, olahraga teratur, dan mengurangi gorengan. Hal ini karena setelah dilakukan USG transvagina, si-PCO masih ada.
Yang saya tangkap dari pembicaraan dengan dr. Dian sebagai berikut :
1. Saya tetap diberi obat seperti resep dokter sebelumnya tapi dengan dosis yang lebih tinggi.
2. Disuruh cek sel telur dan suntik ovidrel.
3. Tes lab Glukosa N dan Insulin.
4. Menjaga pola makan dan hidup sehat.
Saat itu saya langsung ke bagian lab untuk tanya tes lab yang disarankan dokter. Saya tanya tentang jadwal pengambilan dan biaya. Kata petugas lab, biaya kedua tes lab tadi kalau ditotal hampir mendekati 800ribu. Wah, lumayan mahal juga ya. Saya pernah melakukan tes tersebut setahun lalu di RS yang sama dengan dokter yang berbeda tapi lupa biayanya, hihihi.
Sewaktu di apotek, saya dan suami berdiskusi. Kalau saya memang mau insem sehabis lebaran maka semua pemeriksaan yang disarankan dokter ditunda. Nanti saja, kalau sudah mau insem. Sayang uangnya. Obat tetap dibeli tapi jangan diminum dulu, nanti saja kalau mens. Yah, ini kesimpulan pasien bandel lho, ya.
Memang, saya dan suami agak bandel. Kami harus memikirkan biaya pemeriksaan yang nggak sedikit. Tes lab dan ovidrel kalau dijumlah saja sudah 1,5 jutaan. Belum lagi biaya transvagina untuk ngecek sel telur, belum lagi obatnya. Lagi pula tes lab sudah pernah kami lakukan persis setahun lalu. Mungkin hasilnya nggak beda jauh toh tadi dokter bilang nggak tes lab nggak apa-apa.
Oke, jadi sampai di sini kami memang nggak melakukan saran dokter. Obat tetap dibeli tapi untuk tes lab dan ovidrel, kami tunda.
Biaya berdasarkan kuitansi yang saya terima :
1. Infertilitas (biaya dokter morula) : 200rb
2. Tindakan USG : 50rb
3. Alat Ultrasonograph : 228rb
4. Kondom sutra : 2.800
5. Biaya umum RS : 30rb
Obat :
1. Metformin 500 Mg 60 tablet : 24rb
2. Dipthen 50 Mg 5 tablet : 83rb
# Tanggal 22 Juni 2015
Memasuki hari ke-8 mens, saya sudah bersih. Kami memutuskan untuk ke Shinse Sukimin. Kalau saya dulu naik bus, sekarang mau mencoba naik kereta. Keuntungan naik kereta yaitu lebih murah dan nggak terkena macet.
Kalau naik kereta, tujuannya dari St. Depok ke St. Kramat. Sebenarnya ada sih kereta yang langsung, yakni Depok-Jatinegara. Tapi keretanya lama. Kami memilih transit saja. Jadi, rutenya :
Depok-Manggarai-Jatinegara-Kramat
Dari St. Kramat kami oper angkot no 04 turun di lampu merah perempatan. Bilang saja mau oper ke arah Jl. H.Ten (Rawasari). Ongkosnya cuma Rp.3.000,-. Turun dari angkot kami menyebrang halte busway lalu oper no.04 jurusan Rawasari, turun di depan Ayam Tulang Lunak. Ongkosnya sekitar Rp.2.000,- (deket kok). Bingung nggak? Pokoknya Shinse Sukimin ada di Jalan H. Ten, daerah Rawasari, Jakarta Timur.
Nyampai di Shinse jam 12.30, ternyata beliau sedang istirahat. Kalau begini, beliau nggak menerima tamu. Kami putuskan untuk sholat di masjid terdekat. Pas balik, kami langsung dilayani.
Kalau ke shinse ini, cuma dipijat kakinya saja. Seperti biasa, PCO saya yang kiri bagus, yang kanan masih belum bersih. Suami juga dipijat dan dinyatakan sehat, nggak ada masalah. Karena sedang masa subur, saya nggak diberi jamu dan dilarang mengoleskan arak ke perut. Sarannya cuma berhubungan tanggal 9, 12, 14 (dihitung dari hari pertama mens, ya). Kalau mens, saya disuruh ke situ lagi, mau dipijat dan diberi jamu. Udah, cuma segitu aja di shinse. Nggak cucok sama perjalanannya ya, bok!! Namanya juga ikhtiar. ^.^
Biaya :
Pijat 2 orang @80rb, total 160rb
Biaya :
Pijat 2 orang @80rb, total 160rb
Nah, itu saja pengalaman dan ikhtiar hamil saya saat ini. Semoga ada berita bagus, ya. AAMIIN. Bagi teman-teman yang sudah memberikan atensi dan support, saya mengucapkan terimakasih. Jangan berhenti berusaha, ya!!
Kalau pengalaman teman-teman bagaimana?
Semoga insem-nya kali ini sukses ya mbak.. Tetap semangat, kami terus mendo'akan..
ReplyDelete*Sayang ya pelayanan untuk mengatasi infertilitas tidak dijamin asuransi manapun, termasuk BPJS.*
Aamiin, terimakasih Pak doanya.
DeleteNah, itu dia Pak, masalah itu kenapa ya nggak dicover. Harusnya dicover ya Pak, kan sama-sama masalah kesehatan. ^.^
This comment has been removed by the author.
DeleteMasalahnya bukan sesuatu yang mendesak, tidak seperti penyakit yang harus segera diobati. Beda kasus kalau infeksi TORCH, seperti pasien mengalami keguguran, kemudian suspek infeksi, maka infeksinya yang ditanggung (infeksi TORCH dicover BPJS, baik tes lab maupun obatnya).
DeleteTerimakasih, Pak infonya.
Deletesemoga ikhtiarnya berhasil mbak..dan semoga selalu dipermudah oleh Allah..
ReplyDeleteAamiin, makasih Mba :)
DeleteAAMIIN...aku ikut mendoakan semoga cepat dikabulkan ya mbak
ReplyDeleteMakasih, Mba.
Deletesemoga ikhtiarnya di permudahkan ya mbak
ReplyDeleteAamiin, makasih, Mba.
Deletesemoga ikhtiar dan doanya dijawab Allah SWT ya mba, semangat!!
ReplyDeleteAamiin, makasih Mba.
DeleteIkut mendoakan Mbak Pipit. Yg penting yakin sama Allah ya Mbak. Sodaraku 13 tahun nkh, Alhmdulillah skrg hamil 7 bln. Mudah2an ikhtiar Mbak Pipit tdk perlu menunggu lama, segera diijabah Allah, aamiin.
ReplyDeleteMungkin bisa baca buku Quantum Ikhlas Mbak. Penulisnya dulu juga ikhtiar kehamilan. Sapa tau menginspirasi ^_^.
Semangaattt!
Makasih Mba info bukunya.
Deletesemoga ikhtiarnya berhasil, Mbak
ReplyDeleteAamiin.
DeleteMakasih Mba Chi, sy nyicil ya main ke blognya :)
semoga ikhtiarnya segera mmebuahkan hasil ya mbak. Aku doakain segera hamil. Maaf aku gak punya cerita tentang mencari ikhtiar kehamilan cuma bisa mendoakan
ReplyDeleteHehe iya Mba Lid, ga papa.
DeleteMakasih ya.
kita semua mendoakan mbak
ReplyDeleteMakasih, ya :)
DeleteSaya termasuk orang yang ga mau bertanya, "Sudah menikah belum?" atau "Sudah hamil belum?" atau "Udah lulus, kok belum kerja juga?" dst. Soalnya semua itu Allah yang mengatur, bukan kuasa kita. Kasihan orang yang ditanya-tanya. Pasti ada rasa nyeri. :) Semoga ikhtiar berhasil. Saya ikut mendoakan, Mba.
ReplyDeleteWah, nyontek caranya Mba Haya ah.
DeleteMakasih ya Mba.
Semangat terus mak Pipit, ikhtiar dan doa kan sudah. tinggal menunggu Allah SWT mengabulkannya. Insya Allah secepatnya dede bayi ada di rahim. Amin
ReplyDeleteAamiin.
DeleteMakasih Mak Lis :)
smoga ikhtiarnya berhasil ya mak... aamiin...
ReplyDeleteAamiin.
DeleteBaca ikhtiar temen-temen gini selalu sukses bikin saya terharu. Semoga diberikan yang terbaik ya Mbak Pipit ya..
ReplyDeleteAamiin.
DeleteNuwun, Mas.
Smoga berhasil hamil dan mendapatkan momongan ya Pit, nggak ada yang mudah di dunia ini kalau kita ingin hasilnya indah...
ReplyDeleteItu ajah, peluuuuk!
Kata2 Bu Irma makjleb.
DeletePeluuuk, Bu. Makasih ya Bu.
ikut mendoakan,semoga ikhtiarnya berhasil ya mbak aamiin...
ReplyDeleteselama 4 tahun,jujur,saya memilih ikhtiar alami hehehehe...nggak suka minum obat soalnya saya hehehe,setahun sekali cek ke dokter kandungan. Jadi,ikhtiarnya berupa banyak do'a,dzikir dr ust yusuf mansyur (ya fattah..ya rozzaq dll) ,banyak makan sayur dan buah hehe.
semangat ya mbakkk,semoga apa yang mbak pipit ikhtiarkan segera diijabah oleh Allah aamiin ya Allah ya Mujib...
Aamiin. Smg bisa nular nular..
DeletePipiiiit..
ReplyDeleteTurut mendoakanmu dari lubuk hati yang terdalam yah Piiit..
Yang penting mah ikhtiar dulu aja yah...
Dulu pun aku kosong nya 2 tahun sebelum akhirnya hamil Kayla Piit...
Semangat terus buat Pipit dan suami yaaaah :)
Hatur nuhun, Bibi sayang.
DeleteBaru mau tanya kalo pake krl gimana ke Shinsenya, eh udah dijelasin..
ReplyDeletePenjelasannya lengkap lagi sampe konsul lagi k dr. Dian..
tetap semangat ya Mbak...^^
Sama-sama, Mba :)
Deletembaaaak, sukses yah program kehamilannya. terimakasih informasinya, berharga sekaaali :')
ReplyDeleteSemoga Allah beri kelancaran ya maak..aamiin...eh iya kemarin baca ini pas BW http://sheggario.blogspot.com/2015/07/a-side-of-me-you-probably-never-read.html
ReplyDeleteTeh pipit... semangat yaa semoga berhasil, saya termasuk silent reader blog nya teh pipit niih..
ReplyDeleteSaya juga sama udh mau 3 taun nikah belum di percaya punya momongan,, baru sekali kalinya konsul ke spog di usg doang abis itu males konsul lagi... hihihi... sekarang saya lg ikhtiar pake kurma muda.. katanya bagus juga buat promil... saling mendoakan ya teh pipit... 😊
Halo Mba Nierny, terimakasih ya apresiasinya.
DeleteHayuk jgn jadi silent reader dong :)
Semangat ya, Mba :)
Mba Pipit, setelah sekian lama tanya, akhirnya memberanikan diri datang k Shinse. Selama 2 bulan ini, di pertemuan terakhir, Shinsenya ngomong kalau saya datangnya pas hamil (heh?!)... Jadi sekarang lagi nyoba alami juga, sekalian nyari info sana-sini. Mba, kalau k dr. Dian bisa titip pertanyaan ga, "memangnya kesempatan lebih besar apabila tidak ada jeda waktu antara insem pertama dengan insem berikutnya?" Makasih
ReplyDeleteMba Riris, lebih baik ngobrolnya japri email aja Mba biar lebih enak.^-^.
DeleteHallo mba pipit,
ReplyDeleteTerimakasih untuk sering pengalaman ikhtiar punya baby nya mba. Sangat membantu tulisan tulisannya.
Saya juga pejuang PCOS mba. Sudah ikhtiar juga dari mulai tes hsg sampai obat obatan metformin dan teman temannya.
Sudah 4 kali ganti dokter spog dan yang terakhir hingga sekarang masih mengikuti saran si dokter.
Sekarang, selain obat obatan dari dokter saya mencoba mengkonsumsi bubuk kurma dan rutin olahraga yoga mba. Saling mendoakan ya mba pipit dan tetap semangat untuk berikhtiar.