Cerita Istri yang Suaminya Kerja di Bidang Migas

Judul postingannya panjang kayak kereta api, ya.

Gara-gara baca postingan Mba Ira, saya jadi pengen cerita sebagai istri yang suaminya kerja di bidang migas. By the way, Mba Ira adalah salah satu blogger senior dan idola banyak orang. Saya salah satu fansnya Mba Ira.

Di postingannya, Mba Ira cerita tentang LinkedIn. Katanya beliau nggak pede dan minder kalau melihat profil pekerjaan teman-teman di situs tersebut. Selain soal kerjaan ternyata ada juga orang yang memanfaatkan LinkedIn untuk cari jodoh.😂

Jadi, di salah satu paragraf, Mba Ira bilang kalau ada orang yang cari jodoh di LinkedIn dengan cari target kira-kira bidang mana yang masa depannya cerah. Mba Ira mencontohkan, bidang tersebut oil and gas company. Orang-orang yang bekerja di bidang itu, dipelajari profilnya dan diajak kenalan.

Saya yang baca cerita tersebut melongo. Nggak nyangka ada orang yang segitunya cari jodoh. Haha. Dan, yang dijadikan contoh yaitu oil and gas company di mana suami saya bekerja di bidang ini.

Terus saya beneran nanya ke suami, "Kamu pernah di-DM orang ngajak kenalan nggak?"😂

Pixabay

Hm, emangnya saat ini oil and gas company masih jadi favorit ya?

Indikator pekerjaan dikatakan favorit atau enggak biasanya soal gaji, kan? Banyak yang bilang kalau kerja di oil and gas gajinya besar.

Pendapat itu nggak salah, sih. Faktanya memang ada orang yang bekerja di bidang ini gajinya gedhe. Tapi itu sebanding dengan risiko yang dijalani. Tahun 2016 lalu saya pernah menulis tentang bekerja di sektor migas. Alasan menulis karena ya itu tadi soal gaji gedhe kerja di sektor ini.


Ketika saya nanya ke Google, saat ini pekerjaan yang gajinya besar itu apa saja? Apakah oil and gas masih ada di list itu?

Ada beberapa artikel yang menyebutkan pekerjaan di bidang oil and gas masih jadi primadona. Tapi sebagian besar artikel menyebutkan bahwa saat ini pekerjaan yang gajinya besar lebih banyak di dunia digital.

Melihat perkembangan teknologi yang sangat pesat, emang sih ini wajar. Keponakan saya yang bekerja sebagai IT di bank syariah milik pemerintah aja gajinya lumayan. Apalagi teman-temannya yang bekerja di start up. Gajinya lebih gedhe.

Oke, balik lagi ngomongin kerjaan di oil and gas. Hasil ngulik ke pak suami yang sudah bekerja di bidang migas selama lebih dari 10 tahun, sebenarnya kerja di bidang oil and gas ada 2 jenis.

Pertama, kerja di kontraktor migas. Yang kedua kerja sebagai klien migas. Nah, suami saya kerja di kontraktor migas.

Bedanya apa?

Bedanya kontraktor migas dan klien migas yaitu perusahaan kontraktor lebih kecil dibanding klien. Gajinya juga lebih kecil dibanding kerja di klien karena biasanya di klien migas bonusnya banyak.

Yang termasuk klien migas siapa aja?

Klien migas adalah perusahaan minyak yang dikenal oleh masyarakat kayak Chevron, Total, British Petrolium, dan tak lupa Pertamina beserta anak cucu dan cicitnya.

Kata pak suami, kerja di bidang migas biasa aja. Nggak seksi kayak dulu karena saat ini harga minyak dunia turun. Bukan rahasia lagi kalau harga minyak di Amerika sampai negatif.

Sumber dari BBC

Hal ini karena OPEC dan negara produsen non OPEC nggak bisa kerja sama dalam mengontrol harga dan produksi minyak. Di saat yang bersamaaan, corona menghantam negara konsumen minyak seperti China, India, Indonesia, dan negara Eropa lainnya yang menyebabkan beberapa sektor industri tutup dan konsumsi BBM turun drastis. 

Menurut prediksi, meskipun pandemi berlalu, pemakaian minyak dunia belum bisa balik atau menyamai seperti dulu. Jadi bisa dikatakan kalau produksi minyak kebanyakan tapi pemakaiannya sedikit menyebabkan harga minyak sulit naik.

Lalu, kerjaan di Indonesia gimana?

Kondisi kerja migas di Indonesia saat ini bisa dikatakan sulit. Temannya pak suami yang kerja di klien sebagai pegawai permanen ditawari program pensiun dini. Sedangkan untuk pegawai kontrak nggak diperpanjang kontraknya. Artinya, klien migas sedang melakukan pengurangan karyawan.

Saat ini kantornya pak suami lagi ada proyek on going mengerjakan proyek gas milik salah satu BUMN selama beberapa tahun.

Kalau di luar negeri gimana?

Sama saja. Malah lebih ngeri. Oke, saya mau cerita tentang temannya pak suami yang kerja di Jepang.

Teman suami saya berasal dari India. Dia tinggal di Jepang dan bekerja di perusahaan Jepang. Baru-baru ini suami saya dapat kabar kalau teman India tersebut nggak diperpanjang kontraknya. Jadi dia gajian terakhir pada bulan Mei. Malangnya, dia masih tinggal di Jepang. Gara-gara corona, dia belum bisa balik ke India karena masih nunggu penerbangan yang available.

Terus, update dari temannya pak suami lagi, tim dari India yang dulunya kontraknya per tahun sekarang kontraknya jadi per 3 bulan. Artinya, peluang pemutusan kontrak lebih cepat dan lebih besar.

Tuh, kan, kerja di bidang oil and gas saat ini ngeri-ngeri sedap, hahaha. Makanya kalau mau cari jodoh orang yang kerja di bidang oil and gas, hmhm pikir-pikir lagi, deh.😂

Sebenarnya cari jodoh yang kerja di bidang apa pun nggak masalah. Asal kita menjalani kehidupan bersama pasangan dengan hepi. Itu jauh lebih penting daripada mikirin materi melulu.🤗

Saya menemukan quote yang menarik dari @kataendonesah:

"Sekecil apa pun uangnya akan cukup bila digunakan untuk hidup. Tapi sebanyak apa pun uangnya tak akan pernah cukup jika untuk memenuhi gaya hidup."

Sekian cerita kali ini. Maaf kalau uneg-unegnya panjang.😅

18 comments

  1. Migas dari dulu jadi primadona mba, even banyak teman-teman saya yahg tertarik kerja di Migas 😁 saya pun jaman sekolah juga pernah punya keinginan kerja di Migas (bidiknya ke Chevron karena om saya kerja di Chevron dan merekomendasikan untuk coba masuk ke sana) 😂 dan menurut saya memang Migas ini sempat jadi sektor yang lumayan perlente dan diharapkan banyak orang termasuk saya 🙈 entah kenapa keren saja kalau masuk sektor Migas pada masanya ~

    Tapi tahun berganti, era juga sudah berubah. Sekarang yang menjanjikan banget itu pekerja digital (IT, programmer, etc) seperti yang mba Pipit bilang 😄 cuma meski populer, sebenarnya di Indonesia banyak juga yang struggling di dunia digital. Mungkin karena pasar digital Indonesia belum berkembang secara signifikan dan mostly masih berhubungan sama web-apps -- jadi banyak start up juga yang collapse. Alhasil anak-anak muda yang sudah terbiasa dapat gaji besar di start up akan kesulitan untuk adaptasi apabila harus pindah kerja dengan gaji di bawah standarnya 🙈

    Eniho, salah satu pekerjaan yang gajinya wah juga dan sempat jadi pertimbangan jaman baheula itu kerja di bank BI pusat, mba 😆 karena persaingannya yang ketat. Dari puluhan ribu yang daftar, yang keterima cuma 2-3 orang 😂 tapi kalau lolos, hidup sudah terjamin sampai akhir hayat sepertinya 🤭 hihihi. Ps: semoga harga minyak stabil ya mba, kasihan juga kalau sampai banyak orang kehilangan pekerjaan karena harga minyak terjun bebas. Bahkan di Korea juga turun dari yang biasanya 1.500 won jadi cuma around 1.000 won/liter 🙈

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aku dari dulu uda beberapa kali ikut tes BI, tapi baru nyampe hampir setengah jalan abis itu ga lolos hiks hahahhahah

      Delete
    2. @ Mba Eno: Iya, dulu kerja di migas jadi primadona. Sampai Mba Eno dan teman2nya juga pengen kerja di migas.

      Seiring waktu dan berkembangnya informasi, sekarang dunia IT lagi naik daun. Yang dikatakan Mba Eno benar. Keponakan saya juga bilang, kalau kerja di start up gaji besar tapi perusahaannya belum stabil. Teman2nya banyak yang bergaya hidup mewah.

      Emang sih Mba kerja di perbankan sampai sekarang masih banyak peminatnya.

      Oia, BI. Ya ampuuun, berasa keren banget ya kerja di situ. Hm, tetangga saya ada yang kerja di BI.

      @ Nita: waah, Nita ternyata pernah ikut tes BI. Banyak yang bilang tesnya memang susah dan tahapannya banyak.

      Delete
  2. Wah ngikutin mba ira juga, hihi, aku juga suka blognya mba ira uda lama, blognya gurih-gurih banget bacaannya wkwkwkkw, satu lagi blog yang bagus bacaannya seru yaitu punya mba leija let the beast in, dia juga asique asique bacaannya, cuma aku sering baca blog mereka dulu, tapi ga bgitu ngikutin medsosnya sekarang sih

    Wakakakka, ancang2 ngejelasin dulu sikon saat ini ya mba pit, biar ga ada yang dm hahhaha

    Hmmb...

    Gegara korona, banyak juga ya lini pekerjaan yang akhirnya ada di tahap ngurang2in karyawan, tapi smoga kita semua masih aman ya mba pit, dan pak su bisa tetap on the right track mengais nafkah seperti biasanya, aminnn

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aku masih baca blognya Mba Ira dan Mba Leila. Iyaaaa, mereka berdua idola banget. Kalau ngikutin medsosnya cuma follow Mba Ira aja. Kadang kalau buka IG, suka intip bentar, seru2 yang dibahas di HL-nya Mba Ira.

      Ahahaha, iyaaa, kalau ada yang dm kasih postingan ini.

      Aamiin, makasih, Nit, doanya. Doa yang sama untuk kamu, ya.:)

      Delete
  3. Mana panjangnya Mba? masih kurang puas bacanya huhuhu.

    Waahh keren abis sih zaman now, sampai cari jodoh pakai website situs kerja hahaha.

    Etapi sebenarnya yang namanya migas itu dari dulu dikejar banyak orang.
    Katanya gajinya gede.

    CUman kalau cari jodoh dengan kerjaan gitu agak gimana ya, bisa juga sih kalau kita juga punya sesuatu yang wah, lalu kita cari pasangan yang wah.

    Kalau enggak, ya mending gunakan linkedin buat cari kerja, biar jodoh datang sendiri hahaha.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Menurut saya segitu udah panjang, Mba Rey, huhuhu.

      Ahahaha, saya juga baru tahu, Mba. Hm, kreatif emang orang zaman now. Tapi ada kok yang dapet. Namanya juga jodoh kan ya, hehe.

      Ah, biasa aja, mba. Tapi ada beberapa orang yang memang gajinya besar. Tapi resiko mereka juga besar.

      Nah, setuju. LinkedIn buat cari kerja aja.:)

      Delete
  4. Sepertinya kalo profil di LinkedIn pekerjaannya sebagai tukang ojek seperti saya ngga bakal ada yang lirik ya mbak.😄

    Saya baru tahu kalo ada aplikasi namanya LinkedIn, tahunya cuma Facebook saya.

    Eh tapi ngomong soal minyak dan gas memang benar itu menjanjikan lho mbak, setidaknya beberapa tahun lalu. Ada tetangga saya yang bekerja di perusahaan migas luar negeri, pulangnya tidak tentu kadang setengah tahun kadang tiga bulan kadang setahun baru pulang.

    Tapi rumahnya itu gedung bertingkat khas orang kota, tetangga desa cuma bisa pada lihat saja karena biarpun disini ada yang tingkat juga kecil, bukan seperti rumah gedung.😅

    Mobilnya juga ada dua, Honda CRV sama Innova, bikin orang kampung pada ngiler lah karena kebanyakan pada naik Honda tapi Honda beat atau bahkan Honda Supra seperti saya.🤣

    Tapi Alhamdulillah orangnya ramah mbak, saya sering ngobrol dengannya kalo dia pulang ke rumah, mungkin karena sama sama dari Jawa kali, sedangkan istrinya orang sini. Tapi kadang akunya malah yang minder.😄

    Tapi memang benar sih, udah setengah tahun dia nganggur katanya lagi sepi order. Mudah-mudahan harga minyak naik lagi sih 😃

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ada versi app dan webnya. Itu situs khusus mencari kerja, Mas. Mau profesi apa pun bisa kok pasang di LinkedIn. Ibu rumah tangga, blogger, freelancer banyak yang pasang di sana. Jangan minder, Mas Agus.

      Kerja di migas memang menjanjikan. Tapi sekarang agak ngeri2 sedap, hehehe.

      Delete
  5. wakakaka cari jodoh di linkedin
    ini kayaknya tinder mulai ada pesaing
    tapi emang linkedin itu konotasinya serius dan kayaknya sih enggak bohong
    etapi mbak foto profil para pekerja di migas itu juga sering disalahgunakan scammer dari nigeria buat tipu2 wanita di FB

    yah emang betul siapa sih yang enggak tertarik sama gaji gede
    tapi balik lagi emang itu semua tergantung dari pribadi masing2 yha...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha, saya malah belum pernah buka Tinder, Mas. Jadi nggak tahu soal Tinder. Jadul banget yak.

      Iya, sebagian besar orang pasang foto di LinkedIn memang terlihat profesional dan serius karena tujuannya untuk cari kerja. Tapi kalau sampai disalahgunakan untuk scammer ya sayang banget.

      Nah, itu, tergantung pribadi masing2 dalam mencari kerja dan jodoh.:)

      Delete
  6. Akun Linkedin ku kuanggurin, wwwwwkk .. abis job yang ada disana rata-rata dunia programmer & sebangsanya.

    Keingetan dulu teman kerjaku suaminya kerja di migas. Mungkin memang berlimpah kali gajinya ya, jafinya teman kerjaku itu jor-joran banget gaya hidupnya juga rajin ntraktir kita-kitq sampai kita jadi engga enak hati cara menolaknya.
    Entah kalau sekarang salary di migas masih tinggi ngga ..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Akun LinkedIn saya juga saya anggurin, hehehe.

      Gaji sekarang hampir sama kayak dulu. Tergantung pengalaman kerja juga sih, Mas. Cuma ya itu kondisinya sekarang ngeri2 sedap, hehehe.

      Delete
  7. LinkedIn cuma punya akunnya aja, dulu bikin niatnya buat promosi blog katanya bagus kalau promosi di LinkedIn tapi pas buka malah ngeri sepertinya itu wilayah para profesional dan akhir tuh akun LinkedIn-nya terlupakan.

    Kerja di sektor migas memang menjanjikan, saya punya encing yang kerja di migas walau cuma sopir tapi dia pegawai tetap dan penghasilannya sudah lumayan bisa punya rumah dan tanah serta mobil. Itu sopir gimana kalau staff lain ya?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mas Kal, kok sama sih. Saya punya LinkedIn juga tujuannya dulu seperti itu. Sekarang malah dianggurin, hahaha.

      Hm, semua tergantung pengalaman kerja, Mas. Nggak semua kok bergaji besar.:)

      Delete
  8. Anonymous22 June, 2020

    menarik artikelnya.. temen ada yg kerja di migas juga, gajinya gede bgt sih,, tapi kalau liat di twitter hrd bacot, yg trennya naik terus justru bidang IT ya, startup sedang banyak tumbuh seperti jamur di musim penghujan, dan ke depan penggunaan teknologi bakalan lebih masif lagi emang, tentu risikonya juga tinggi..

    cuma kalau cewe2 join linkedin buat nyari jodoh yg kerja di bidang tertentu, misal nantinay ada akhir dari masa jayanya gimana ya?? Jadi keinget cerita senior di lingkungan tempat kerjanya, dulu dpt duit gede banyak tu gampang bgt, gaya hidup keluarganya tinggi, tapi begitu ada perubahan yg mengakibatkan turun drastisnya pendapatan, yaaa banyak yg cerai2 akhirnya..

    -traveler paruh waktu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasih, Mas Bara.

      Nah, itu dia Mas, gaji besar atau enggak, kayaknya relatif ya.

      IT memang jadi primadona. Ke depan pasti persaingan lebih ketat. Banyak sarjana IT dan lulusan IT banyak pula startup yang tumbuh di Indonesia. Tapi banyak pula yang nggak bisa bertahan. Startup besar di Indonesia saat ini banyak yang mendapat dana dari asing.


      Kalau cari jodoh hanya karena gaji ya kayaknya nggak bisa bertahan lama. Karena hidup bersama pasangan nantinya nggak melulu soal uang. Nah, gaya hidup yang berlebihan saat gaji udah nggak bisa kayak dulu bisa bahaya. Seperti kasus temannya Mas Bara.

      Delete
  9. Halo, terima kasih Luiz.

    ReplyDelete