Uti dan Passionnya

Uti adalah panggilan untuk ibu saya. Sejak punya cucu, beliau dipanggil Uti oleh cucu-cucunya. Kalau di Jawa, panggilan tersebut cukup populer. Kata 'uti' berasal dari eyang/simbah putri. Biar kekinian dan nggak terlalu panjang, biasanya cukup dipanggil Uti.

Beberapa hari lalu, Uti kirim pesan WhatsApp ke saya. Beliau mengirim saya beberapa hasil karyanya. Tiap selesai bekerja, beliau sering ngasih kabar dan foto-foto riasnya. Saya takjub karena nggak nyangka dengan perkembangan riasnya. Yup, Uti bisa merias pengantin. Nggak cuma rias aja sih, beliau sangat ulet mencari uang.

Usia Uti udah 60 tahun lebih. Beliau pensiunan dari rumah sakit plat merah di daerah Semarang. Meski udah pensiun, Uti sangat ulet dan aktif bikin ini itu. Kebanyakan sih bikin pesanan teman-teman kantornya. Mulai dari bikin bacem, garang asem, sea food, nyari pesanan baju, sampai rias pengantin.

Kegiatan yang terakhir ini sudah dirintis sejak saya SMP. Untuk terjun ke dunia rias, dulunya Uti ikut les. Jadi nggak sembarangan karena adat Jawa masih memakai pakem. Misal, untuk jarik ada motif tertentu yang nggak boleh dipakai.

Hasil riasan Uti 

Dulu, saya sempat melarang Uti aktif merias. Di usianya yang udah tua, saya penginnya beliau nggak usah terlalu capek. Karena saya tahu merias itu capek sekali. Mulai dari nyari baju pengantin, bahan untuk penerima tamu, dan perlengkapan lainnya. Tapi ini semua tergantung konsumen ya. Mau pakai baju baru atau enggak. Ada harga ada rupa lah ya.

Semua bisnis pasti ada usaha yang lebih. Kalau rias, untuk barang-barang yang bagus dan agak miring harganya harus nyari perlengkapan manten di daerah Solo atau Yogya.

Hiburan di Acara Pengantin

Sebelum hari H, Uti harus melakukan koordinasi dengan berbagai pihak supaya lancar. Mulai soal baju, dekor, perlengkapan, dan katering. Saat hari H, Uti harus berangkat jam 2 atau jam 3 pagi karena umumnya ijab qobul dilaksanakan pagi hari. Saat acara, Uti harus stand by sampai selesai. Begitu acara selesai, Uti harus merapikan dan menghitung pakaian beserta perlengkapannya. Banyak lho jumlahnya. Tahu sendiri kan kalau orang hajatan pasti banyak keluarga yang pengin dirias juga.

Sampai rumah masih dilanjut menata barang-barang tadi supaya rapi. Lalu, besoknya harus mencuci baju dan jarik yang dipakai. 

Capek kan? 

Nah, yang paling bikin saya takjub yaitu Uti masih mau belajar merias meski udah nggak muda lagi. Di usianya yang udah 60 lebih, Uti baru masuk grup rias di Semarang. Grup ini resmi, tiap bulan selalu ada pertemuan untuk sharing ilmu baru. Hampir mirip arisan tapi ada ilmunya. Uti senang sekali. Saya tahu detail karena waktu itu tinggal bareng ama Uti di Semarang beberapa bulan saat pak suami dinas.


Dengan ikut grup rias tersebut, networking Uti bertambah, ilmu rias pastinya juga nambah. Tiap selesai pertemuan, biasanya Uti mempraktikkan sendiri ilmu yang didapat. Semakin ke sini Uti makin berani menerima tawaran rias. Kalau dulu cuma rias dan dekor saja, alhamdulillah sekarang udah berani menerima katering juga. Kalau urusan masakan, basanya Uti mempercayakan ke budhe saya.




Wah, ini flash back dulu ya.

Acara pernikahan saya diadakan di rumah. Begitu juga dengan adik saya. Semua diurus oleh keluarga. Lha ibu saya tukang rias jadi tinggal memanggil timnya. Terus untuk dekor juga tinggal calling aja. Makanan diserahkan ke budhe karena budhe saya pinter banget masak dan sering ditembung orang untuk masak hajatan. Plusnya lagi, budhe saya bakul di pasar jadi kalau beli bahan makanan bisa dapat harga bakul.

Di acara pernikahan baik saya maupun adik, makanan yang disajikan berbeda dengan yang lain. Untuk makanan utama, keluarga kami memilih masakan rumahan seperti aneka sea food, botok telur asin, garang asem, dan sayur rumahan. Makanan ini yang paling diingat oleh tamu karena berbeda dengan menu di hajatan biasa.

Makanya waktu teman Uti mau mantu, Uti dipercaya untuk mengatur semuanya. Mulai dari rias sampai makanan yang kayak di pernikahan saya.

Salah satu dekor yang digunakan

Awalnya Uti agak pesimis karena belum pernah menerima katering nikahan. Namun temannya hanya pasrah ke Uti. Teman Uti nggak mau pakai jasa wedding organizer karena takut tertipu. Maklum akhir-akhir ini marak WO abal-abal kan.

Akhirnya Uti mau menerima tawaran dari temannya. Dengan koordinasi dengan berbagai pihak akhirnya Uti bisa menerima jasa rias pengantin komplit termasuk katering. Nggak kalah kayak wedding organizer kan.

Harapan saya, semoga Uti selalu sehat dan terus aktif berkegiatan di usianya yang sudah nggak muda lagi. Laris terus ya Uti untuk bisnisnya.

Ah, saya jadi malu dengan pencapaian diri sendiri yang kalah dengan Uti. Semoga saya bisa meneladani semangatnya Uti. Love you, ibuku sayang.

4 comments

  1. keren bgt Utinya Mba Pipit,salut banget, semoga sehat terus ya buat Uti

    ReplyDelete
  2. Ibu mba pit keren, jempot buat utinya si nok
    Kebayang bgt betapa riweuh dan sibuk ngoordinir mantenan or hajatan

    Etapi salfok ma makanan pas nikah, wenak kyknya mb pit ada bothok telur asin, bener2 mbedani dari yg lain

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, riweuh banget ngurusi manten.

      Hok o, kalau botok telur asin pas nikahan adikku. Budheku jualan telur asin dan pinter masak, hehe.

      Makasih ya Nit udah mampir.

      Delete