Bulan yang Melelahkan

Hai, semua. Apa kabar? Eh, hari ini tanggal cantik, ya. 22022022. Semoga kabar kamu secantik tanggal ini ya.😁

Udah sebulan saya nggak update berita di dunia maya. Ada berita viral apa aja nih? Haha.

Sejak postingan terakhir bulan lalu, saya nggak buka dashboard blog sama sekali. Saya juga nggak update berita di Twitter. Sesekali buka Instagram, nengok olshop favorit. Kali aja mereka launching produk baru dan bisa di-check out-in. Biar saya waras menjalani hidup, hahaha.

Btw akhir-akhir ini saya lumayan sibuk. Jadi kalau saya nggak aktif di blog dan Twitter bisa dipastikan saya sibuk atau sedang tidak baik-baik saja di dunia nyata.😂

Sepertinya Februari adalah bulan yang cukup melelahkan buat saya. Bulan ini saya disibukkan dengan kejadian yang nggak diduga sama sekali.

Akhir bulan Januari pak suami sakit dengan gejala demam, lemes, sakit tenggorokan, dan nggak nafsu makan. Saya suruh dia untuk tes antigen. Malam itu saat pak suami WA hasil tes antigen positif, saya ngeblank.

Hah, suamiku positif corona??

Rasanya kaget banget, bingung dan pengen nangis tapi nggak bisa.

Akhirnya saya sadar dan cepat on. Saya langsung berpikir untuk mengambil tindakan selanjutnya. Begitu pak suami pulang, saya minta tes antigen malam itu juga.

Sebenernya waktu itu agak drama mencari tempat tes antigen karena rata-rata klinik atau lab sudah tutup. Akhirnya saya bisa tes antigen di lab yang saat itu mau tutup. Setelah menunggu 10 menit, alhamdulillah hasil antigen saya negatif.

Sebelum pulang, saya dan pak suami diskusi sebentar. Karena dia positif dan saya negatif, jadi kami membahas soal isolasi mandiri (isoman).

Pak suami mau isolasi di mana?

Apa yang harus dipersiapkan?

Barang apa yang harus dibeli malam itu juga?



                                 Pixabay 


Kalau pak suami isolasi mandiri (isoman) di rumah jelas tidak memungkinkan. Apalagi kalau nanti disambi kerja dari rumah. Ada sih kamar tapi saya yakin pak suami nggak bakal betah berhari-hari ngendon di sana.

Akhirnya kami memutuskan pak suami isoman di rumah kosong yang semula akan disewakan. Ya, rumah yang baru selesai direnovasi akhir tahun kemarin. Untungnya rumah tersebut belum ada yang menempati.

Di rumah isoman nggak ada peralatan sama sekali, jadi kami memikirkan barang apa yang kira-kira harus dibeli supaya pak suami nyaman tinggal di situ. Mau nggak mau kami harus membeli kasur lipat.

Berhubung sudah malam, banyak toko yang sudah tutup. Ada sih 2 toko yang masih buka, tapi mereka nggak menjual kasur lipat seperti yang kami inginkan. Akhirnya kami nyerah mencari kasur lipat.

Untungnya hari gini udah bisa belanja online. Urusan kasur lipat, kami putuskan beli online aja.

Sampai di rumah, saya dan pak suami gedebukan menyiapkan keperluan untuk isoman. Barang-barang yang dibutuhkan dimasukkan ke mobil untuk dibawa ke rumah isoman. Bener-bener kayak orang pindahan.

Setelah pak suami pergi, saya cuma diem di ruang tamu. Saya sendirian karena anak-anak sudah tidur. Saya melamun cukup lama. Rasanya campur aduk antara sedih, ngeblank, nggak nyangka, dan mikir besok harus ngapain. Tapi saya nggak nangis. Sok kuat.😂

Setiap sakit, kami selalu merahasiakan dari keluarga besar. Saya dan pak suami nggak mau merepotkan dan membuat mereka bingung. Semua kami hadapi berdua, bersama.

Kami hanya melaporkan kejadian positif covid ke tetangga dekat, pengurus komplek, dan kantor.

Esok paginya, saat mbak asisten datang, saya ceritain kondisi pak suami. Mungkin karena saya udah nggak kuat, saya cerita ke mbak sambil nangis. Hhmmm, saya emang cengeng dan gampang nangis.😂

Ketika tetangga banyak yang tahu kalau pak suami lagi isoman, saya mendapat perhatian dan support yang luar biasa. Hampir setiap hari kami mendapat kiriman dari para tetangga. Ada yang kirim kue, buah, lauk, obat, vitamin, essential oil, dll. Bahkan ada tetangga yang menawarkan bantuan untuk membeli obat dan ngasih wi-fi rumahnya.

Kebaikan dari para tetangga benar-benar membuat saya terharu dan merasa nggak sendiri di tempat rantau.

Di rumah, saya cuma bertiga bersama anak-anak. Saya anggap pak suami lagi dinas ke Sulawesi. Hehehe, karena beberapa kali ditinggal ke Sulawesi, saya jadi terbiasa tanpa pak suami.

Bedanya cuma setiap hari saya mengantar logistik ke pak suami. Makan 3x sehari dan semua keperluan yang dia butuhkan.

Meski jarak rumah isoman dekat dengan rumah utama tapi saya lumayan capek. Saya benar-benar fokus mengurus pak suami dan anak-anak di rumah. Saya nggak bisa workout, skincare-an, dan membaca. Bener-bener nggak ada waktu buat diri sendiri. Mungkin ini kali ya yang membuat saya capek banget.

Tubuh semakin capek saat saya meliburkan mbak asisten karena dia sakit tenggorokan dan pilek nggak sembuh-sembuh. Saya suruh dia istirahat dulu. Bener-bener parno kalau ada orang sakit flu.

Alhamdulillah setelah 10 hari isoman, pak suami sembuh. Tapi setelah itu anak-anak pilek. Si bungsu malah terkena campak. Akhirnya saya juga tumbang sebentar karena mengurus anggota keluarga yang sakit bergiliran.

Wes, bulan Februari ini kami sekeluarga sakit gantian. Rasanya nikmat sekali, hehehe. Kayaknya Tuhan memang menyuruh kami untuk slow down dulu.

Setelah kami sembuh semua, saya dan pak suami mengadakan syukuran kecil-kecilan. Kami memesan nasi kuning di katering milik tetangga. Kami berbagi ke tetangga sebagai bentuk syukur dan ucapan terima kasih atas support yang diberikan selama pak suami sakit.


Pesen nasi kuning di tetangga

Saya juga melakukan pembalasan me time. Minggu lalu saya bisa membaca 3 buku dan workout tiap hari.

Akhirnya saya bisa baca buku Mindful Life by Darmawan Aji, Metamorfosa Botulism by Zahra Rabbiradlia, dan Keajaiban Toko Kelontong Namiya by Keigo Higashino. Buku yang terakhir saya baca bener-bener bikin saya mikir. Gile, penulisnya keren banget.

Saya sempet bingung baca bukunya karena plotnya maju-mundur. Wah, penulisnya bener-bener luar biasa imajinasinya. Pantesan aja buku ini banyak direkomendasikan netizen.😁

Kalap baca buku

Alhamdulillah, sekarang keadaan sudah normal lagi. Saya bisa skincare-an lagi, hahaha.

Saat kita sakit baru kerasa kalau nikmat sehat itu nikmat yang tak terkira. Padahal kita sering menyepelekan kesehatan. Iya, kan?

Panjang ya Bok, ceritanya. Maklum, lama nggak cuap-cuap di blog jadi kangen cerewet di sini.😂

Bagaimana dengan Februarimu? 

2 comments

  1. Alhamdulillah sekarang suami mbak Pipit sudah sembuh ya. Memang bulan februari ini lagi banyak orang yang kena Covid, bahkan kemarin memecahkan rekor 60 ribu lebih perhari.

    Untungnya tetangga pada support ya mbak, jadi tenang dan tidak merasa sendiri.

    Awal februari kemarin aku juga sakit panas dingin kemudian batuk dan sakit tenggorokan. Awalnya sih istriku lalu aku kena. Giliran aku mendingan ibuku sakit. Kakak sama adikku pada nengok.

    Giliran ibu sudah mendingan, eh kakak sama adikku pada jatuh sakit dengan gejala sama. Tetanggaku juga banyak yang sakit dengan gejala mirip.

    Apakah kena Corona? Entahlah karena tidak ada yang tes mbak. Tapi Alhamdulillah sekarang semua sudah sehat.😀

    ReplyDelete
    Replies
    1. Akhir-akhir ini cuaca memang nggak menentu ya, Mas. Kadang panas dan tiba-tiba hujan. Banyak juga yang sakit. Tetangga saya juga banyak yang positif.

      Nah, itu kalau nggak tes malah nggak banyak pikiran ya. Hahaha. Kayaknya lebih enak gitu asal di rumah aja. Karena sekarang banyak yang kena corona dan udah kayak flu biasa.

      Alhamdulillah, sekarang udah sehat semua ya. Semoga Mas Agus dan keluarga selalu dalam keadaan sehat. Aamiin.

      Delete